PWMU.CO – Kampung 1001 Malam bukanlah sebuah dongeng. Kampung bernama unik itu benar-benar ada. Berlokasi di pinggiran sungai Kali Anak, Kelurahan Dupak, Kecamatan Krembangan, Surabaya.
Meski namanya megah ala dongeng Aladdin—“Negeri 1001 Malam”—tapi nasib warganya memprihatinkan. Mereka menempati lahan terisolasi di kolong jalan tol Dupak yang menghubungkan Surabaya-Gresik. Jalan tol itu penyebab akses ke kampung terputus.
Rata-rata, para warga berprofesi pengemis, pengamen, kuli bangunan, tukang becak, dan buruh kasar.
Masih menjadi misteri siapa warga yang kali pertama nekat mendirikan rumah di sana. Mbah Jo—sapaan akrab Sudarjo, sesepuh kampung berusia sekitar 70 tahun—mengaku dirinya pencetus nama kampung tersebut. Selain itu, dia menyatakan yang pertama membangun sepetak rumah di sana.
Hingga sekarang, 400 warga atau sekitar 175 kepala keluarga tinggal di kampung itu. Ada sekitar 150 anak usia sekolah. Di antaranya, 95 anak usia setara siswa PAUD-SD. Selebihnya, remaja berusia setara SMP dan SMA. Masalahnya, tidak semua anak bisa bersekolah, bahkan masih ada yang buta huruf.
Rata-rata, para warga berprofesi pengemis, pengamen, kuli bangunan, tukang becak, dan buruh kasar. Kini, sudah ada fasilitas posyandu, ponten umum, dan tempat peribadatan di sana.
Ada Matahari di Kampung 1001 Malam
Melhat kondisinya seperti itu, PCM-PCA Krembangan ikut prihatin. Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Krembangan Surabaya Sutikno SSos menggerakkan timnya untuk membantu meningkatkan kualitas layanan pendidikan maupun perekonomian warga Kampung 1001 Malam, Ahad (19/9/2021).
Sekitar pukul 8 pagi, rombongannya tiba di Mushala al-Amin kampung itu. Mereka terdiri dari Ketua Tim “Ada Matahari di Kampung 1001 Malam” M Yusuf, Ketua Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Krembangan Hj Ummu Khasanah, Ketua Rumah Pintar Matahari (RPM) Luki Darmawan, dan tim kesehatan yang dipimpin dr Zuhrotul Mar’ah Lailatusholichah.
Pelatihan Remaja
Ada tiga program yang akan PCM-PCA Krembangan jalankan bersama Rumah Pintar Matahari. Pertama, memberi pelatihan kepada remaja usia produktif agar keterampilan mereka meningkat.
Pelatihan itu di antaranya las listrik, potong rambut, dan sablon. Untuk bulan ini, rencananya ada pelatihan las listrik dengan menggandeng Komunitas Muda-Mudi Surabaya (KMS), Ahad (26/9/2021) pekan depan.
Setelah ikut pelatihan, para remaja diarahkan untuk membantu memasarkan hasil usaha atau produk olahan warga setempat. Misal, keripik bayam. Dengan begitu, harapan Sutikno, terbentuk kemandirian berwirausaha di masa mendatang.
Pembinaan Anak dan Ibu
Kedua, pembinaan anak-anak yang menggandeng RPM, yaitu Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) di bawah naungan Majelis Pelayanan Sosial (MPS) PCM Krembangan Surabaya.
Mereka berperan mengelola pembinaan anak-anak. Contohnya, membantu biaya pendidikan, mengajak dan menjaga hafalan surat pendek juz 30, melatih sholat, dan mengadakan pengajian.
Lain lagi untuk pembinaan ibu-ibu. PCA Krembangan Surabaya berencana mengajak belajar membaca al-Quran, mengadakan kajian, hingga menggelar pelatihan merawat jenazah.
Dakwah Rutin Tiap Pekan
Ketiga, dakwah. M Alimuddin dari Majelis Tabligh PCM Krembangan mengoordinasi rencana kajian rutin setiap pekan. Sebab, banyak warga yang belum bisa membaca dan menulis, apalagi membaca al-Quran.
Sementara itu, Sri Purwanti—salah satu warga kampung itu—sangat mengapresiasi upaya PCM-PCA Krembangan. “Memang rata-rata warga di sini masih banyak yang belum bisa membaca apalagi mengaji,” ujarnya.
Bersyukur, masih ada ‘matahari’—simbol kehadiran Muhammadiyah/Aisyiyah—di Kampung 1001 Malam.(*)
Penulis Yuda Panuluh Editor Mohammad Nurfatoni