Opini oleh Uzlifah, aktivis Aisyiyah Kota Malang dan Sekretaris The HQ Center
PWMU.CO – Kini, kita sedang berada dalam pertengahan bulan Desember. Artinya, sebentar lagi tahun 2016 akan berakhir dan berganti tahun baru 2017 Masehi. Kalender Masehi sendiri begitu kuat menjadi sistem penanggalan dunia, termasuk Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Yang juga menjadi persoalan adalah, perayaan pergantian tahun Masehi selalu menimbulkan keprihatinan, karena telah berfungsi sebagai pesta penuh kemubadziran.
(Baca: Kasus Sari Roti: Hilangnya Etika Bisnis dan Kejumudan Politik)
Sejarah 1 Januari
Ditinjau dari sejarahnya, Tahun Baru Masehi pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM (sebelum masehi), tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai Kaisar Roma. Ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak Abad VII SM. Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir Pagan Kuno.
Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap 4 tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini.
(Baca juga: Fenomena Ghazwul Fikr dan Ketidaksiapan Generasi Bangsa)
Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus.
Pada mulanya perayaan ini dirayakan baik oleh orang Yahudi, yang dihitung sejak bulan baru pada akhir September. Selanjutnya menurut kalender Julianus, tahun Romawi dimulai pada tanggal 1 Januari. Paus Gregorius XIII mengubahnya menjadi 1 Januari pada tahun 1582 dan hingga kini seluruh dunia merayakannya pada tanggal tersebut.
(Baca juga: Family Gathering Aktivis Muhammadiyah Jatim, Ditunggu karena Keunikan dan Kejutannya)
Pada masanya, setiap tanggal 1 Januari rakyat Romawi penyembah berhala menggelar pesta hura–hura, mabuk–mabukan, sampai pesta seks. Dan semakin ke sini, setelah Romawi sudah memeluk Kristen, tahun baru 1 Januari telah dijadikan sebagai salah satu hari suci umat Nasrani.
Bagi orang Nasrani yang mayoritas menghuni belahan benua Eropa, Tahun Bbaru Masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus, sehingga agama Nasrani sering disebut agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi (M). Bersambung ke halaman 2 ….