PWMU.CO– Gotong royong yang terkandung dalam nilai Pancasila terapkan kepada pelajar untuk membangun mental dan karakter sebagai bangsa Indonesia.
Hal itu dikatakan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy saat menjadi narasumber talkshow dalam Rapimnas Pelajar Islam Indonesia (PII) yang digelar secara daring, Ahad (15/8/2021).
Dia mengatakan secara inklusif nilai-nilai Pancasila memiliki makna gotong royong. Mulai dari sila pertama, Ketuhanan Yang Mahaesa, gotong-royong dapat diartikan bernilai ibadah. Sila kedua yakni gotong royong pasti didasari atas asas kemanusiaan, sila ketiga tidak ada gotong rotong tanpa persatuan.
Sila keempat bahwa di dalam gotong-royong pasti terdapat musyawarah. Terakhir, sila kelima mencerminkan tujuan akhir gotong royong adalah untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
“Di dalam profil pelajar Pancasila juga disebutkan harus memiliki jiwa bergotong-royong. Selain beriman, bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, berkebhinekaan global, kreatif, mandiri, dan juga bernalar kritis,” tutur Menko PMK yang juga alumnus PII itu.
Kendati demikian, ia menekankan penanaman nilai-nilai Pancasila harus dimulai dari pembiasaan sejak dini. Anak-anak harus diajari tentang nilai-nilai Pancasila sesuai usianya, setelah itu diberikan keteladanan, serta kemudian diliterasi hingga mendarah daging.
“Pendidikan seperti itulah yang seharusnya ditanamkan pada setiap generasi untuk membentuk karakter dan jiwa-jiwa yang bernilai Pancasila. Apalagi di era pandemi saat ini, Pancasila dan kegotongroyongan harus dikedepankan agar kita sebagai bangsa Indonesia bisa terus semangat dan bangkit melawan Covid-19,” tandasnya.
Dia menilai berdasarkan komposisi kurikulum pendidikan, baik formal maupun nonformal telah maksimal dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila.
“Kalau lihat komposisi kurikulum formal maupun nonformal itu sudah maksimal. Pendidikan dan nilai-nilai Pancasila bukan hanya ada di mata pelajaran PPKN, tapi juga mata pelajaran lain, misalnya pendidikan agama atau pengetahuan alam semuanya bersinggungan dengan nilai-nilai Pancasila,” ujarnya.
Acara ini juga menghadirkan narasumber Ketua Yayasan Guru Belajar Bukik Setiawan, Rektor Mahakarya Asia University Ferro Ferizka Aryananda, Direktur Program Merial Institute Fajar Iman Hasani, Kepala Bidang Advokasi Guru Perhimpunan Pendidikan dan Guru Iman Zanatul Haeri, Founder Yayasan Hano Wene dan Program Manajer di Papua Muda Inspiratif Neas Wanimbo, juga Head of Education Save The Children Imelda Usnadibrata. (*)
Editor Sugeng Purwanto