Tuan dan Puan, tiba ada peristiwa kecil yang menyadarkan diri. Ya, Tuan, drama kecil tentang roti. Puan pasti tahu karena sering beli setiap pagi. Di toko-toko dan jalanan, kita beli setiap hari.
Awalnya kita puji-puji. Mengira mereka ikhlas berjuang bersama kita membela keberagaman negeri. Mendukung melalui sedekah roti. Lawan penista agama bernama Tuan Basuki.
Eh…ternyata Tuan dan Puan, kita salah lagi. Dengan angkuh, koorporasi roti sampaikan secara resmi. Mereka tidak terlibat dalam aksi. Komitmen korporasi sepenuhnya untuk NKRI. Tidak terlibat politik negeri.
(Baca: Kasus Sari Roti: Hilangnya Etika Bisnis dan Kejumudan Politik)
Tuan dan Puan, kita yang datang ikhlas bersuara dalam aksi. Sejatinya untuk NKRI. Sejak awal Tuan dan Puan, kita menolak tegas terlibat dalam politik praktis negeri. Sikap kita ikut aksi, karena terganggunya nurani. Ketika keberagaman agama dipreteli oleh Pak Basuki.
Tuan dan Puan, koorporasi roti buat klarifikasi yang jujur, tentu itu baik dan kita berterimakasih sekali. Tapi, Tuan dan Puan koorporasi roti, kok klarifikasi bercampur dengan sikap yang tak elok kami cermati, seolah menyampaikan pesan bahwa yang turun ikut aksi tidak cinta NKRI.
Tuan dan Puan. Tibalah solidaritas di antara kami. Terkait sikap koorporasi roti. Dengan hati yang tersakiti, ramai ajakan boikot roti. Dampaknya, luar biasa terasa sampai kini. Umat kompak mulai menjauhi untuk membeli.
(Baca: Sari Roti Hapus Pengumuman Resmi tentang Aksi 212 dari Situs Resminya)
Tuan dan puan, aku langsung teringat dengan satu teori yang aku pelajari. Kekuatan sejati bagi koorporasi adalah para pembeli.
Tuan dan Puan, kapitalisme yang diwakili kooporasi tidak bisa dikalahkan dengan ideologi ekonomi terkini. Karena koorporasi bisa dirobohkan oleh pembelinya sendiri. Ya kau Tuan dan Puan, raja sesungguhnya yang punya kendali. Stop tak mau beli. Maka koorporasi roti roboh mati.
Tuan dan Puan, gerakan konsumen ini sudah banyak dibahas di banyak teori. Gerakan konsumen bisa banyak melakukan perubahan bagi negeri. Koorporasi pun tak bisa pungkiri fakta itu kini. Pertanyaan pentingnya kini: apakah Tuan dan Puan sebagai konsumen sejati berkenan bersatu lagi.
(Baca juga: Pedagang Keliling Sari Roti Ini Rasakan Dampak Boikot dan Inilah 3 Paragraf Pengumuman Resmi Sari Roti tentang Aksi 212 yang Picu Aksi Boikot)
Melawan koorporasi tak punya empati dan simpati kepada konsumennya sendiri. Pun, koorporasi lain yang mencengkram negeri ini. Dimana mereka rakus ingin mengambil semua pun kekuasaan politik menggunakan uang koorporasi yang tak berseri.
Tuan dan Puan, bila solidaritas kita bangun kokoh. Agaknya, kita bisa menentukan harus ke mana pembangunan negeri. Karena korporasi anak negeri pun berdiri. Dengan daulat penuh untuk kepentingan negeri. Mari berdikari. berdaulat di negeri sendiri. Kelemahan kita menguasai ekonomi harus segera diakhiri, dan saat ini momentumnya sedang menghampiri. Jangan tunda lagi.
Wahai Tuan dan Puan bangkitkan semangat diri. Bersama kita bangun ekonomi.
Pinang, 10 Desember 2016
Dahnil Anzar Simanjuntak, SE, ME