PWMU.CO — Menjadi Produktif dan Solutif di Masa Pandemi dipaparkan Nurul Wafiyah MPd dalam acara Rapat KoordinasiMajelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Gresik bersama Kepala Sekolah/Madrasah Muhammadiyah se-Kabupaten Gresik secara virtual melalui Zoom Claud Meeting, Kamis (26/8/21).
Selain dia, pemateri lain adalah Ketua Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Jawa Timur dr Sholihul Absor MKes, Wakil Ketua PDM Gresik Dr Mustakim SS MSi, Atase Dikbud KBRI Seoul Korea Selatan Gogot Suharwoto SPd MEd PhD.
Nuwaf—panggilan akrab Nurul Wafiyah—menyampaikan saat ini kita masih diberi nikmat yang bagus. “Jika hari ini kita bangun tanpa menggunakan tabung oksigen, tanpa ada selang infus di tangan kita, tanpa tumpukan obat-obatan yang kita minum, itu adalah anugerah yang sangat luar biasa,’’ ujarnya.
Menurutnya, saat ini kesehatan merupakan anugerah yang luar biasa. Sehingga apa yang harus kita lakukan dengan anugerah ini untuk diri kita dan orang lain. “Maka mari sama-sama mencari solusi bagaimana bersinergi untuk menjadi baik secara bersama-sama. Menjadi baik sendiri itu bagus namun jika baik bersama-sama itu luar biasa,’’ ajaknya.
Wanita kelahiran Gresik ini menjelaskan, kita sudah mengalami masa pandemi ini selama dua tahun. “Jadi seharusnya kita sudah sangat paham dengan kondisi pandemi yang saat ini kita rasakan,’’ jelasnya.
Tetapi ada sebagian dari kita, lanjutnya, masih banyak pertanyaaan dan keterkejutan akan kondisi pandemi ini. “Sebenarnya itu tidak perlu. Karena daya antisipatif kita sudah cukup baik,’’ ungkap dia.
Diibaratkan selama dua tahun dalam tubuh kita, imbuhnya, antibodinya sudah terbentuk cukup besar. “Rencana-rencana ini harusnya sudah menjadi bagian dari kehidupan kita Sehingga apapun yang kita rencanakan sudah menjadi respon kondisi-kondisi yang luar biasa,” terangnya.
Kondisi Tidak Menentu
Anggota Majelis Dikdasmen PDM Gresik itu menyampaikan, kondisi yang tidak menentu saat ini tentu saja sangat tidak menyenangkan bagi sebagian orang dan menjadi sesuatu yang tidak pasti.
“Karena bisa saja hari ini, minggu ini kita terlihat baik-baik saja, bahkan akan muncul sebuah aturan kebijakan untuk tatap muka. Namun kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, mungkin saja berubah,’’ tuturnya.
Dengan kondisi ini, lanjut dia, kita harus menjadi penganalisis yang luar biasa. “Yang mana ada dua cara yang bisa kita jadikan pedoman, ada Manajemen Resiko dan Manajemen Krisis,’’ lanjutnya.
Dia menjelaskan manajemen risiko artinya kemampuan kita untuk membuat rancangan untuk merencanakan sebuah keadaan dengan memperhatikan potensial-potensial risiko yang mungkin muncul, jadi dalam kondisi seperti ini potensi ketidakpastian itu lebih besar.
“Kita pasti akan punya rencana A, B ,C dan lain sebagainya. Muncul dalam pikiran kita, jika nanti posisi di level 4, 3 bagaimana, atau mungkin saja nanti kita akan berada di level 1 dan lain sebagainya. Jika kita benar-benar ada di level 1 itu akan luar biasa, Alhamdulillah Itu sebuah keajaiban,’’ paparnya.
Sedangkan manajemen krisis, lanjutnya, adalah kemampuan kita untuk mengolah, merencanakan sesuatu dalam kondisi ketika kita ada di posisi krisis.
“Apa yang kita lakukan, tentu saja yang kita butuhkan adalah ketenangan, antisipatif, referensi dan wacana yang luar biasa dan tentu saja kebersamaan sebuah sistem benar-benar tercermin disini, sehingga kita bener-benar tahu apa yang kita lakukan saat kita dalam keadaan kritis,’’ jelasnya.
Yang perlu kita ingat, sambungnya, bahwa cara kita menghadapi suatu masalah harus dengan ketenangan, dan dengan hati yang dingin, itu akan menjadi obat yang luar biasa saat kita menghadapi masa sulit atau kritis.
Positif atau Negatif?
Ibu kelahiran 18 Maret 1974 ini menyampaikan, bagi sebagian orang, pandemi itu dianggap sesuatu yang negatif. “Akhirnya membuat-buat alasan untuk tidak berbuat apapun yang berguna, dan itu akan menjadi masalah,’’ ujarnya.
Namun bagi orang yang keren, imbuhnya, pasti akan segera mengantisipasi dan mempersiapkan diri melakukan sesuatu yang baik sehingga harus tetap inovatif, produktif dan solutif di masa seperti ini.
Menurutnya, diakui atau tidak masa pandemi ini sebenarnya banyak hal yang positif. “Jadi yang semula kita tidak tahu banyak hal tentang platform-platform dalam pembelajaran apalagi bagi guru-guru yang usianya mendekati usia pensiun berubah menjadi pandai mentransformasi kemampuan manual ke digital,’’ ungkap Sekretaris Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Manyar, Gresik, ini.
“Itu kalau tidak dipaksakan seperti ini, Indonesia tidak akan mencapai kemampuan internet of thing-nya dalam waktu yang cepat. Mau tidak mau masa pandemi sekarang memaksa kita masuk ke masyarakat industri 4.0,’’ katanya.
Keuntungan lainnya, masa pandemi ini adalah meminimalisasi pembiayaan. “Karena banyak hal yang semula berbayar menjadi tidak ada biaya, kita tidak perlu mengeluarkan banyak biaya perjalanan, biaya ATK (alat uls kantor) yang dulu banyak sekarang juga hanya sedikit,’’ tuturnya.
Masa pandemi juga membuat mobilitas jadi lebih rendah karena berbenturan dengan banyak aturan sehingga kegiatan belajar-mengajar pun tidak ada tatap muka. “Kalaupun ada pasti banyak aturan,” ujarnya.
Nuwaf berharap, kita bisa mengambil hikmah dari peristiwa di masa pandemi ini. Tentu banyak hal yang baik. “Mari kita terus bergerak dan bernyawa untuk mewujudkan hal-hal yang baik, suatu kesukaran pasti berdampingan dengan kemudahan, dan hikmah itu pasti muncul,’’ ajaknya. (*)
Penulis Musyrifah Editor Mohammad Nurfatoni