PWMU.CO – Mencari Solusi agar Siswa SMP Mutiara Ini Bisa ke Sekolah. Vina Puspitasari, siswi kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Sangkapura Bawean (SMP Mutiara), terpaksa sekolah daring.
Jarak antara sekolah dan rumahnya terpaut tiga kilometer, menjadi penghalangnya. Sementara itu, selama ini tidak ada yang bisa mengantarnya. Vina—panggilan akrabnya—juga tidak punya transportasi yang memudahkan dia pergi ke sekolah.
Vina tak enak hati jika terus-menerus berangkat bersama teman dari sesama dusunnya setiap hari.
Kondisi ini tidak membuat Vina berhenti belajar. Demi memenuhi harapan ibunya, dia tetap semangat belajar walau via daring. Dia menunggu keajaiban datang (punya kendaraan) dan pihak sekolah memberi jalan keluar di tengah keterbatasan ini.
Sekolah Daring Tidak Efektif
Padahal, pembelajaran daring Vina masih kurang efektif. Sebab, dia sering terkendala sinyal tidak terhubung wifi. Tak hanya itu, Vina juga kurang paham jika hanya belajar lewat daring. “Apalagi pelajaran matematika,” ujar Sufiah, ibunya.
Menghadapi persoalan ini, lima guru SMP Mutiara kembali mengunjungi kediaman Vina, Selasa (21/09/21). Kali ini, sudah terhitung kunjungan ke-5 sejak masa penerimaan siswa baru. “Kebetulan, saat dikunjungi Vina sedang tidak di rumah dan keluar bersama sepupunya,” ujar Sufiah, ibu Vina.
Kata Lailatul Husna, salah satu guru yang hadir, para guru ingin mengetahui kabar belajar Vina di rumah. Selain itu, mereka juga membawa kabar baik berupa solusi keberangkatan Vina ke sekolah.
Bekerja Serabutan
Vina hanya tinggal berdua dengan Sufiah, ibunya yang kini berusia 49 tahun. Sebab, orangtuanya telah bercerai. Mereka tinggal di tepi pantai Dusun Polo Asem (Pulau Asem), Desa Daun, Kecamatan Sangkapura, Bawean.
Sehari-hari, ibunya bekerja serabutan. Sumber keuangan mereka bergantung pada hasil membuat sapu lidi. Mereka mengambil bahan baku berupa daun kelapa dari atas gunung, tepat di belakang rumah. Selain itu, mereka berburu se’e (kerang kecil) di pantai, kemudian menitipkan ke orang untuk dijual di pasar.
Keterbatasan ekonomi tidak lantas membuat keduanya pasrah menjalani kehidupan. Sufiah berupaya tetap menyekolahkan Vina. Sufiah perempuan tegar, sabar, dan berkeinginan kuat membuat anak-anaknya sukses, baik dalam pendidikan maupun pekerjaan. Harapan dan cita-cita dia gantungkan pada kesuksesan anak-anaknya kelak.
Kakak Berusaha Dapat Upah Layak
Sebelumnya, Sufiah sudah pernah menikah dan dikarunia seorang anak. Devi Ratnasari, anak pertama Sufiah, ikut sang ayah tinggal di Malaysia.
Devi sering menelepon untuk memastikan Sufiah dan Vina dalam keadaan baik. Dari komunikasi via telepon itu, Sufiah mengetahui Devi belum juga menemukan pekerjaan berupah layak. Akibatnya, Devi belum bisa membantu biaya pendidikan adiknya.
“Devi berharap, nanti ketika menemukan kerja dengan gaji yang cukup dan layak akan senantiasa mengirimkan upah hasil keringatnya kepada ibu dan adiknya di Bawean,” ujar Sufiah menirukan ucapan anaknya.
Tiga Solusi untuk Vina
Berikut tiga solusi yang guru-guru tawarkan untuk Vina. Pertama, Vina tinggal di Asrama Nyai Siti Walidah. Ini dikelola SMA Muhammadiyah 2 Sangkapura, bekerja sama dengan SMP Muhammadiyah 3 Sangkapura.
Kedua, Vina tinggal di rumah bibinya di desa Tajung. Ternyata, rumah itu dekat rumah wali kelasnya. Vina bisa berangkat bersama wali kelasnya.
Ketiga, Sufiah bisa minta tolong sepupu Vina di Polo Asem untuk mengantar Vina ke sekolah, walau tidak genap satu pekan. “Intinya, Vina bisa belajar ke sekolah juga bersama teman-temannya,” ujar Husna, sapaan akrab Lailatul Husna.
Sufiah lantas mengucap terima kasih atas saran dan usulannya gurunya. “Nanti saya sampaikan kepada anaknya terkait tempat tinggal agar mudah dan bisa sekolah seperti anak yang lainnya,” ungkapnya.
Upaya Mengurus Kelengkapan Administrasi
Di samping itu, para guru juga melaporkan kelengkapan administrasi sekolah. Kata Zainab, guru lainnya yang ikut, Vina belum mengumpulkan kartu keluarga (KK) sebagai syarat kelengkapan administrasi sekolah. Padahal, ini penting untuk data rapor, ijazah, dan bantuan biaya jika sewaktu-waktu diminta.
Kartu keluarga Sufiah yang baru memang belum ada. Dia sempat membuatnya ke kantor kelurahan, tapi belum jadi sampai saat ini. Sufiah menyatakan tidak sanggup bolak-balik menanyakan kelanjutan KK barunya. Sebab, jarak rumah ke kelurahan lumayan jauh.
Kata Sufiah, akte kelahiran Vina juga bernasib sama. “Sudah mengurus dan memenuhi syarat dengan meminta surat keterangan kelahiran dari dokter tetapi belum keluar sampai hari ini,” ujarnya.
Maka, Zainab menyarakankan, Sufiah menanyakan kembali ke kepala dusun dengan membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan KK. “Kemudian minta jalan keluar, barangkali hal ini langkah awal yang tepat untuk selanjutnya mengurus lagi ke kantor kelurahan,” tutur Zainab.
Usai menyampaikan itu, ditambah melihat langit tampak mendung, guru-guru berpamitan pulang. Mereka tancap gas agar segera sampai di sekolah sebelum hujan. (*)
Mencari Solusi agar Siswa SMP Mutiara Ini Bisa ke Sekolah: Penulis Sawaluddin Eka Saputra Editor Mohammad Nurfatoni