PWMU.CO – Masa liburan sekolah telah tiba. Tapi bagi sebagian guru, liburan bukan otomatis libur dari aktivitas sekolah. Seperti yang dilakukan guru-guru SD Muhammadiyah 24 Ketintang Surabaya. Selasa (20/12) kemarin misalnya, mereka justru melakukan kegiatan microteaching (simulasi praktik mengajar).
Dalam kesempatan itu, mereka membagi diri dalam dua peran. Ada yang menjadi guru dan siswa. Inda, salah satu guru yang berperan jadi siswa mengatakan, microteaching ini dilakukan bergiliran. “Setiap guru mendapatkan kesempatan untuk menjadi guru di depan ‘siswa-guru’,” ungkapnya.
(Baca: Bagaimana Peran Guru dalam Proses Pembelajaran di Era Informasi Digital? dan Berkostum Unik, Pahlawan Cilik Lingkungan Ini Bagikan Tanaman)
Dengan kegiatan ini, kata Inda, guru-guru bisa belajar dan saling menginspirasi tentang bagaimana mengelola pembelajaran di kelas setiap harinya. “Memanfaatkan bahan-bahan sederhana yang ada untuk mendukung pembelajaran yang menarik dan bermakna. Dengan kegiatan ini kami bisa belajar sambil bermain dan bercanda,” katanya.
Menurut Neneng Sulian yang menjadi kordinator mereka, kegiatan ini merupakan rangkaian dari program Kelompok Kerja Guru (KKG) internal yang diselenggarakan seminggu sekali. Sebelumnya, ujar dia, sudah ada program pembuatan perangkat pembelajaran yang meliputi silabus, rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan penilaian pembelajaran. ”Sekarang praktik mengajarnya dengan guru-guru sebagai siswa.”
(Baca juga: Sekolah Muhammadiyah Boikot Sari Roti, Begini Penjelasan PW Muhammadiyah Jatim dan Meski Berhonor Rp 100 per Bulan: Guru MIM Ini seperti Digaji Rp 1 Juta, yang Rp 900 Ribu adalah Infak)
Untuk menguji pemahaman materi pembelajaran yang telah disampaikan, para ‘siswa’ diajak bermain ular tangga. Bentuk permaianannya seperti permainan pada umumnya tapi dadunya diganti dengan pertanyaan yang berhubungan dengan materi. Jika jawaban benar, maka melangkah maju, jika salah mundur sesuai dengan angka yang ada di kertas pertanyaan tersebut.
Untuk microteaching kali ini yang bertindak sebagai guru adalah Zuli Aisatul Umro. Dia menyampaikan materi tentang Rangka Manusia. Guru Kelas V ini menjelaskan fungsi rangka dan bagian-bagiannya. Yang menarik, ia juga menghubungkan materi rangka dengan shalat.
Menurut guru muda itu, shalat merupakan ritual dalam agama Islam yang bermanfaat untuk mengoptimalkan fungsi rangka pada tubuh manusia. Zuli menjelaskan, rangka manusia memiliki 4 fungsi vital yaitu sebagai tempat melekat otot-otot tubuh, menegakkan badan, pelindung organ-organ tubuh, dan memberi bentuk pada tubuh.
(Baca juga: Kasus Ahok Jadi Soal Ujian di Sekolah Muhammadiyah: Off Side, Muhammadiyah Berikan Teguran Keras dan Perjuangan Sekolah Laskar Pelangi di Tengah Gemerlap Metropolitan: SD Muhammadiyah 13 Surabaya Masih Tempati Lahan PT KAI)
Dia menuturkan, dalam salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda, “Pada setiap persendian kalian harus dikeluarkan sedekahnya setiap pagi. Setiap tasbih (membaca subhanallah) adalah sedekah. Setiap tahmid (membaca alhamdulillah) adalah sedekah. Setiap tahlil (membaca laillaha illallah) adalah sedekah. Setiap takbir (membaca Allahu Akbar) adalah sedekah. Amar bil ma’ruf adalah sedekah. Nahi ‘anil munkar adalah sedekah. Semua itu dapat terpenuhi dengan (shalat) dua rakaat yang dilakukan di waktu Dhuha.”
Dari hadist itu, menurut Zuli, di samping sebagai bentuk syukur kepada Allah, shalat dhuha—dengan kaifiyah (tata cara) shalat yang secara otomatis akan menggerakkan rangka manusia—adalah termasuk sedekah. “Insyaallah kalau rangka tubuh kita keluarkan sedekahnya (dengan shalat dhuha), maka tubuh akan sehat penuh berkah,” ujarnya di hadapan kolega guru, yang kali ini adalah ‘siswa’-nya. (Arik)