PWMU.CO– Santri ideal menurut istri Wakil Wali Kota Pasuruan Suryani Firdaus SSos minimal mencakup lima hal. Ciri itu adalah taat, berprestasi, tawadhu, disiplin, dan bermanfaat.
Ciri santri ideal disampaikan Suryani Firdaus di acara sharing dan motivasi kepada santriwati SPEAM Putri, Ahad (26/9/21).
Hadir dalam acara ini mudir pesantren beserta jajarannya, murabbi dan guru, Badan Pembina SPEAM (Sekolah Pesantren Entrepreneurship Al Maun Muhammadiyah), Pimpinan Daerah Muhammadiyah dan Aisyiyah.
Suryani yang lulusan Pesantren Putri Al-Mawaddah, Ponorogo, menjelaskan ciri santri ideal satu persatu. Pertama, taat kepada Allah, orangtua, pimpinan pesantren dan murabbi.
Kedua, prestasi di bidang akademik dan non akademik. ”Kenapa kita harus berprestasi? Karena setiap waktu yang telah kita lalui tidak akan kita kembali lagi ke sana. Maka alangkah meruginya kalau kita tidak berprestasi,” jelas Ani, panggilan akrab Suryani Firdaus.
Ketiga, santri harus tawadhu. Tidak sombong. Menghindari sombong, Ani berpesan kepada para santri supaya selalu mengiringi doa di setiap usaha. ”Doa tanpa usaha adalah sia-sia dan usaha tanpa doa adalah sombong,” tuturnya.
Keempat, santri harus berdisiplin. Disiplin dalam menaati peraturan dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.
Ani mengisahkan pengalamannya di pesantren yang selalu mandi setiap hari pukul tiga pagi sebelum Subuh. Itu ia lakukan mendisiplinkan diri dan memanfaatkan waktu dengan baik.
Kelima, santri harus bermanfaat bagi keluarga dan lingkungan sekitar.
Punya Impian
Dia mendorong para santri menulis impian hidup masing-masing dan kemauan yang kuat untuk mewujudkannya. ”Saya dulu menulis seratus daftar impian dalam hidup. Alhamdulilah, sudah puluhan yang terwujud,” ungkapnya.
Secara garis besar, mantan aktivis HMI ini membuat garis besar impian hidupnya. Pertama, jadi ustadzah, impian ini muncul tatkala Ani sering diajak ibunya berdakwah. Kegiatan ibunya ini yang menginspirasinya untuk melanjutkan.
”Waktu kecil saya sering ikut Ibu berdakwah, dan ketika ada yang bertanya, apa cita-catamu nanti, spontan saya jawab menjadi ustadzah,” terang Ani.
Kedua, kuliah di mana. Bagi Ani, seorang santri tidak cukup sekolah menengah atas saja. Alumni SPEAM harus melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi.
Ketiga, santri harus mempunyai impian di mana dia bekerja, kapan dia menikah dan bagaimana dia memulai usaha.
Keempat, impian memberangkatkan orangtua untuk umrah dan haji. Kelima, impian memiliki kendaraan, tempat tinggal, investasi dan lai-lain.
Bernostalgia
Ani menyampaikan, merasa seperti bernostalgia ketika pertama kali datang ke SPEAM dan bergabung dengan santriwati di aula putri. Dia bercerita tentang masa-masa indah ketika belajar di pesantren bersama teman-temannya.
”Saya merasa kembali ke belasan tahun yang lalu, saat saya mondok di pesantren. Saya masih ingat makan harus antre, dan malangnya setelah saya mendapat makanan, piring saya jatuh. Ketika mau minta makan lagi, makanannya tinggal sedikit,” kenangnya di hadapan para santriwati SPEAM.
Selesai mengisi acara, Ani menyempatkan berkeliling ke asrama ditemani oleh murabbi dan santriwati.
Penulis Dadang Prabowo Editor Sugeng Purwanto