PWMU.CO – Hikmah dongeng semut mengemuka saat kegiatan Masa Ta’aruf Siswa (Matsama) MI Muhammadiyah 2 Karangrejo (Mimdaka) Manyar, Gresik.
Penyampainya: guest teacher (gurutamu) pendongeng Mohammad Nor Qomari SSi. Acara digelar secara daring, Kamis (15/7/21).
Kak Ari—sapaan akrabnya—mengawali dongengnya dengan mengajak siswa Mimdaka melihat gerak-gerik banyak semut yang sedang berjalan beriringan dan tertib berurutan melalui video.
Dia mengisahkan, di pinggiran sebuah hutan, ada batu besar yang disampingnya ada sekelompok semut hitam. “Semut-semut itu bingung karena saat itu cadangan makanan semut habis,’’ kisahnya.
Suatu hari, lanjut Kak Ari, raja semut memanggil semua rakyatnya. “Hai rakyatku!, sekarang semua cadangan makanan kita habis, Ayo kita segera menyebar mencari makanan,’’ ujarnya menirukan perintah raja semut pada rakyatnya.
Karena semut-semut itu sangat patuh pada rajanya, lanjutnya, akhirnya semut-semut itu menyebar, ada yang berjalan ke hutan, ke pinggir jalan dan ke segala arah. “Ada satu semut yang bernama Mucil (semut kecil), dalam perjalanannya menemukan sebuah benda besar,’’ ujarnya.
Mucil mendekati benda itu, lanjutnya, lalu mucil ingin mengangkat benda Itu tetapi tidak bisa. “Benda besar apa itu, sepertinya makanan, mau kuangkat ah!,” kata mucil yang ditirukan kak Ari
“Aduh! Berat sekali benda ini,’’ kata mucil lagi. “Aku punya ide nih!.”
Kemudian, mucil memanggil teman-temannya termasuk memberitahukan kepada sang raja tentang keberadaan benda besar tersebut yang diduga makanan. “Karena mucil tidak bisa membawanya, akhirnya raja memerintahkan rakyat semut untuk membantu mucil dan menuju ketempat makanan tersebut,’’ ujar Kak Ari lagi.
Raja segera memerintahkan semua rakyatnya, tambahnya, untuk membawa benda besar tersebut bersama-sama. “Benda besar itu ternyata adalah sebuah roti yang dibuang oleh seseorang dipinggir jalan,’’ kisah ayah tiga anak ini.
Betapa senangnya rakyat semut, imbuhnya, akhirnya menemukan cadangan makanan yang banyak. “Akhirnya roti tersebut dibawa bersama-sama secara bergotong royong dan saling tolong menolong dan berhasil,’’ ungkap Kak Ari.
Berat Jadi Ringan, Sulit Jadi mudah
Dari dongeng diatas, Kak Ari menjelaskan banyak hikmah yang dapat diambil, “Kita bisa belajar dari seekor semut, sesuatu yang berat menjadi ringan sesuatu yang sulit menjadi mudah, jika kita saling membantu dan bergotong royong,’’ ujarnya.
Menyitir surat Al-Maidah ayat 2 dia menjelaskan bertolong-tolonglah kalian dalam kebaikan. “Semua siswa Mimdaka harus saling tolong-menolong dan bergotong-royong dalam kebaikan, jangan tolong menolong dalam kejelekan,’’ jelas Kepala SD Muhammadiyah 1 GKB ini.
Menurut ayah tiga anak ini bergotong royong merupakan jati diri bangsa Indonesia dan rakyat Indonesia yang sejak dulu ada.
Mengutip Penjelasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nadiem Makarim, Kak Ari menerangkan ada enam profil pelajar Pancasila. “Antara lain beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, mandiri, bernalar kritis, berkebinekaan global, bergotong royong dan kreatif,’’ kutipnya.
Masa pandemi ini, imbuhnya, harus menguatkan jati diri kita untuk terus bergotong royong dan saling tolong menolong. ‘’Agar wabah pandemi yang sangat menyulitkan ini menjadi lebih mudah untuk dilaluinya,’’ tuturnya.
“Semoga siswa-siswi Mimdaka menjadi generasi yang hebat, sampai jumpa dengan dongeng-dongeng atau cerita-cerita selanjutnya. Tetap semangat, jaga kesehatan,!’ pesannya. (*)
Penulis Musyrifah Editor Mohammad Nurfatoni