PWMU.CO – MCCC: Mari Bersiap Hidup Berdampingan dengan Covid-19. Dalam acara Tanwir Muhammadiyah yang digelar secara virtual, Sabtu (4/9/2021).
Wakil Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) dr Aldila S. Al Arfah mengatakan, pandemi Covid-19 tidak akan berlalu dengan cepat. Tidak ada yang tahu pasti kapan akan berakhir.
Oleh karena itu, pihaknya mengajak agar masyarakat bersiap hidup berdampingan dengan Covid-19. Serta tetap berupaya terhidar dari virus ini dengan disiplin protokol kesehatan dan melakukan vaksinasi.
“Pandemi Covid-19 ini akan tetap ada dan menetap pada waktu yang lama. Atau yang disebut dengan istilah long pandemi. Lalu nanti akan berubah menjadi endemi. Seperti halnya demam berdarah. Dulu menjadi wabah yang besar sekali. Sekarang sudah menjadi endemi. Maka dari itu mari bersiap hidup berdampingan dengan Covid-19. Mari menyongsong hari dengan optimis,” ujarnya.
Bagaimana Muktamar 2022
Berkenaan dengan pelaksanaan muktamar yang rencananya diadakan di Surakarta tahun depan, dirinya kemudian menjelaskan kondisi Covid-19 di Jateng. Dia memaparkan, Jateng berada di peringkat tiga dalam kasus penyebaran Covid-19. Sedangkan kasus kematiannya tertinggi se-Indonesia.
“Maka dari itu, Muktamar di Surakarta nanti, kita harus memproteksi diri dengan baik. Harus ditentukan jumlahnya berapa yang datang,” tuturnya.
Dia menyampaikan seluruh jaringan rumah sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah sudah melakukan vaksinasi sebanyak lebih dari 1 juta dosis. Jumlah itu patut disukuri, karena sebelumnya hanya diperkirakan hanya mampu 60 ribu saja.
“Prediksinya di November atau akhir Oktober bisa vaksin dosis 1 sebanyak 317 juta sekian. Dengan catatan, jika kecepatannya penyebaran landai seperti 1 September kemarin. Untuk dosis kedua 531 juta sekian,” ujarnya.
Tentu, sambungnya, dengan catatan, stok vaksinnya ada. Sebagaimana disampaikan bapak Haedar Nashir, memang kondisi global semua butuh vaksin. Moralitas kita kaitannya dengan saling berbagi vaksin ini juga dipertanyakan.
Menurut penuturan para ahli, lanjut dia, vaksin hanya memberikan imunitas selama setahun. Sehingga perlu dilakukan vaksinasi lagi.
“Bapak-Ibu yang sudah divaksin awal tahun, misalnya. Itu harus divaksin lagi. Sehingga imunitasnya bisa muncul kembali. Agar tetap aman, maka nanti di Muktamar perlu ada suster,” usulnya.
Dia mengatakan, jika vaksinasi bisa berjalan lancar, maka mayoritas populasi Indonesia sudah memperoleh vaksinasi di November 2022. Namun, hal tersebut tidak membuat herd immunity tercipta.
“Apakah herd immunity akan tercipta? Dari beberapa ahli menyampaikan sulit terjadi. Karena vaksin tidak mencegah penularan. Kemudian imunitas tidak bertahan lama. Virus terus bermutasi. Sehingga tentu harus 100 persen populasi divaksinasi,” terangnya.
“Namun vaksin bisa mengurangi risiko kematian. Kasus kematian pada pasien Covid-19 yang sudah divaksin hanya 4,1 persen. Sedangkan yang belum divaksin, mencapai 15,5 persen. Dari total yang meninggal, rata-rata 3 persen sudah divaksin. 97 persen belum vaksin. Artinya kalau ada 10 orang meninggal, 3 di antaranya sudah divaksin. Maka vaksinasi adalah untuk perlindungan individu. Bukan pada herd immunity,” ujarnya. (*)
Penulis Miftahul Ilmi Editor Mohamamd Nurfatoni