PWMU.CO – Dari jutaan peserta Aksi Bela Islam III, terselip seorang bernama Mulyono. Kisah kakek yang berasal dari Sidogiri, Pasuruan ini membuat haru. Kepada reporter pwmu.co Uzlifah, Mulyono berkisah bagaimana dia ‘terdampar’ sampai di Jakarta dan ikut Aksi Superdamai 212.
“Kulo 8 tahun mbambung ten Jakarta (saya 8 tahun terlantar di Jakarta). Lima tahun tinggal di masjid dan 3 tahun ini tinggal dengan Bapak Triyono, seorang pegawai bank di sekitar Menteng,” Mulyono berkisah sambil meneteskan air mata.
(Baca juga: Haru dan Bangga: Tanggapan Warga untuk Peserta Longmarch Aksi 212 dari Menteng ke Monas dan Bersepeda Motor Malang-Jakarta, Pria 70 Tahun Ini Siap Ikuti Aksi 4 November)
Dalam kesengsaraan hidup di Jakarta, dia sering mendapat tawaran yang menggiurkan. Mulyono mengaku sering ditawari oleh gereja-gereja untuk pindah agama dengan iming-iming fasilitas hidup. Tapi semua itu ditolaknya. “Mangan gak mangan sing penting tetep Islam (makan atau tidak, yang penting tetap Islam),” ujarnya.
Kini, Mulyono sudah punya pekerjaan tetap sebagai tukang pijat keliling dengan sepeda ontelnya. Ketika ditawari pwmu.co untuk diajak pulang ke Pasuruan, dia menolak halus. “Kulo bade wangsul saking yotro Kulo piambak (saya akan pulang dengan uang hasil keringat sendiri,” ujarnya “Dungakno mawon (doakan saja),” tuturnya.
Saat ditanya alasan ikut aksi, Mulyono yang datang dengan sepeda ontelnya menjawab sederhana, “Supaya dapat saudara.” (MN)