PWMU.CO [Media Muhammadiyah Jatim] – Kebiasaan pelajar membawa motor ke sekolah menjadi salah satu keprihatinan. Sebab kebanyakan mereka belum cukup umur untuk memperoleh SIM. Untuk itulah beberapa pelajar di Jember membentuk sebuah kelompok ngonthel bernama ‘Komunitas Sepeda Tua Siswo Projo’
“Komunitas ngonthel ini didirikan dengan maksud menjadi alternatif bagi pelajar agar menghindari berkendara sepeda motor sebelum 17 tahun,” kata Sobri (24), di hadapan peserta “Yuk Sarapan” (Sharing Gerakan Pelajar Berkemajuan), di Aula Masjid Nurul Huda, Jalan Panjaitan, Malang, Jumat (9/12).
(Baca: Bak Selebritis, Pasukan Onthel IPM asal Jember Jadi Rebutan Foto di Milad Bangkalan)
Sobri mengaku menjadi anggota komunitas itu sejak awal berdirinya, 5 tahun yang lalu. “Alhamdulillah, anggota komunitas ngonthel saat ini 40 anak. Selain menghindari bermotor sebelum menginjak usia yang dibolehkan UU, komunitas ini menjadi wadah bagi penggemar bersepeda,” tuturnya. Dan yang tak kalah penting, kata Sobri, komunitas ini bisa sebagai media dakwah.
Menurut Ketua Umum Pimpinan Daerah IPM Kabupaten Jember itu, selain berekspedisi ke berbagai daerah, kegiatan komunitas ngonthel adalah mengumpulkan sampah tiap Ahad pada kegiatan car free day di sekitar Alun-Alun Jember. “Kita juga berdiskusi tentang isu-isu pelajar, seperti saat ini,” jelas Sobri.
Pada akhir November lalu, 6 anggota komunitas ini juga bersepeda PP Jember-Bangkalan Madura untuk memeriahkan Milad ke-104 Muhammadiyah. Beritanya: Ngonthel Jember-Bangkalan, Pelajar Ini Ingin Kibarkan Panji Muhammadiyah dan Pasukan Onthel IPM dari Jember Itu Sudah Tiba di Bangkalan, Inilah Suka Dukanya)
‘Yuk Sarapan’ sendiri diadakan oleh Mata Pena (MAP), sebuah komunitas di bawah naungan Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jatim. Beranggotakan kader-kader IPM yang berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur, bahkan ada yang dari Makassar.
Sobri sangat antusias dengan kegiatan ‘Yuk Sarapan’ yang diselenggarakan oleh MAP itu. “Menurut saya, MAP ini komunitas yang unik. Komunitas seperti MAP akan sangat memfasilitasi para kader IPM yang ingin tetap aktif ber-IPM, meskipun mereka tidak lagi berdomisili di daerahnya masing-masing, misalnya karena kuliah,” ungkap dia. Sobri berharap, MAP tidak hanya di Malang saja. “Jember, Surabaya, dan daerah-daerah yang banyak perguruan tinggi juga membutuhkan komunitas seperti MAP.” (*)
Kontributor Rizki Putri Ramadani