PWMU.CO – Kuliah Subuh Masjid As-Shalihin Sangkapura Bahas Ibu dan Ayah Kandung Akhlak. Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik Dr Taufiqulloh MPd menyampaikkan hal itu saat berkunjung ke Pulau Bawean Kabupaten selama tiga hari, 28-30 Oktober 2021.
Pada kunjungan yang kesekian kalinya ke Pulau Bawean ini, Taufiqulloh datang bersama 12 orang pengurus FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Kabupaten Gresik, tiga orang unsur PDM Gresik, dan 10 orang PDPM ( Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah) Gresik.
Di sela kunjungannya, Ustadz Taufiq, sapaan akrabnya, berkesempatan menyampaikan kuliah Subuh di Masjid As-Shalihin Sangkapura, Sabtu (30/10/2021).
Pada kesempatan tersebut dia menyampaikan maksud kedatangannya ke Bawean. Pertama, bersama rombongan PDM Gresik meninjau lokasi wisata Mangrove Superberu yang dikelola Pimpinan Ranting Muhammadiyah Daun, yang terletak di Kecamatan Sangkapura.
Kedua, bersama rombongan FKUB untuk melakukan
Sosialisasi Peraturan Bersama Menteri Agama Nomor 9 dan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pendirian Rumah Ibadah yang dilaksanakan di Pendopo Kecamatan Tambak dan Kecamatan Sangkapura.
Maulid Nabi ala Bawean
Ustadz Taufiq menyampaikan kalau suasana Maulid Nabi di Pulau Bawean masih sangat terasa. Di beberapa tempat yang didatanginya, banyak warga kampung yang merayakannya dengan tradisi khas Bawean.
Berkaitan dengan bulan Maulid ini, dia mengingatkan jamaah Subuh Masjid As Shalihin bahwa Rasulullah SAW diutus Allah dengan misi utama menyempurnakan akhlakul karimah.
“Pada masa Nabi Muhammad SAW, terjadi banyak kerusakan akhlak yang luar biasa. Kerusakan dalam aspek agama, ekonomi, politik dan lain-lain. Karenanya misi utama nabi adalah mengembalikan kemuliaan akhlak,” terang dia.
Ustadz Taufiq menerangkan akhlak adalah sikap perilaku yang bersumber dari keadaan batiniah seseorang. Akhlak akan melahirkan perbuatan atau ucapan baik atau buruk yang bersifat spontanitas. Spontanitas artinya tidak melalui pertimbangan akal. Itulah definisi akhlak.
“Dengan kata lain, akhlak adalah sikap perilaku sehari-hari yang tidak dibingkai dalam suatu perencanaan,” jelasnya.
Akhlak sebagai Jembatan
“Para ulama mengatakan, Allah menjadikan kemuliaan akhlak sebagai jembatan penghubung antara manusia dengan Allah. Orang yang disiplin ibadah ritualnya bukan jaminan menjadi orang yang dekat dengan Allah,” kata Ustadz Taufiq.
Bahkan, sambungnya, ada hadits tentang seorang perempuan yang rajin shalat fardhu, rajin shalat malam, infak, zakat, dan lain-lain, tetapi sering menyakiti hati tetangga dengan lisannya. Rasululllah SAW menerangkan bahwa perempuan itu ahli neraka.
“Kedisiplinan ibadah saja tidak cukup. Jika setelah ibadah itu tidak melahirkan akhlak yang baik,” tegasnya.
Menurut dia, jika ingin mendapatkan kebaikan, kesuksesan, dan tempat yang baik di sisi Allah, maka harus dimulai dengan memperbaiki akhlak. “Orang yang demikian, di tempat manapun dia akan sukses,” tuturnya.
Ustadz Taufiq menyampaikan, sahabat Nabi walau sudah beriman dan berislam, belum pasti memiliki akhlak yang baik. Seperti halnya orang Arab Badui yang hidup di zaman nama, perangainya masih kasar, walaupun sudah mengaku beriman dan berislam.
Ibu Kandung Akhlak
Taufiqulloh menjelaskan, supaya mempunyai akhlak yang baik, kita harus tahu ‘ibu kandung’ akhlak, yaitu al-iradah atau kehendak. Yakni kehendak menentukan seseorang berbicara atau bertindak baik atau tidak baik.
Kata iradah dalam al-Quran terdapat dalam surat Yasin ayat 82: “Sesungguhnya apabila Dia hendak menciptakan sesuatu, hanyalah perkataan-Nya ‘Jadilah!’ maka jadilah sesuatu itu.”
“Allah menurunkan hujan, buah-buahan, dan biji-bijian merupakan kehendak Allah. Kehendak Allah adalah akhlak Allah. Semua kehendak Allah menjadi rahmat bagi makhluknya,” tegas dia.
Berdirinya amal usaha Muhammadiyah di Pulau Bawean contohnya, seperti masjid, sekolah, dan rumah sakit adalah iradah orang-orang dulu, sesepuh-sesepuh kita dulu.
“Lalu jejak iradah kita sekarang apa yang ingin kita wujudkan?” tanyanya. “T”anpa iradah, tidak ada artefak, legacy, peninggalan yang bisa kita wariskan.
Ayah Kandung Akhlak
Jika iradah adalah ‘ibu kandung ahklak’, maka al-khauf adalah ‘ayah kandung’-nya. Khauf, yaitu rasa takut kepada Allah akan melahirkan sifat-sifat baik.
“Jika ingin mengetahui akhlak seseorang, maka ajaklah orang itu berjalan-jalan. Bagaimana bicara dan perilakunya selama perjalanan. Rendah hati ataukah sombong. Peduli sama orang atau mengabaikan kesusahan orang lain, itu akan ketahuan,” tuturnya.
Menurut dia, orang yang melaksanakan ibadah haji, yang biasanya selama 40 hari, akhlaknya yang asli akan muncul semua.
Pesan terakhir Ustadz Taufiq adalah akhlak ber-Muhammadiyah. Dia menegaskan, berorganisasi di Muhammadiyah juga ada tuntunan akhlaknya.
“Pedoman akhlak bermuhammadiyah ada 10 poin. Antara lain: Muhammadiyah bekerja dan berjuang untuk perdamaian, dakwah Muhammadiyah bersifat keagamaan dan kemasyarakatan, serta memperbanyak kawan. Jika berorganisasi tidak tampak akhlak berorganisasi, maka sebaiknya mari kita pelajari,” tuturnya. (*)
Penulis Kemas Saiful Rizal Editor Mohammad Nurfatoni