PWMU.CO – Kajian Ummahat Berlian School: Nikmat Mana yang Kamu Dustakan? SD Muhammadiyah 2 GKB (Berlian School) Gresik menggelar Kajian Ummahat bertema “Nikmat Mana yang Kamu Dustakan, Meningkatkan Iman dan Imun di Masa Pandemi”, Jumat (10/10/21).
Dalam kajian virtual melalui Zoom itu hadir sebagai pembicara Dra Luluk Dyah Hermiyati. Kajian diawalai oleh lantunan ayat suci al-Quran yang dibawakan siswi kelas V Ahmad Dahlan Madinah Chaerani, putri Chumaedi.
Siraman Rohani
Kepala Berlian School Fauzuddin Ahmad SPd menyatakan, dengan model yang inovatif dan kreatif, Kajian Ummahat memberikan siraman rohani bagi ustadz dan ustadzah, ibu-ibu, ayah-bunda, dan peserta lainnya.
Dia mengatakan, banyak nikmat Allah yang sudah diberikan pada kita. Nikmat kesehatan yang begitu besar sehingga kita bisa beraktivitas, beribadah, menyiapkan keluarga, melayani suami dan menyiapkan anak didik kita. Supaya anak-anak menjadi generasi islami berakhlakul karimah.
“Semua nikmat tidak pernah akan cukup untuk kita tulis, namun kita dapat merasakan banyak nikmat yang Allah berikan,” ujarnya membuka acara.
Sementara itu dalam pengantarnya, Ketua Seksi Dakwah Ikatan Wali Murid (Ikwam) Berlian School Ririn Darwati Ningsih menyampaikan Kajian Ummahat ini merupakan kajian virtual yang kedua yang dilaksanakan oleh Seksi Dakwah Ikwam periode 2020-2022.
Ibu siswa bernama Athfal Yarist itu berharap selain bermanfaat untuk menambah wawasan, kegiatan ini juga dapat lebih mempererat tali silaturahmi antara Ikwam Berlian School dengan para orangtua wali.
Ikaduri Fatnawati—ibunda Gempar Jagad Samudra—bertindak sebagai moderator dalam kajian ini. Ia menyemangati peserta sebelum acara inti dimulai.
“Semua nikmat Allah tidak akan bisa kita hitung. Kalkulator secanggih apapun, saya yakin tidak akan bisa menutupi nikmat Allah yang sebegitu banyaknya.”
Luluk Dyah Hermiyati
Keagungan Nikmat Allah
Luluk Dyah Hermiyati yang akrab disapa Ustadzah Luluk, menerangkan, ia menyukai nama kajian ini. Ummahat merupakan jamak atau plural dari ummi atau ummun. Huruf “Ha” dilafalkan dengan mufakhamah, maka ummahat bis bermakna manifestasi atau perwujudan dari keagungan para ibu.
Selanjutnya dia menjelaskan kandungan al-Quran Surat ar-Rahman, yang di situ dijelaskan Allah telah menurunkan, melimpahkan beberapa, bahkan semua nikmat, yang telah diberikan kepada manusia. “Dihamparkannya bumi seluas-luasnya dan diisi dengan buah-buahan, biji-bijian, itu semua hanya untuk manusia.
“Semua nikmat Allah tidak akan bisa kita hitung. Kalkulator secanggih apapun, saya yakin tidak akan bisa menutupi nikmat Allah yang sebegitu banyaknya, seperti yang dijelaskan pada Surat an-Nahl ayat 18,” ulasnya.
Beberapa macam nikmat Allah ia jelaskan, salah satunya nikmat fitriah. Yakni nikmat yang ada pada diri atau personalia hidup kita. “Kemudian nikmat ikhtiyariah, nikmat ini berupa nikmat Allah yang kita peroleh atas usaha kita,” ujarnya.
Ketiga, nikmat alamiah yaitu nikmat alam sekitar kita. “Nikmat alam dari Allah ini benar-benar kita butuhkan, seperti air dan udara yang kita hirup sehari-harinya,” ujarnya.
Selanjutnya nikmat diniah yaitu nikmat agama Islam. “Yakinlah bahwa agama yang kita anut adalah agama yang baik,” kata dia.
Dan yang kelima adalah nikmat ukhrawiah yaitu, nikmat akhirat. “Nikmat yang harus kita usahakan. Nikmat inilah yang akan kita petik nanti jika telah dihisab di yaumil mahsyar,” tuturnya.
Tidak lupa ia menjelaskan bagaimana cara mensyukuri nikmat yang Allah berikan, di antaranya yaitu hati mengakui dan meyakini bahwa segala nikmat yang diperoleh itu dari Allah, lisannya senantiasa mengucapkan kalimat thayyibah, dan menggunakan nikmat Allah untuk beramal shaleh.
Iman dan Imun di Masa Pandemi
Ustadzah Luluk melanjutkan, di tengah ujian pandemi Covid-19 ini sabar dan syukur menjadi obat dalam menjalani beberapa dampaknya. Di antaranya ekonomi keluarga melemah dan penghasilan menurun, sulitnya mendapatkan pekerjaan kembali akibat PHK, serta banyak keluarga yang kesusahan menjalani kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Oleh karena itu, perlunya menguatkan iman dan imun (imunitas atau kekebalan tubuh). Dia mengatakan, untuk meningkatkan imun adalah dengan makanan yang mengandung gizi seimbang yang halal thayibah, berolah raga. “Berikut cara yang dilakukan Rasulullah dalam menjaga imun yaitu, qiyamul lail, tilawah al-Quran dan shalat Subuh,” katanya.
Ia juga memaparkan cara mempertebal iman di masa pandemi ini. “Yakin semua yang terjadi atas izin dan kehendak-Nya, mengambil hikmah, dan belajar untuk bisa konsisten dan teguh dalam keimanan, istikamah beribadah,” terangnya.
Selanjutnya, beberapa kunci agar bisa mencapai tingkat keimanan yang seutuhnya yaitu, tetap konsisten menjalankan segala bentuk kebaikan dan menjadikan situasi pandemi ini sebagai ajang untuk mendapatkan bekal akhirat.
“Hikmah yang bisa kita ambil dari pandemi Covid-19, menunjukkan manusia itu lemah, maka jangan sombong. Jadikan sebagai intropeksi dan muhasabah. Dan yang terakhir kesehatan adalah komando kehidupan, maka harus dijaga sebaik-baiknya,” tuturnya.
Kelola Syukur dan Malas
Pada kesempatan diskusi, lebih dari tiga orang mengangkat tangan secara virtual. Salah satunya, Faizah Dini. Pertanyaan menarik ia lontarkan pada Ustadzah Luluk: “Bagaimana cara kita mengelola syukur agar selalu ada dalam pikiran kita?”
“Kadang diparingi (diberi)sedikit rasa tidak enak, itu sudah masyaallah. Ceritanya sampai mana-mana. Tapi ketika diparingi nikmat sudah lupa cara mensyukurinya. Lalu bagaimana mensyukurinya? Tentunya kita selalu berhusnudzon, meningkatkan ibadah kita, meningkatkan amal ibadah kita dan selalu pasrah kepada Allah,” jawabnya.
Pertanyaan selanjutnya disampaikan oleh Ika Nur Rachmawati ibunda Maulana Nabhan Ali Althaf, “Bagaimana cara kita mengatasi rasa malas ketika beribadah?”
“Tentunya selalu berdoa kepada Allah agar dihindarkan dari rasa malas, selalu berdzikir kepada Allah supaya malas kita ini hilang dan berusaha sekuat tenaga untuk menghilangkan rasa malas tersebut,” jawab Ustadzah Luluk.
Tak Sekadar Gugur Kewajiban
Fitriyah Rahayu Arinta, ibunda Maryam Nakumi, menjadi penanya berikutnya. “Sering kita melakukan ibadah hanya sekadar melepaskan kewajiban. Bagaimana diri kita menyadari bahwa setiap ibadah yang butuh adalah kita bukan sekedar gugur kewajiban?” tanya dia.
Ustadzah Luluk menjawab, “Supaya ibadah kita tidak hanya sekadar gugur kewajiban, maka kita harus menyadari dan mulai belajar bahwa yang butuh Allah itu kita,” ujarnya.
Maka, sambungnya, mulai sekarang kita menyadari oh ini kebutuhan saya, oh ini kebutuhan saya bekal di akhirat nanti. Sehingga kewajiban tadi setelah kita laksanakan kita belajar menyadarkan hati bahwa ibadah semata-mata bukan suatu kewajiban tapi kebutuhan kita.
Pertanyaan ketiga disampaikan oleh Sheilla Habibie Triena dari ibunda Darren Eshan Quitera: “Amalan apa yang bisa membantu untuk healing (penyebuhan)diri kita selain dzikir?”
“Selain dzikir, yang bisa kita lakukan adalah selalu husnudzan pada Allah dan orang-orang di sekitar kita, supaya kualitas hidup kita menjadi lebih baik. Selain itu apabila kita memiliki nikmat Allah yang lebih kita bisa berbagi dengan orang disekitar kita,” terangnya.
Akhirnya moderator menyimpulkan, nikmat Allah tidak akan bisa dihitung. Salah satu nikmat terbesar yang diberikan Allah pada kita adalah nikmat iman. (*)
Penulis Novia Qurrati Ayunina Editor Mohammad Nurfatoni