Peran keluarga
Berangkat dari persoalan tersebut di atas maka perlu adanya sikap antisipatif dari pihak pihak terkait, pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Harus mulai membuat strategi yang cerdas, meskipun tidak bisa menghilangkan efek negatif tersebut seratus persen setidaknya bisa meminimalisasi.
Peran keluarga tetaplah menjadi penentu dalam hal ini . Keluarga harus bisa berperan sebagai orangtua, guru, sahabat, teman atau bahkan konselor sekalipun. Kejadian pahit di masa lalu dalam setiap perayaan tahun baru perlu untuk diceritakan pada putra-putri di dalam sebuah keluarga guna memberi gambaran pada mereka tentang sebenarnya yang terjadi di luar.
(Baca juga: Mencetak Generasi Hebat Penguasa Masa Depan)
Pemberian pemahaman terhadap peningkatan kwalitas keimanan harus senatiasa diberikan oleh orang tua sebelum putra-putri kita mendapatkan dari orang lain dan itu harus selalu istiqomah dengan metode penyampaian yang sefleksibel mungkin dalam sebuah keluarga, sehingga dengan bekal ilmu yang didapat mereka akan bisa bersikap secara bijak dan mandiri dalam arti mampu melindungi diri mereka sendiri ketika jauh dengan keluarga.
Bagi putra-putri yang jauh dari keluarga semisal sekolah atau kuliah di luar kota maka tetap harus ada komunikasi untuk saling wa tawa shoubil haq. Kemudian bagi mereka yang bersama keluaraga, maka seyogyanya membuat sebuah konsep acara berbasis keluarga, penulis berpendapat ada beragam aktivitas menyenangkan bisa dibuat dalam sebuah keluarga dengan camping, makan bareng , atau traveling.
(Baca juga: Di Tengah Budaya Nongkrong, Anak Muda Malang Ini ‘Bartapa’ untuk Proses Pencerahan Diri)
Semua bisa dilakukan dengan gembira dan menggembirakan kemudian diiringi pola pembinaan keagamaan dalam jamaah keluarga (spiritual family gathering). Konsep ini juga bisa sebagai salah satu upaya keluarga untuk memperkenalkan putra-putri agar bergaul pada oarang orang yang shaleh. Sebagai orang tua harus bisa membukakan pintu bagi putra-putrinya agar mereka tidak salah pintu. Sekali salah dalam memilih teman akan berakibat fatal di kemudian hari.
Tulisan ini saya tutup dengan ungkapan mutiara: “Pergaulilah orang-orang yang jujur dan menepati janji”. “Seseorang itu terpengaruh oleh agama temannya, maka hendaklah kamu memperhatikan siapa yang berteman dengannya.” Tahun Baru dengan iman yang baru demi masa depan yang terbaik bagi kita semua. (*)