10 Amalan Shaleh di 10 Hari Pertama Dzulhijjah, oleh M. Anwar Djaelani, aktivis tinggal di Sidoarjo.
PWMU.CO – Pada dasarnya, semua hari itu baik. Tetapi, ada beberapa hari tertentu yang Allah dan Rasul-Nya mengistimewakannya. Di antara hari-hari terpilih itu adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Pada waktu-waktu inilah, tergolong sebagai “musim” ketaatan yang tak boleh kita lalaikan.
Amalan Utama
Perhatikanlah, Allah bersumpah untuk menarik perhatian sekaligus menggugah keyakinan kita atas kebesaran-Nya, lewat ayat ini: “Demi fajar, dan malam yang sepuluh, dan yang genap dan yang ganjil, dan malam bila berlalu. Pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal” (al-Fajr: 1-5).
Sumpah Allah di atas, menunjukkan tentang kemuliaan dan keutamaan dari waktu atau hari-hari yang dimaksud. Sungguh, Allah yang Maha Kuasa tidak bersumpah kecuali dengan sesuatu yang agung.
Berikutnya, perhatikanlah saat Rasulullah SAW yang menjelaskan tentang keutamaan sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Kata Nabi SAW “Tidak ada satu amal shaleh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal shalih yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah).”
Para Sahabat bertanya, “Tidak pula jihad di Jalan Allah?” Nabi Saw menjawab: “Tidak pula jihad di Jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun” (HR Abu Daud dan Ibnu Majah).
Oleh karena itu, bersemangatlah dalam menyambut kehadiran sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Perbanyaklah amal shalih di dalamnya. Sebagai balasan, Allah akan beri tambahan hidayah untuk mengetahui kebenaran dan mengamalkannya yang dengan itu kelak akan mengantarkan kita ke surga.
Perhatikanlah ayat ini: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shalih, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan” (Yunus: 9).
Amal shalih apa saja—antara lain—yang bisa kita kerjakan di 10 hari pertama Dzulhijjah?
Sambut Kehadirannya dengan Tekad Kuat untuk Memanfaatkannya
Bahwa, kedatangan 10 hari pertama Dzulhijjah perlu kita songsong dengan ucapan mulia, tekad suci, dan amal-amal shalih. Ketahuilah, siapapun yang bertekad melaksanakan suatu kebaikan, Allah pasti membantunya dan menyiapkan sebab-sebab yang memudahkannya untuk menyempurnakannya.
Perhatikanlah ayat ini: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik” (al-Ankabut 69).
Bertobat dengan Sepenuh Hati
Bertobat bisa kapan saja. Bertobat di 10 hari pertama Dzulhijjah tentu punya nilai tersendiri. Maka, tekadkanlah secara kuat untuk tobat dengan mengerjakan ketaatan-ketaatan. Insya-Allah, dengan cara itu, kita akan mendapatkan keberuntungan di dunia dan akhirat. Perhatikanlah ayat ini: “Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (an-Nur 31).
Meninggalkan Perbuatan Maksiat
Agar pertobatan kita mantap, maka hal pendukung harus kita lakukan pada saat yang sama. Amal yang bersifat menyempurnakan pertobatan adalah menjauhi perbuatan maksiat. Perhatikanlah hadits ini: “Sesungguhnya Allah itu cemburu; dan cemburunya Allah yaitu apabila ada seseorang yang melakukan perbuatan-perbuatan yang diharamkan-Nya” (HR Bukhari dan Muslim).
Bertakbir dan Berdzikir pada Hari-Hari Itu
Perhatikanlah hadits ini: “Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya daripada hari yang sepuluh (sepuluh hari pertama dari Dzulhijjah). Oleh karena itu, perbanyaklah tahlil, takbir, dan tahmid di dalamnya” (HR Ahmad).
Memerbanyak Amal Shalih
Lakukanlah sebanyak mungkin amal shalih. Kerjakanlah dengan ikhlas ibadah seperti shalat, shadaqah, berjihad, membaca al-Quran, beramar makruf nahi mungkar, serta amal-amal shalih lainnya.
Berpuasa pada Hari-Hari Tersebut atau di Sebagiannya, Khususnya pada Hari Arafah.
Bahwa, secara umum, berpuasa sunnah adalah salah satu dari amal shalih yang sangat dianjurkan. Berpuasalah, bisa penuh 1 sampai 9 Dzulhijjah atau sebagian saja dari hari-hari itu atau berpuasa pada 9 Dzulhijjah saja yaitu di Hari Arafah. Khusus yang disebut terakhir, perhatikanlah hadits ini: “Puasa Hari Arafah, aku berharap kepada Allah akan menghapuskan (dosa) setahun yang telah lalu dan setahun sesudahnya” (HR Muslim).
Melaksanakan Haji dan Umrah
Berhaji dan berumrah merupakan amal ibadah paling utama pada hari-hari yang dimaksud. Perhatikanlah hadits ini: “Umrah satu kepada umrah lainnya merupakan kafarah bagi dosa di antara keduanya. Sedangkan haji mabrur tidak ada balasannya kecuali surga” (HR Bukhari dan Muslim).
Menyembelih Hewan Kurban pada Hari Nahar Tanggal 10 Dzulhijjah atau di Tiga Hari Sesudahnya
Simaklah hadits ini: “Tidak ada satu amalan yang dikerjakan anak Adam pada hari nahar (hari penyembelihan) yang lebih dicintai oleh Allah ‘Azza wa Jalla daripada mengalirkan darah. Sungguh dia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, kuku, dan rambutnya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah ‘Azza wa Jalla sebelum jatuh ke tanah” (HR Ibnu Majah dan Tirmidzi).
Bagi yang Akan Berkurban Dilarang Mencabut atau Memotong Rambut dan Kuku
Perhatikanlah hadits ini: “Siapa saja yang ingin berkurban dan apabila telah memasuki awal Dzulhijjah (1 Dzulhijjah), maka janganlah ia memotong rambut dan kukunya sampai ia berkurban” (HR Muslim). Ada yang berpendapat yang dilarang itu memotong rambut dan kuku hewan kurban.
Melaksanakan Shalat Idul Adha dan Mendengarkan Khutbah Id
Hari Raya Idul Adha adalah hari bersyukur dan hari beramal kebajikan. Maka, sepatutnya kita bisa memahami berbagai hikmah di dalamnya antara lain lewat materi khutbah pada shalat Id itu.
Sungguh, di saat kita menjumpai sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, itulah nikmat yang agung. Di saat-saat itu, kita berkesempatan menikmati “musim” ketaatan. Maka, isilah dengan berbagai amal shalih, yang dengan cara itu bisa membantu kita meraih pahala dan ampunan Allah. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni