PWMU.CO – Marpuji Ali: Prof Baedhowi Wafat saat Sujud Syukur. Bendahara Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Drs Marpuji Ali MSi mengungkapkannya pada Takziah Virtual Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah, Senin (5/6/21) malam.
Di tengah takziah bertajuk “Mengenang Kebaikan Prof Dr H Baedhowi MSi (Ketua Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah)” itu, Marpuji Ali mengatakan dirinya merasa kehilangan tokoh pendidikan di Muhammadiyah itu. Almarhum tengah giat menyusun strategi bagaimana masa depan pendidikan Muhammadiyah yang akan datang.
“Namun, tiba-tiba dia dipanggil Allah SWT,” ujarnya.
Sujud Syukur Sembuh dari Covid-19
Berdasarkan informasi yang Marpuji baca, kepergian Baedhowi ke hadirat Allah SWT sungguh sangat menyenangkan. Setelah mengetahui dirinya sembuh dari Covid-19, Baedhowi saat itu sujud syukur dalam rangka mensyukuri nikmat Allah: dirinya telah sehat dari Covid-19.
“Namun ternyata di sisi lain, beliau ada sesuatu yang kebetulan setelah sujud itu langsung tidak sadar, akhirnya dipanggil oleh Allah SWT,” ungkapnya.
Namanya orang baik itu, sambungnya, berakhir dengan benar-benar husnul khatimah, Insyaallah. Nyatanya, kepergiannya begitu sangat menyenangkan. Bagaimana tidak, setiap orang selalu mendambakan bagaimana kembali ke hadirat Allah SWT dalam keadaan sujud.
Dia lalu berdoa, “Mudah-mudahan keberkahan beliau diterima oleh Allah SWT dan mendapat keridhaan-Nya, dan termasuk yang dipanggil oleh Allah SWT Ya ayyatuhan nafsul muthmainnah, Irji’i ilaa rabbiki radhiyatam mardhiyyah, fadkhuli fii ‘ibadi, wadkhuli janaati.”
Dia menyebutkan surat al-Fajr ayat 27-30 yang artinya, “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan diridhoi-Nya. Maka masuklah kedalam golongan Hamba-hambaKu. dan masuklah kedalam surga-Ku.”
Lanjutkan Cita-citanya dan Teladani
Marpuji Ali mengingatkan, Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah bertanggung jawab untuk melanjutkan cita-cita, ikhtiar, dan kerja keras Baedhowi yang perlu diteladani.
Sebab, menurutnya, tidak bisa memajukan pendidikan Muhammadiyah jika hanya sebagai “sambilan“. Sambilan yang Marpuji Ali maksud bukan berarti tidak bisa disambi mengerjakan tugas apa-apa, hanya saja perlu menetapkan perhatian dan komitmen.
“Perhatian dan komitmen bahwa teman-teman di jajaran Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah, termasuk Majelis Dikdasmen di tingkat bawahnya, kalau ingin meniru dan meneladani Prof Dr Baedhowi tentang kerja keras dan perhatiannya,” terangnya.
Walau dia ke mana-mana, lanjutnya, dia selalu ingat punya tanggung jawab memimpin dan memajukan pendidikan di Muhammadiyah seluruh Indonesia. Artinya, meski ada tugas lain, tapi bisa dia katakan, selama 24 jam almarhum Baedhowi merasa punya tanggung jawab dalam mengembangkan dan memajukan pendidikan Muhammadiyah.
“Kalau semua jajaran Majelis Dikdasmen seluruh Indonesia seperti itu, di mana saja, punya tugas apa saja, selalu teringat di dalam hatinya, ‘Saya punya tanggung jawab memajukan pendidikan Muhammadiyah’,” tuturnya.
Sehingga, selalu mencari celah dan dukungan bagaimana sekolah-sekolah Muhammadiyah mendapat akses untuk bisa menjadi sekolah yang maju. Dengan begitu, menurutnya, pendidikan berkemajuan di Muhammadiyah bisa tercapai.
Bidan Lahirnya Program Studi
Dr Ns Jebul Suroso SKp MKep bersaksi, Prof Baedhowi tokoh yang yang baik. “Orangtua, pembimbing, dan pembina kami dengan sangat baik,” ucap Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) itu.
Lemah-lembutnya, sambung dia, membuat mereka bergerak tanpa beliau perintah. Prof Baedhowi menjadi BPH di UMP sejak belum ada mahasiswanya. “Saat ini mahasiswa di UMP sudah ada 14 ribu,” ungkapnya.
Saat belum ada Fakultas Kedokteran, lanjutnya, beliau membidani Fakultas Kedokteran. Untuk itu, dia menyatakan, jasa-jasa Almarhum tidak akan terlupakan.
Pertemuan terakhirnya dengan Baedhowi, adalah saat merayakan milad UMP (24/5/21). “Beliau masih memberikan arahan dan pesan-pesan kepada kami. Kesan-kesan baik beliau yang sangat low profile itu menjadikan kami terinspirasi,” ujarnya.
Dia menyatakan, keluarga besar UMP sangat kehilangan. “Insyaallah kami berkomitmen untuk melanjutkan tinggalan, perjuangan, dan cita-cita beliau yang belum kesempatan,” tegasnya.
Dia teringat pesan almarhum yang selalu terngiang, “Kualitas pendidikan adalah satu yang harus dikejar. Kualitas dan mutu pendidikan, juga melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul.”
Katanya, Baedhowi tidak hanya memberi saran, tapi juga ikut action. “Dia hubungi sana-sini, termasuk ketika kami akan mendirikan program studi,” ungkapnya.
Berdirinya program studi magister di UMP merupakan turun tangan langsung dari Prof Baedhowi. Menurutnya, ini sangat bermanfaat bagi mereka hingga kini. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni