PWMU.CO– Flood Barrier hasil penelitian siswa SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (Smamda Sidoarjo) menjadi solusi mengatasi banjir.
Hasil karya ini berhasil menyabet dua penghargaan sekaligus. Medali emas dan penghargaan spesial dalam lomba World Invention Competition and Exhibition (WICE) 2021 Category IT & Robotics.
Lomba itu diselenggarakan oleh Indonesia Young Scientist Association (IYSA) bekerja sama dengan SEGi College Subang Jaya (SEGi University and Colleges Malaysia).
Presentasi melalui Zoom, Selasa, 28 September 2021, karya ini langsung mendapat apresiasi dari juri. “Alhamdulillah kami mendapatkan gold medals dan special awards sekaligus,” tutur Shalihat Azka Sabrina, sekretaris tim peneliti Smamda Sidoarjo dihubungi Selasa (26/10/2021).
Tim rekayasa teknologi dari ekstra kurikuler (ekskul) Smamda ini beranggotakan Farhan Rahmansyah, Wahyu Widihansyah, Shalihat Azka Sabrina, Ezzedin Umbu Ahimsa Zein Suhartoyo, dan Bayu Widihansyah.
Pengumuman hasil lomba sebenarnya sudah disiarkan, 30 September 2021.
Ide pembuatan projek ini berasal dari banjir sungai yang terjadi di Indonesia. Data dari World Resources Institute pada tahun 2015 menunjukkan, Indonesia berada di peringkat enam negara yang paling berisiko banjir sungai.
Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memaparkan, kerugian dan kerusakan akibat banjir mencapai Rp30 triliun pada tahun 2014.
”Oleh karena itu kami membuat inovasi teknologi ramah lingkungan yang dapat mengatasi dan menekan jumlah kerugian yang sering disebabkan oleh bencana banjir,” kata Shalihat siswa kelas XII MIPA 2.
Aplikasi Banjir
Flood Barrier merupakan inovasi dinding pintar berbasis IoT yang memanfaatkan karet sebagai penghalang meluapnya air sungai sementara. Dilengkapi aplikasi khusus sehingga dapat dipantau secara realtime, dan dapat mengirimkan notifikasi peringatan kepada pihak terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum atau BNPB.
Jika sensor mendeteksi ketinggian air melebihi batasan yang telah ditentukan, maka sistem otomatis akan memerintah pompa elektrik untuk memompa karet agar menggelembung dan menahan luapan volume air sungai.
Kemudian sistem akan memberikan peringatan dini yang berguna dalam memberi peringatan kepada warga sekitar dan mengirimkan informasi kepada pihak terkait melalui aplikasi.
Melalui informasi ini pihak terkait seperti DPU atau BNPB dapat mengambil langkah cepat untuk penanganan lebih lanjut. “Penanganan ini bisa berupa penyedotan air untuk mengurangi volume sungai, sehingga air sungai tidak jadi meluap membanjiri daerah sekitarnya,” terang gadis yang biasa dipanggil Azka.
Aplikasi Flood Barrier akan membantu meminimalkan terjadinya bencana serta menurunkan dan menekan biaya kerugian yang disebabkan oleh banjir dengan cara membendung luapan air sungai dan mengirimkan informasi ke pihak terkait melalui aplikasi.
Juri Terkagum
Saat presentasi melalui Zoom, dewan juri menunjukkan apresiasi yang luar biasa. Karya ini bisa dilihat dari berbagai segi, atas, samping, dan memutar.
“Para juri terlihat antusias, mulai dari segi ekspresi sampai rasa ingin tahu semua ditumpahkan pada sesi tanya jawab,” tambah Azka.
Salah seorang juri juga sempat memberikan kesannya bahwa ide yang disuguhkan tim Smamda Sidoarjo sangat bagus dan out of the box. Hal ini dibuktikan dengan pemberian penghargaan gold medal dan penghargaan khusus dari Segi College.
Dia menceritakan, pembuatan projek ini memakan waktu kurang lebih tiga pekan. Sulitnya membagi waktu antara belajar, mengerjakan tugas sekolah, merancang aplikasi, maupun desain prototipe adalah paling esensial yang ditemui.
Apalagi semua dipelajari secara autodidak, hanya dengan mengandalkan belajar melalui Youtube. “Tentunya semua kesulitan tersebut kami lewati bersama. Mulai dari kumpul offline maupun meeting Zoom hingga larut malam. Alhamdulillah semua terbayar,” tandas Azka satu-satunya perempuan di tim. (*)
Penulis Ernam Editor Sugeng Purwanto