PWMU.CO– Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah menghadiri pertemuan pemimpin agama dan pendidikan se dunia di Kota Vatikan, Selasa (5/10/2021) waktu Roma.
Laporan vaticannews.va menyebutkan, ada 19 pimpinan agama dan pendidikan yang hadir di pertemuan agama dan pendidikan dengan topik menuju kesepakatan global tentang pendidikan.
Hadir antara lain Imam Universitas Al Azhar Mesir Syaikh Ahmad al-Tayyeb, Pemimpin Katolik Paus Fransiscus, Rabbi Yahudi Noam Maran, Kepala Studi Islam Akademi Sains Teheran Prof Sayed Mostofa Mohagegh Damad, sejumlah pimpinan dari Gereja Ortodoks Rusia, Kristen, Sikh, dan lainnya.
Pertemuan ini memperingati Hari Guru Sedunia pada 5 Oktober yang ditetapkan Unesco sejak 1994.
Pidato tuan rumah Paus Fransiskus menekankan hubungan khusus yang dimiliki tradisi keagamaan dengan pendidikan. Dia mengatakan, agama dipanggil untuk gerakan pendidikan baru menuju persaudaraan universal. Dia mendesak semua orang yang peduli dengan pendidikan untuk menandatangani pakta ini.
“Dengan latar belakang ini,” kata dia, “perwakilan agama, yang pertama kali bertemu untuk membahas masalah pendidikan, mengarahkan seruan kepada pemerintah untuk menemukan kembali prioritas pendidikan dalam agenda politik negara mereka, dengan menawarkan yang lebih baik dukungan kepada para pendidik dan lebih mempertimbangkan semua aspek dari kategori profesional ini”.
Dihubungi terpisah Prof Abdul Mu’ti dalam pertemuan itu menyampaikan peran guru mendidik rakyat tapi belum seimbang dengan kesejahteraan hidupnya. Terutama di negara miskin.
”Dengan dedikasi penuh, guru bekerja sepenuh hati untuk siswanya. Untuk dedikasi ini mereka mengorbankan waktu, tenaga, keluarga, dan hidup. Untuk menemui siswa, guru harus tinggal di daerah terpencil dengan fasilitas yang sangat minim. Ada guru di kamp-kamp pengungsi. Ada situasi di mana guru harus mengajar di tengah perang,” tutur Abdul Mu’ti yang guru besar UIN Jakarta.
”Kondisi guru belum sesuai dengan kontribusinya. Guru di banyak negara, dibayar di bawah standar. Ada guru yang hidup dalam kondisi ekonomi yang buruk,” sambungnya.
Dia menyampaikan, tugas besar para guru untuk menyiapkan masa depan bangsa bahkan dunia yang baik ini menurutnya perlu menjadi perhatian para tokoh agama di dunia untuk menggaungkan penghormatan yang layak dan sepatutnya diterima oleh para guru.
“Dari sudut pandang agama, guru memiliki misi profetik sebagai utusan Tuhan yang memegang, mengajar, dan mengubah ajaran agama ke dunia,” tandas Mu’ti.
Mengenalkan Muhammadiyah
Abdul Mu’ti mengenalkan Muhammadiyah bergerak progresif memasukkan isu perubahan alam sebagai salah satu program prioritas dalam Muktamar ke-47 di Makassar tahun 2015.
Diterangkan, Muhammadiyah menyusun buku Fikih Air dan Fikih Lingkungan yang mengupas teologi Islam tentang tanggung jawab atas air dan alam. Konsep itu diwujudkan dengan gerakan menyelamatkan alam melalui sedekah sampah dan mendidik rakyat untuk peduli dengan lingkungan.
”Juga memberi advokasi publik untuk pelestarian alam dan lingkungan melalui undang-undang yang berkaitan dengan pertambangan, deforestasi, dan pemukiman yang dalam konteks Indonesia telah menjadi penyebab utama masalah alam dan lingkungan,” katanya. (*)
Editor Sugeng Purwanto