PWMU.CO– Lima golongan yang fobia Islam dan selalu berusaha mengguncangkan iman kaum muslimin, yaitu kafirun, munafikun, mukmin yang hasud, setan, dan nafsu.
Demikian disampaikan Ustadz M. Sholeh Drehem Lc MAg dalam Kajian Islam Online yang diadakan PCM Sambikerep Surabaya, Ahad (14/11/2021). Kajian mengupas tentang Cerdas Melawan Islamofobia.
Ustadz M Sholeh Drehem lalu menjelaskan lima golongan itu lebih detail. Golongan pertama kafirun. Orang kafir ada yang bisa bergaul dengan kita, bisa bermuamalah yang seperti ini tak bermasalah. Namun di antara mereka ada yang fobi terhadap Islam. ”Golongan seperti ini sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad mendakwahkan Islam,” katanya.
Menurut Ketua Ikatan Dai Indonesia Jawa Timur ini tugas umat Islam mendakwahi mereka supaya bisa mengenal dan menerima ajaran Islam. Minimal tidak mengganggu kita.
”Sudahkah ini kita lakukan? Hakikat dakwah itu mengajak orang kafir menerima Islam. Itu yang dilakukan Nabi. Sudah berapa banyak orang kafir yang kita Islamkan?” ujarnya.
Menurut dia, orang kafir fobi terhadap Islam bisa jadi karena ulah kita sendiri. Dakwah yang kita sampaikan menjelek-jelekkan mereka, bicara kita sangar sehingga menimbulkan fobi.
Dia kemudian mengutip surat al-Fath: 28. Huwaladzii arsala rasulullahu bil huda wa diinil haq liyuz-hirahu alad-diini kullihi, wa kafaa billaahi syahiidaa.
”Rasulullah diutus dengan membawa huda dan agama yang haq supaya melebihi semua agama dan cukup Allah menjadi saksi atas kerja dakwah kita,” tuturnya.
Dikatakan, kalau dakwah Islam sudah disampaikan lalu mereka menolak itu konsekuensi. Nabi pun ketika dakwah tidak semua orang menerima. Ada orang seperti Abu Jahal, Abu Lahab.
Namun Sholeh Drehem mengingat, orang kafir jika mereka dominan bakal bersifat menindas, mengusir, memerangi Islam. Kalau mereka minoritas ingin menguasai ekonomi, pendidikan, untuk mengendalikan kaum mayoritas.
Golongan kedua, munafik yang benci Islam. ”Biasanya sikap seperti ini karena punya kepentingan. Ketika berjumpa dengan kaum muslim mereka bersikap baik. Tapi waktu berkumpul dengan golongannya mereka menjelek-jelekkan muslim, “ tuturnya.
Ada tiga ciri golongan ini, kata dia, kalau bicara dusta, berjanji mengingkari, dan diberi amanah berkhianat. ”Ini sudah jadi hobi. Kalau tak dusta tidak enak, senang mempermainkan orang. Misal, ditagih utang meskipun punya uang, bilang tak ada uang karena tak mau bayar,” ujarnya.
Sifat lainnya, tambah dia, kalau ada perselisihan sedikit lalu dibesar-besarkan dan menghancurkan nasib orang. ”Menghadapi orang munafik yang suka bikin kasak-kusuk maka kerasi dia,” tandasnya.
Golongan ketiga, mukmin hasud. ”Ini yang ditakuti menghadapi orang hasud, dengki sesama mukmin. Cirinya senang melihat orang sedih, dan sedih melihat orang lain senang.
”Orang hasud itu sesamai levelnya. Tukang becak tidak mungkin hasud dengan sopir taksi. Birokrat dengan birokrat. Politisi sesama politisi dengan bongkar-bongkar kejelekan lawan, berebut konstituen. Guru hasud dengan guru,” katanya.
Paling ngeri kalau ustadz hasud sesama ustadz. ”Bayangkan, ustadz tukaran urusan dunia. Karena popularitas, kaplingan ladang basah dan kering. Pertikaian itu dimunculkan, diviralkan di Youtube.
”Jenuh lihat ustadz seperti itu. Tutur kata kasar, suka mengafirkan, bid’ah. Perilaku seperti ini bisa membuat fobi. Bahkan sesama muslim muncul islamofobia padahal semestinya bersaudara,” papar dia.
Hasad itu, sambung dia, bisa memakan semua kebaikan. Pahala shalat, puasa, sedekah habis seperti api membakar rumput kering.
Golongan keempat, setan yang selalu menyesatkan. Ini dendam akibat diusir dari surga lalu mengancam manusia supaya sesat seperti nasibnya. Dia datang menggoda dari kanan, kiri, muka belakang. Mewarnai kehidupan kita.
Misal, tidur tak berdoa, makan pakai tangan kiri, mulut berbohong. Jebakan setan paling bahaya adalah syirik. ”Perlu hati-hati lagi setan dari kelompok manusia yang memengaruhi orang untuk berakhlak setan,” ujarnya.
Golongan kelima, nafsu. Dijelaskan, setiap manusia punya nafsu atau keinginan memenuhi kehidupannya. ”Tapi Allah meminta nafsu tunduk kepada aturan Allah,” tegasnya.
Contoh, nafsu makan dan minum, silakan tapi jangan berlebihan. ”Kulu wasy-srabu wa laa tusyrifu,” katanya. Nafsu memandang arahkan pada yang dirodhoi Allah. Hindari pandangan erotis. Nafsu mendengar gunakan yang bermanfaat dan jauhi mendengar gosip. Apalagi nafsu di bawah perut alias syahwat harus dikendalikan.
Dia menyitir surat Yusuf: 53. ”Innan-nafsa la ammaratun bisu’i illa maa rahima rabbi. Sesungguhnya nafsu itu menyuruh keburukan kecuali yang dirahmati Tuhanku,” tandasnya mengakhiri ulasan lima golongan pembenci Islam. (*)
Penulis M Syafii Editor Sugeng Purwanto