PWMU.CO – Tuan dan Puan, sesungguhnya kau penguasa sejati. Tapi, Tuan dan Puan, kau biarkan jiwa itu tak terkendali. Mengikuti nyanyian merdu koorporasi. Kau tak sadar sedang dalam jeruji.
Tuan dan Puan. Penguasa itu Raja yang bisa menentukan kemana harus pergi.
Tuan dan Puan. Sadarlah kau sang penentu hidup korporasi yang sekarang menguasai negeri. Mereka punya banyak modal dan teknologi. Tapi, Tuan pun Kau Puan. Mereka tidak punya satu hal saja, pembeli.
(Baca: Inilah Alasan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Serukan Boikot Sari Roti)
Ya, betul, Tuan pun Anda Puan. Mereka tak punya pembeli. Jadi, sadarkah Tuan dan Puan? Kalian, Raja sejati. Tapi Kalian tak sadarkan diri. Bahkan, gembira terjeruji.
Mungkin Kalian sudah malas berpikir lagi. Atau, sudah tak peduli dengan martabat diri. Entahlah, Tuan dan Puan. Aku hanya berusaha membangunkan jiwa yang lama terjeruji.
Tuan dan puan. Aku belajar banyak teori ekonomi. Tidak ada teori yang selengkap dan sehebat kapitalisme yang selalu mampu beradaptasi.
Ketika sosialisme datang berusaha menegasikan eksitensi, secepat kilat kapitalisme berubah mencari model terkini. Kini, tak ada yang mampu mengungguli.
(Baca juag: Dok! SD Teladan Nasional Ini Resmi Hentikan Pasokan Produk Sari Roti)
Tuan dan Puan, sementara ini, perkenan aku mengatakan, kapitalisme yang mencengkram negeri, melalui korporasi besar yang bertaji, tak mungkin kita mampu ungguli, dengan hanya sekedar menghadirkan kooporasi sendiri.
Koorporasi besar itu telah mencengkram taji di seluruh negeri. Sehingga terasa berat berkompetisi. Karena memang pasar tak berimbang lagi.
Tuan dan Puan, penistaan agama yang dilakukan Ahok, ternyata membuat kita terkonsolidasi. Tuan dan Puan, kita bersama bersikap dan bergerak tanpa peduli segala upaya menghalangi Kita terkonsolidasi secara rapi. Tuan dan Puan, sadarkah, ternyata banyak makna yang bisa kita pelajari. Demi, memberbaiki negeri, yang kita cintai. Bersambung ke halaman 2 …