PWMU.CO– Ini kelebihan pesantren dibanding sekolah. Satu-satunya lembaga pendidikan yang pola dan sistem pendidikannya terkontrol dengan baik. Menyatunya pendidikan keluarga, sekolah, dan lingkungan sosial.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Badan Pembina Pesantren S-PEAM Kota Pasuruan, KH Dr Syamsudin MAg pada acara sharing dan motivasi pada Ahad (26/9/21). S-PEAM adalah Sekolah Pesantren Entrepreneurship Al Maun Muhammadiyah.
Syamsudin yang juga Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim ini menyampaikan, pesantren memiliki ciri khas yang berbeda dengan sekolah pada umumnya.
”Di pesantren, tri pusat pendidikan itu menjadi satu. Yaitu pendidikan keluarga, sekolah dan lingkungan sosial. Semuanya ada di pesantren,” ungkapnya. Ini kelebihan pesantren.
Oleh karena itu, dibandingkan dengan lembaga sekolah pada umumnya pesantren memiliki ketahanan yang lebih baik. Syamsudin mencontohkan seorang anak yang di pagi hari belajar dan mendapatkan pendidikan yang baik di sekolah, belum tentu ketika di lingkungan keluarga dan sosial dia mendapatkan hal yang sama.
”Apalagi kalau kita salah menempatkan anak-anak kita di sekolah, maka akan terjadi hal yang berbahaya,” lanjut Syamsudin.
Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya ini kemudian menukil surat Ibrahim ayat 35
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.
Kepada para santriwati, Syamsudin berpesan, ibu adalah madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, dia berharap para santriwati belajar dengan tekun dan sungguh-sungguh.
Tak lupa, Syamsudin juga berdoa semoga S-PEAM menjadi lembaga pendidikan yang bermanfaat bagi umat dan bangsa.
Pembicara lain istri Wakil Wali Kota Pasuruan, Suryani Firdaus SSos, mengungkapkan ciri ideal seorang santri meliputi lima hal: taat, berprestasi, tawadhu, disiplin dan bermanfaat.
Suryani juga lulusan pesantren yaitu Pesantren Putri Al-Mawaddah, Ponorogo. Dia merasa seperti bernostalgia kembali ketika pertama kali datang ke Pesantren SPEAM dan bergabung dengan santriwatinya.
”Saya merasa kembali ke belasan tahun yang lalu, saat saya mondok di pesantren. Saya masih ingat bagaimana makan harus antri ketika makan, dan malangnya, setelah sudah mendapat jatah makanan, piring saya jatuh. Ketika saya mau ambil makanan lagi, makanannya tinggal sedikit,” kenangnya. (*)
Penulis Dadang Prabowo Editor Sugeng Purwanto