PWMU.CO– Sembilan magister baru meriahkan suasana Smamda Sidoarjo. Tak pelak, grup WhatsApp SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo sangat ramai pada Ahad (17/10/2021). Ucapan selamat mengalir dari pagi hingga malam. Tak henti-henti.
Sembilan magister dari guru dan karyawan Smamda Sidoarjo wisuda S2 setelah lulus Magister Pendidikan (MPd) dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida).
Mereka adalah Ernawati Kristinningrum (guru Kimia), Ucik Fauziah (guru Fisika), Nur Jamilah (guru Sejarah), Liesa Anggraeni (guru bahasa Jepang), Istiqomah (guru Fisika), Ellya Rohati (guru Biologi), Muhammad Yasak (karyawan tata usaha), Mauludy Fallakhi (karyawan IT), dan Guntur (custodian).
Juga ada Hurum Maqsurotun, resepsionis Smamda yang wisuda S1. ”Selamat untuk Bapak Ibu yang wisuda S2 dan S1 hari ini. Bu Erna, Bu Ucik, Bu Jamilah, Sensei Liesa, Bu Istiqomah, Bu Ellya, Pak Yasak, Pak Mauludy, Pak Guntur, dan Bu Hurum. Barakallah,” tulis Siti Agustin, Wakil Kepala Smamda Sidoarjo bidang Humas dan PSDM.
Smamda memang mendorong semua guru minimal bisa mengenyam pendidikan S2. Guru yang sudah menyandang status sebagai guru tetap harus menempuh pendidikan S2. Kini sembilan magister lulus bersama. ”Alhamdulillah ini sudah lulus semua. Semoga angkatan selanjutnya juga lancar,” kata guru Bahasa Indonesia itu.
Ingin Mundur
”Kuliah sambil mengajar itu rasanya sesuatu banget. Harus pintar membagi waktu antara kuliah dengan tugas pokok mengajar,” kata Ucik Fauziah, guru Fisika.
”Belum lagi ketika tugas kuliah menumpuk bersamaan dengan tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga. Terkadang hal ini mendapat protes dari anak karena dianggap lebih mementingkan tugas kuliah,” tutur perempuan yang biasa dipanggil Cikgu.
Sedangkan Istiqomah, teman Ucik sesama guru Fisika merasa kuliah sambil mengajar itu adalah dua hal yang sangat penting. Tanggung jawabnya besar sekali. Selain terhadap siswa, wali siswa, sekolah dan juga terhadap Allah taala.
”Selama kuliah dan mengajar saya lakukan dengan enjoy, karena jika dibandingkan dengan kuliah eksak, kuliah di Manajemen Pendidikan lebih santai,” papar perempuan yang biasa dipanggil Bu Alkhlifi.
Pernyataan ini diamini oleh Liesa Anggraeni. Perempuan yang akrab dipanggil Liesa Sensei ini menganggap perlunya kerja, waktu, dan tenaga ekstra serta manajemen waktu dalam melakukan keduanya. ”Dukungan dan doa dari keluarga dan teman-teman juga menjadi hal yang sangat penting,” lanjut Sensei.
Apalagi bidang perkuliahan yang dipilih sangat berbeda dari bidang ilmu sebelumnya. Ada yang teknik, sains, bahasa, yang bukan unsur pendidikan. ”Jadi selama perkuliahan empat semester banyak hal dan ilmu baru yang saya peroleh dan pelajari,” tambah ibu tiga putri ini.
Guntur, Yasak, dan Mauludi juga merasakan hal sama. Sebagai tenaga kependidikan di Smamda, kuliah sambil kerja, menurut mereka, sangat menguras tenaga dan pikiran.
”Tetapi saya menikmati semuanya karena semua apa yang kita inginkan butuh perjuangan,” tutur Guntur.
Yasak membenarkan apa yang disampaikan Guntur. Kuliah sambil bekerja, suatu hal yang gampang-gampang susah. Selain masalah biaya, juga harus pandai mengatur waktu. ”Awal kuliah, rasanya ingin mundur saja. Di pertengahan juga. Alhamdulillah akhirnya bisa selesai juga,” tambah Yasak.
Namun demikian berkat bantuan Smamda yang sangat besar dalam proses perkuliahan semua menjadi lebih mudah. ”Apalagi kegiatan di Smamda banyak yang berkaitan dengan tugas-tugas kuliah kami. Bahkan penelitian dari tugas tesis kami mengambil penelitian di Smamda,” ujar Mauludi.
Pengalaman yang sangat berkesan adalah kekompakan teman-teman seperjuangan dari Smamda. Saling bantu, saling menguatkan, dan saling mendukung sehingga bisa melampaui kesulitan dan bisa lulus bersama. ”Alhamdulillah terasa lega sekali bisa lulus tepat waktu dan wisuda, seperti memiliki sayap untuk bisa terbang,” pungkas Yasak diamini teman-temannya. (*)
Penulis Ernam Editor Sugeng Purwanto