PWMU.CO– BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) meluncurkan program Mahasiswa Peduli Stunting disingkat Mahasiswa Penting di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jumat (24/9/2021).
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Suprapto yang hadir di acara itu mengatakan, melalui pendampingan mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pencegahan stunting di tingkat keluarga.
”Peran dan keterlibatan mahasiswa di perguruan tinggi memiliki potensi dalam melakukan edukasi kepada masyarakat, sekaligus mengaplikasikan ilmu untuk pemberdayaan masyarakat,” kata Agus Suprapto mewakili Menko PMK Muhadjir Effendy.
Presiden Jokowi, ujar Agus, telah mengeluarkan Peraturan Presiden No. 72/2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting. Karena itu, target penurunan angka stunting hingga 14% di 2024 harus benar-benar digenjot dengan melibatkan semua pihak, termasuk mahasiswa.
”Stunting ini bukan hanya concern orang kesehatan saja, tapi seluruh lintas ilmu. Maka saat memberikan edukasi, mahasiswa juga bisa melakukannya lewat pendekatan budaya setempat dan memberikan contoh,” ucap Agus.
Aris Riyanta, Asisten Sekretaris Daerah Bidang Pemberdayaan Sumber Daya Masyarakat Pemerintah Provinsi DIY, melaporkan, kasus stunting di DIY tahun 2021 sebesar 14% atau di bawah angka nasional 27%. Badan Pusat Statistik (BPS) 2020 mencatat, Indeks Khusus Penanganan Stunting DIY mendapatkan 79,3 poin atau tiga tertinggi se-Indonesia.
”Saya kira program Mahasiswa Penting ini merupakan inovasi dan upaya nyata pencegahan stunting yang sejalan dengan program KKN tematik mahasiswa dan Kampus Merdeka yang sudah dijalankan oleh perguruan tinggi di DIY,” aku Aris.
Sebagai penanggung jawab percepatan penanganan stunting sesuai amanat Perpres No. 72/2021, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menegaskan, program Mahasiswa Penting digaungkan hingga ke seluruh perguruan tinggi. Jangkauannya meluas menyentuh masyarakat hingga pelosok tanah air.
Dia mengakui, pencegahan dan penanganan stunting masih terhambat oleh pemahaman masyarakat. Perilaku mencegah lahirnya anak stunting juga belum tepat dilakukan.
”Stunting ini jadi masalah atau hambatan menuju 2045. Kita gandeng mahasiswa agar mereka ikut memberikan edukasi terutama kepada calon pengantin, ibu hamil berisiko, dan ibu menyusui. Karena ini upaya pencegahan maka tidak ada kata berhenti dan harus terus dilakukan,” tandas Hasto.
Hadir dalam peluncuran program Mahasiswa Penting antara lain Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ditjen Dikti Aris Junaidi dan Rektor UMY Gunawan Budianto.
Acara ini juga dilaksanakan secara daring yang diikuti perwakilan BKKBN se-Indonesia dan mahasiswa sejumlah perguruan tinggi yang KKN Tematik dengan tugas sosialisasi, edukasi, dan pendampingan pencegahan stunting di berbagai daerah. (*)
Editor Sugeng Purwanto