PWMU.CO – Lahir dari gejolak PKI pada tahun 1965, itulah kiprah awal MTs Muda Kedungadem. Perjuangan berat para pendiri yang perlu diteladani.
MTs Muhammadiyah 2 (Muda) Kedungadem, Bojonegoro, kini telah menapaki usia 56 tahun. Salah satu pendidik yang masih peduli dengan keberadaan sekolah tersebut adalah Abdul Latif (69 tahun). Mengajar dari tahun 1976 hingga 2016, Abdul Latif mengakhiri pengabdian mendidiknya selama 40 tahun, karena faktor kesehatan.
Menurut Abdul Latif, MTs Muda Kedungadem awalnya bernama SMP Islam dan berdiri pada 1 Agustus 1965. “Pada masa itu belum ada sekolah Islam yang berada di Kedungadem, sehingga para Tokoh agama, masyarakat, dan pendidikan berdiskusi untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan Islam,” ujarnya.
Para tokoh yang hadir saat itu adalah Kiai Nuhazin, H Moh Ngabdan, Drs H Kholiq Hasyim, Hartono HY, H Sukran, Yakup, dan Munasir. Maka pada saat itu terbentuklah sekolah dengan nama SMP Islam Kedungadem. “Lalu pada tahun 1967 digantilah menjadi PGA 4 tahun atau sering dikenal dengan Pendidikan Guru Agama (PGA) sampai tahun 1978,” jelas Abdul Latif.
Selanjutnya, sambung dia, pada 1978 ada regulasi pemerintah dalam hal ini Departemen Agama, yakni mengganti nama PGA 4 tahun menjadi MTs Islamiyah. “Pada tahun 1987 secara resmi berubah nama menjadi MTs Muhammadiyah 2 Kedungadem, di bawah binaan Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kedungadem sampai hari ini,” terangnya, Rabu (24/8/21).
Ada pesan yang disampaikan Abdul Latif, agar MTs Muda Kedungadem tidak sampai pudar apalagi buyar. “Selalu rawat MTs Muda, karena pada zaman itu mendirikan lembaga pendidikan Islam butuh perjuangan yang sangat berat,” pesannya.
Lahir dari Gejolak PKI
Kisah pendirian MTs Muda juga disampaikan Drs H Kholiq Hasyim (86 tahun). Mantan Kepala SMP Islam dan pemikir cikal bakal berdirinya MTs Muda Kedungadem, itu ditemui di kediamannya di Desa Drokilo Kecamatan Kedungadem, Bojonegoro.
“Dulu waktu saya sebagai Kepala SMP Islam Kedungadem, HM Ngabdan dan Kiai Nuhazin, selaku sesepuh, menyarankan untuk mengganti nama SMP Islam menjadi PGA 4 tahun. Lalu pada akhirnya menjadi MTs Muhammadiyah 2,” tuturnya.
Sekolah ini, kata Kholiq Hasyim, didirikan ketika bergejolaknya Partai Komunis Indonesia (PKI). Yakni saat aksi-aksinya menguasai panggung perpolitikan tanah air. “Sehingga dengan nama SMP Islam, diharapkan generasi muda mempunyai iman dan mental spiritual yang kuat untuk memegang ajaran-ajaran Islam,” jelasnya.
Harapannya, sambung dia, agar generasi muda selalu merawat dan menjaga MTs Muda Kedungadem. “Tetaplah untuk meneruskan perjuangan orang-orang terdahulu,” pesan Kholiq Hasyim.
Di sisi lain, Ketua PCM Kedungadem Drs H Bambang Utomo MM yang juga mantan Kepala MTs Muda Kedungadem selama dua periode (2000-2008) menyampaikan pesan. Dia berharap MTs Muda tetap menjadi sebuah lembaga pendidikan yang dicari masyarakat, bermutu, dan berkualitas.
“Ibarat kehidupan yang sarat akan sejarah, begitu pula dengan lembaga pendidikan yang mempunyai sejarah dan dikenang sepanjang, seperti MTs Muda Kedungadem, sekolah yang kini sudah berusia 56 tahun,” tandas Bambang Utomo.
Struktur Organisasi
Berikut struktur organisasi kepengurusan Yayasan Pendidikan Islam tahun 1965 berdasarkan dokumen yang ada di MTS Muhammadiyah 2 Kedungadem .
- Ketua umum : Moch Ngabdan
- Wakil ketua : Moch Toha
- Penulis I : Suliman
- Penulis II : Busjairi
- Bendahara I : Moch Ya’qub
- Bendahara II : Marwan
- Pembantu I-VII : Sumardji, Mudjafar, Nuhazin, A Wachid, Abu Toja, A Choliq danSokran.
Pada tahun 1987 terjadi pergantian kepengurusan yang baru, berikut kepengurusannya.
- Ketua umum/Penasehat Ngabdan
- Ketua I Moh. Nuhazin
- Ketua II Abd Rochim
- Ketua III Muhadi Adnan
- Sekretaris I Slamet
- Sekretaris II Masduqi Irfan
- Bendahara I H Sya’roni
- Bendahara II H Nurchozin
- Pembantu I-VI Ma’ruf, Mu’allim Dahlan BA, Munasir, M Marwan, Nursyam, Moeridan Suyuti.
Itulah kepengurusan Yayasan Pendidikan Islam MTs Muhammadiyah 2 Kedungadem era 1965 dan 1987. (*)
Penulis Samsul Arifin. Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.