PWMU.CO – Filosofi lebah dan ulat terungkap di Sekolah Kader yang digelar oleh Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) Tulungagung dan Remaja Masjid Al-Fattah.
Sekolah kader ini dilaksanakan di aula Masjid Al-Fattah Tulungagung, Jumat (1/10/2021). Pada pertemuan pertama ini pematerinya adalah Sekretaris Majelis Tarjih Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Tulungagung Aji Damanuri.
Tantangan Kader Masa Kini
Dalam pemaparannya Aji Damanuri menjelaskan lima tantangan masa kini yang harus dihadapi oleh para kader Muhammadiyah.
“Pertama masalah-masalah yang tumbuh di masyarakat semakin kompleks dan meluas. Masyarakat anomali dan serba permissif. Kedua semakin berkembangnya berbagai pemikiran yang ekstrem atau radikal. Dari yang cenderung radikal konservatif fundamentalistik hingga radikal liberal sekularistik,” ujarnya.
Ketiga, lanjutnya, semakin berperan dan meluasnya para juru dakwah kontemporer di media massa elektronik dan majlis-majlis taklim yang mempengaruhi ruang publik umat sedemikian rupa.
“Keempat semakin berperannya media massa baik cetak apalagi elektronik dalam mempengaruhi, membentuk dan mengubah orientasi hidup manusia modern saat ini,” ungkapnya.
“Terakhir kelima munculnya penyakit alienasi sebagai salah satu bentuk penyakit adaptasi. Yaitu manusia dipisahkan dari pengalaman manusiawinya. Individu menjadi otomat-otomat yang kehilangan spontanitas, kreatifitas dan individualitas,” papar Wakil Dekan I Bidang Akademik dan Kelembagaan IAIN Ponorogo ini.
Kapal Karam
Aji Damanuri selanjutnya mengilustrasikan organisasi yang kacau itu seperti kapal karam. Kapal besar berlayar penuh muatan dan diterpa gelombang dahsyat.
“Nakhoda dan awak kapal sibuk sendiri-sendiri dan tak mampu mengendalikan arah perjalanan. Kompas pun tidak di tangan. Sementara penumpang pun melebihi kapasitas dengan berbagai macam tingkah. Bahkan di antara mereka ada yang membocorkan kapal secara tak bertanggungjawab,” jelasnya.
“Dalam keadaan seperti itu kapal bukan hanya akan kehilangan arah. Bahkan kemungkinan karam di tengah jalan sebelum sampai ke pantai tujuan. Apa yang dapat diharapkan dari ekspedisi semacam itu,” sambungnya.
Orang yang Dibutuhkan Muhammadiyah
Menurutnya orang yang dibutuhkan oleh Muhammadiyah adalah orang yang mempunyai waktu dan mau mewakafkan waktunya untuk menyumbangkan tenaga, pikiran, keahlian serta dananya.
“Kekuatan yang membawa kepada tujuan Muhammadiyah, penggerak dinamika organisasi. Dan orang yang menekuni gerak organisasi seperti pengurus, pengurus amal usaha, tenaga profesional seperti muballigh, guru, dosen, karyawan, dokter, direktur, rektor dan yang lainnya,” terangnya.
Sementara itu, sambungnya, bidang keahlian yang juga tidak kalah pentingnya bagi Muhammadiyah adalah ulama, doktor, profesor, administrasi, dokumenter, muballigh aktivis dan seluruh unsur yang bergerak atas nama Muhammadiyah.
“Selain tenaga dan keahlian, yang tidak kalah penting adalah dana, prinsip jer basuki mowo beyo. Muhammadiyah memerlukan orang-orang yang dermawan dan selalu siap untuk berkorban dan berjuang dengan harta dan jiwa,” tegasnya.
Oleh karena itu, ujarnya, untuk menjadi kader yang militan perlu langkah-langkah strategis. Diantaranya sosialisasi paham agama dan nilai-nilai ideal (MKCH dan lainnya) secara intensif dan tersistem ke seluruh tingkatan dan lini persyarikatan.
“Mengintensifkan perkaderan dan transformasi kader, mengintensifkan pengajian anggota/pimpinan dan meningkatkan disiplin/ketaatan berorganisasi. Juga mengefektifkan fungsi-fungsi kepemimpinan kolektif-kolegial secara efektif dan regulatif, menghidupkan kembali dan mendinamisasi basis anggota dan organisasi di akar rumput,” urainya.
Selain itu, menurutnya, spirit kader perlu terus dicas supaya kembali semangat. Diantaranya dengan memperkuat tauhid sebagai pandangan hidup utama, jihad fisabilillah sebagai etos gerakan dan berilmu sebagai modal kemajuan.
“Juga memperkuat kesalihan individual sebagai basis spiritual yang membuahkan kesalihan sosial, etos tajdid untuk perubahan ke arah kemajuan, amal shalih sebagai wujud pengamalan dan aktualisasi ajaran, sistem organisasi berbasis jam’iyah, imamah, dan jamaah sebagai instrumen gerakan,” rincinya.
Penggerak di Segala Medan
Di akhir pemaparannya Aji Damanuri memberikan pesan kepada para kader agar bisa meniru lebah sebagaimana di sebutkan dalam Surat An-Nahl ayat 68-69. Lebah itu bisa hidup dimana-mana, tidak harus di suatu tempat. Lebah bisa hidup di gunung, di pohon maupun di rumah manusia.
“Seorang kader bisa menjadi penggerak aktif dalam segala medan. Makan yang baik-baik seperti lebah makan bunga buah-buahan. Artinya input yang masuk ke hati dan otak kader haruslah sesuatu yang baik. Begitu pula yang keluar dari perut lebah juga yang baik dan bermanfaat. Begitulah seharusnya sikap seorang kader,” tuturnya.
Sekali waktu, ungkapnya, kader juga bisa meniru puasa ulat untuk menghadirkan sesuatu yang indah. “Ulat untuk menjadi kupu-kupu yang bisa terbang perlu puasa dan bersabar. Maknanya gigih dalam berjuang untuk apa saja demi cita-cita,” pesannya. (*)
Penulis Hendra Pornama. Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.