PWMU.CO – Kesaksian para sahabat Rektor Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla) Budi Utomo disampaikan Muntholib Sukandar, Sholihul Absor, dan Hidayatulloh.
Kesaksian itu mereka utarakan dalam Takziyah Virtual Mengenang Drs H Budi Utomo MKes yang berlangsung melalui Zoom, Rabu (28/07/2021)
Mengawali testimoninya, Muntholib Sukandar mengucapkan sesungguhnya kita milik Allah dan sesungguhnya kita kembali kepada Allah SWT.
Sebagai sahabat yang memiliki pengalaman bergaul lama dengan Budi Utomo, Muntholib mengaku Budi Utomo adalah tipe orang yang setia.
“Beliau itu setia kepada keluarga, setia kepada tugas yang diberikan, setia kepada janji-janji yang telah diucapkan, dan setia kepada anak-anaknya,” jelas Muntholib.
Muntholib mengaku terharu dengan apa yang ditulis Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Nur Cholis Huda di PWMU.CO tentang Budi Utomo setia merawat istri.
Budi Utomo Sosok Setia
“Sangat banyak yang terharu. Bagiamana ada seorang laki-laki yang kuat merawat istrinya yang lumpuh selama 22 tahun. Dengan penuh kesetiaan, dengan hati yang ikhlas dan disertai kesabaran tanpa keluh kesah. Semua itu membuktikan, bahwa pak Budi adalah orang yang begitu setia,” ucapnya.
Muntholib mengaku pernah melihat keindahan kesetiaan Budi Utomo itu langsung di depan mata saat Tahun 2017 umroh bersama almarhum.
“Saya melihat beliau mengantarkan sang istri untuk beribadah dengan membawa kursi roda selama lima waktu di Masjidil Haram. Tidak nampak wajah Pak Budi sedih atau bosan, bahkan tetap tersenyum dan sabar. Itulah Pak Budi yang cukup setia kepada keluarga,” tandas Muntholib.
Badan Pengurus Harian (BPH) Umla itu menambahkan, Budi Utomo adalah sosok yang betul-betul pekerja keras.
“Beliau bekerja keras mengumpulkan dokumen-dokumen (sebagai syarat mendirikan perguruan tinggi). Saat itu belum ada pengumpulan secara online, tapi beliau membawa secara fisik (dokumen-dokumen itu) kepada Departemen Pendidikan Nasional, yang waktu itu menterinya adalah Pak Malik Fadjar,” kata Muntholib.
Kemudian saat itu, lanjutnya, diberikanlah izin oleh Pak Malik Fajar, disuruh untuk mendirikan sekolah tinggi. Sehingga berdirilah pada Tahun 2006 Stikes Muhammadiyah Lamongan.
“Pada saat itu tempatnya masih sederhana dan belum mempunyai apa-apa. Bahkan mahasiswapun dapat dihitung dengan jari. Tapi Pak Budi tidak patah semangat. Satu demi satu beliau lewati untuk mendirikan Stikes Muhammadiyah Lamongan,” kata Muntholib.
Dari jerih payah itu, kata Muntholib, terkumpulah uang yang tidak begitu banyak, lalu dibelikan tanah, dan dari tanah itulah perkembangan Stikes semakin hari mahasiswanya semakin banyak.
“Sampai saat ini kita bisa merasakan tempatnya yang sangat luas, mulai dari gedung lama sampai gedung baru. Bahkan rencana untuk membuat gedung tinggi 15 lantai. Semua itu tentu butuh perjuangan yang begitu berat. Untuk mengubah Stikes menjadi Umla sangat luar biasa Pak Budi memeras keringat dan mengeluarkan tenaga,” tandas Muntholib.
Datang ke Istana Negara
Bahkan, Muntholib menuturkan, Budi Utomo pergi ke Istana Negara berkali-kali untuk melakukan lobi yang sangat panjang dan menghubungi Bapak Presiden Joko Widodo agar bisa meresmikan Universitas Muhammadiyah Lamongan.
“Dan akhirnya tergeraklah Bapak Presiden mengubah status yang awalnya Stikes menjadi Umla pada Tanggal 19 November 2018. Dari situlah program Umla terus dicanangkan,” papar Muntholib.
Pada saat Presiden datang ke Umla, sambungnya, ada tiga event yaitu meresmikan Masjid KH Bagus Hadikusumo Umla, meresmikan pergantian Stikes menjadi universitas, dan meletakan batu pertama pendirian gedung 15 tingkat dengan luas 93.000 meter persegi dan ketinggian 75 meter persegi dari permukaan tanah.
“Itu adalah peninggalan yang tidak bisa dihapus oleh sejarah. Dan itu insya Allah akan diteruskan oleh para penerus. Kita tidak boleh patah semangat dan harus meneruskan rintisan Pak Budi Utomo. Karena rintisan Pak Budi adalah rintisan budaya, rintisan peradaban,” tandasnya.
Di akhir testimoninya, Muntholib berdoa semoga tumbuh Pak Budi-Pak Budi yang lain, dan dapat mengganti dan memperjuangkannya.
“Banyak orang yang mencucurkan air mata saat beliau pergi. Bahkan ada salah satu mantan pegawai yang mendengar Pak Budi wafat, langsung menangis dan mengucap Ya Allah kenapa bapakku telah meninggal. Beliau orang yang baik, beliaulah yang mendidik saya selama menjadi pegawai di Umla,” ucap Muntholib menirukan mantan pegawai tersebut.
“Pak Budi, engkau orang yang baik, engkau orang yang sabar. Betapa cepat perpisahan ini. Tapi kami berjanji, kami akan meneruskan perjuanganmu sampai engkau menyaksikan Umla ini menjadi kebanggaan masyarakat umat dan bangsa Indonesia,” tegas Muntholib Sukandar.
Kesaksian para Sahabat di MPKU PWM Jatim
Kesaksian kedua disampaikan oleh Ketua Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) PWM Jatim dr Sholihul Absor. Dia mengatakan, MPKU Jatim dan Klinik Muhammadiyah se-Jatim mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya Budi Utomo.
“Sehari, lepas istrinya dimakamkan, saya sempatkan untuk menelpon beliau. Saat itu beliau berbeda sekali dari biasanya. Biasanya suaranya riang dan penuh motivasi, tapi pada hari itu sangat berbeda,” kata Sholihul.
Kata Sholihul, rupanya Budi Utomo dipenuhi dengan kesedihan. Bahkan Budi Utomo mengatakan dirinya sangat sedih ditinggal sang istri.
“Saya katakan, yang sabar pak. Ya siapa yang tidak sedih ditinggal sang istri. Dan ternyata selang beberapa hari setelah saya telpon, Pak Budi dibawa ke Rumah Sakit,” tutur Sholihul.
Menurut Sholihul, yang dia tahu, Budi Utomo adalah orang yang sehat secara fisik dan tidak pernah sakit.
“Maka dari itu, ketika mendengar kabar bahwa Pak Budi berada di Rumah Sakit, yang berada di fikiran saya mungkin ya lagi istirahat,” katanya.
Sholihul mengaku sudah 15 tahun dan tiga periode di MPKU Jatim bersama Budi Utomo, dan selama itu pula baginya Budi Utomo sudah seperti keluarga.
“Pak Budi itu orangnya sangat religius, tetapi beliau tidak pernah memberikan tausiyah atau ceramah-ceramah. Tapi perkataan ringan beliau itu mempunyai sisi religius,” akunya.
Suatu ketika, Sholihul menambahkan, Budi Utomo pernah memberi motivasi kepada Mudzakir, Sekretaris MPKU Jatim agar ketika menjadi asesor tidak hanya mengandalkan pintarnya saja, tapi juga disertai hati.
“Pak Budi itu orangnya aktif di Persyarikatan. Dia orang yang lurus pada keputusan Muhammadiyah. Ketika ada keputusan atau kebijakan-kebijakan baru, maka beliau langsung mengikuti tanpa ada komentar apapun,” tandasnya.
Tekun dan Pantang Menyerah
Bagi Sholihul, Budi Utomo adalah orang yang tekun. Meskipun pekerjaan sangat banyak, sedikit demi sedikit dia kerjakan tanpa pernah mengeluh dan tidak pernah kelihatan lelah.
“Bahkan saya pernah tau anaknya lagi sakit dan dibawa ke Rumah Sakit di Surabaya. Beliau wira-wiri Lamongan-Surabaya. Dan akhirnya pada saat itulah beliau kehilangan anaknya,” terang Sholihul.
Menurut Sholihul, kalau ada kegiatan MPKU Jatim tanpa Budi Utomo, rasanya kurang dan terasa hampa.
“Terlebih lagi, beliau itu tidak memandang umur. Kepada orang yang lebih tua ataupun muda beliau sangat ramah sekali. Waluupun dengan yang lebih muda, beliau tetap berbahasa krama dan santun,” katanya.
“Bahkan Pak Budi itu sudah menjadi Rektor, dimintai tolong untuk mengantarkan barang, beliau langsung berangkat mengantar. Padahal sekelas Rektor. Meskipun begitu beliau sangat dihormati dan sangat disegani,” katanya.
Kesaksian Sahabat Sesama Rektor
Kesaksian para sahabat itu juga datang dari teman sesama Rektor, yaitu Dr Hidayatulloh MSi.
Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) itu mengatakan, secara berpribadi dirinya belum bersahabat lama dengan Budi Utomo, tapi sangat dekat ketika sudah menjadi Rektor Umla.
“Dan lebih dekat lagi ketika kami mengikuti Leadership Training Ke-3 yang diadakan oleh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah,” katanya.
Hidayatulloh mengatakan, saat itu Budi Utomo adalah peserta tertua. Tapi disisi lain Budi Utomo adalah peserta yang paling enerjik.
“Tidak ada persoalan selama kegiatan. Bahkan ketika acara, beliau datang selalu tepat waktu dan paling awal. Bahkan ditunjuk menjadi ketua kelas pada saat itu,” kenangnya.
Hidayatullah mengungkapkan, ketika acara Leadership Training ke-3 itu, Budi Utomo melayani pertanyaan teman-temannya sampai dia rela mengerjakan tugas terlambat.
“Lebih menariknya, beliau itu tidurnya larut malam tapi sebelum subuh sudah bangun, dan tidak kelihatan rasa kelelahan sama sekali,” ucapnya.
“Semoga Pak Budi Utomo menjadi teladan bagi kita semua. Teladan dalam pembentukan akhlak, kesungguhan, keikhlasan ketika menjadi pemimpin,” pungkasnya. (*)
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni