Pinggirkan dulu buku paket saat belajar daring, solusi meredakan emosi orangtua dan guru, oleh Syaifulloh, penikmat pendidikan.
PWMU.CO – Masa pandemi Covid-19 kali ini benar-benar memberikan nuansa baru di bidang pendidikan. Ada tantangan baru yang membutuhkan penyelesaian secepat kilat. Agar belajar model daring bisa memberikan penguatan ilmu yang diharapkan, sesuai acuan kurikulum berbasis kompetensi.
Harapan ini dalam kondisi sekarang sepertinya sulit terpenuhi lahir dan batin. Sebab, ada hambatan sinkronisasi pemahaman mata pelajaran antara orangtua dan guru.
Ketidaksinkronan antara orangtua dan guru akhirnya menimbulkan ketegangan emosi antara ortu dan guru. Ketegangan itu bisa memuncak melebihi kapasitas masing-masing, dan justru kontraproduktif dalam pencapaian masing-masing kompetensi.
Keempat kompetensi itu adalah afektif, kognitif, psikomotorik, dan spiritual yang harusnya dikuasai siswa. Hal itu bisa jadi akan merugikan anak-anak kita pada masa akan datang, karena tidak memiliki bekal cukup dalam proses belajar sempurna, gegara adanya ketegangan emosi tersebut.
Ketegangan emosi antara guru dan ortu dalam waktu bersamaan akan mengganggu secara lahir dan batin. Akibatnya, dapat menimbulkan kondisi emosi tidak stabil dalam proses belajar mengajar yang diberikan orangtua kepada anaknya.
Juga saat menyampaikan materi kiriman dari guru sehingga tidak dimengerti dengan baik, agar bisa diperhatikan secara seksama dan dalam tempo secepat-cepatnya.
Materi Bertubi-tubi
Tidak bisa dipungkiri banyak cerita yang membuat trenyuh kita sebagai orangtua, bagaimana sang anak sampai menangis tidak karu-karuan. Saat mengerjakan soal pertama belum selesai, orangtua harus download lagi untuk materi, video, soal, dan tugas kedua. Soal kedua belum selesai, ortu sudah dapat kiriman ketiga dan selanjutnya.
Materi yang bertubi-tubi ini menjadikan emosi orangtua akan semakin meledak seperti bom atom. Di satu sisi, orangtua harus memberikan pemahaman kepada anaknya. Di sisi lain, orangtua juga harus membantu menyelesaikan materi dan soal dan tugas lainnya, agar bisa disetorkan ke gurunya dengan tenggat waktu tersedia.
Bila tenggat waktu ini lepas, maka sang anak akan menangis ginjal-ginjal gak karuan, merasa tertinggal menyelesaikan tugas dibanding teman-temannya. Kondisi inilah yang membuat orangtua menitikkan air mata dan menangis. Saat melihat buah hatinya stres dihajar materi-materi yang dia sendiri tidak paham kegunaannya.
Sang anak merasa seperti dibuat ‘daring’ (didadar garing) ketika harus belajar memahami pelajaran, yang tidak bisa dipahami dengan baik sesuai kebutuhan kompetensi yang dipersyaratkan. Emosi sang anak bisa jadi akan menjadi stres berlebihan, bahkan menjadi depresi apabila tidak ada kerjasama dan pertolongan. Yakni antara ortu dan guru dalam meredakan emosi ini dengan aktivitas yang bisa menjangkau aspek-aspek belajar.
Kompromi Merancang Pembelajaran Meaningfull
Sebagai aktivitas belajar pada masa pandemi Covid-19 ini, tetap harus diperhatikan segala aktivitas belajar dari segala macam komponen, baik berupa aktivitas fisik dan sekaligus aktivitas psikis.
Secara biologis, fisik sang anak bisa berkembang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sebelum belajar, perlu dicukupi kebutuhan fisik terhadap makanan, untuk membantu perkembangan yang seimbang dengan kebutuhan belajar masa pendemi ini. Selain itu, juga memiliki energi yang cukup untuk menyelesaikan tugas dengan baik.
Meredakan ketegangan emosi ortu dan guru pada belajar daring masa pendemi ini, harus menjadi pilihan cerdas dan bijak pihak sekolah. Yakni dalam merancang pembelajaran dengan mempertimbangkan keengganan dan kebosanan belajar tak bermakna ini.
Sekolah tidak perlu pamer gaya sudah menguasai IT dan model-model pembelajaran, karena ortu tidak paham dan tidak butuh bergaya. Yang diperlukan adalah kebutuhan yang cukup untuk anaknya agar bisa menguasai pelajaran dengan gaya sederhana. Juga dapat menyelesaikan masalah ketidakmampuan orangtua memahami materi yang diberikan oleh guru dan meneruskan kepada anaknya masing-masing.
Solusi yang bisa dilakukan oleh sekolah adalah merancang kegiatan pembelajaran di jadwal pelajaran dengan pendekatan spiritual. Pada kegiatan awal dimulai dengan kegiatan shalat dhuha, dilanjutkan dengan hafalan dan dilanjutkan mengaji al-Quran.
Tujuannya, agar orangtua dan anak tenang hatinya. Ketenangan hati inilah kunci keberhasilan pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada orangtua. Jika ketenangan tiga hati, yakni guru, ortu, dan anak ini terjalin dengan erat dan mantap, maka kompetensi yang diharapkan akan tercapai dengan mudah.
Pinggirkan Dulu Buku Paket
Solusi selanjutnya, guru dan ortu membuat target bersama dalam belajar yang sederhana dan bisa dilakukan bersama-sama. Tujuannya, agar tercapai meaningfull dalam belajar yang dilakukan hari itu.
Belajar sedikit tapi bermakna dan berkesan tanpa tekanan, sehingga anak akan terus kangen memecahlan masalah-masalah baru dan menghindari permasalahan emosi dan stres akibat banyaknya tugas yang dikerjakan. Setiap hari bila waktu senggang, ortu dan guru bisa saling memberikan umpan balik hasil belajar dan membuat solusi bersama apabila ada masalah.
Pinggirkan dulu buku paket ketika belajar. Karena dengan buku paket justru akan mengacak-acak emosi ortu, guru, dan anak. Ganti dengan worksheet yang dirancang berdasar kebutuhan belajar, agar bisa memberikan suasana berbeda setiap hari. Juga tidak seperti asal kejar setor menyelesaikan materi di buku.
Pesan Imam Ghazali, “Bersungguh-sungguhlah engkau dalam menuntut ilmu, jauhilah kemalasan dan kebosanan kerana jika tidak demikian engkau akan berada dalam bahaya kesesatan.”
Terakhir, marilah kita sama-sama kembali kepada pegangan kita, yakni al-Quran. Dalam terjemahan Surat QS al-Fajr ayat 28-29 artinya, “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.”
Wassalam. (*)
Pinggirkan Dulu Buku Paket saat Belajar Daring. Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.