PWMU.CO – Anak nakal itu disebabkan oleh faktor genetika (pembawaan atau nasab) atau kareba faktor lingkungan (masyarakat)? Pertanyaan itu disampaikan Munahar SHI dari Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur saat menjadi pembicara dalam focus group discussion (FGD) Pengasuh Panti Asuhan Muhammadiyah se-Surabaya, di Dlundung, Trawas, Mojokerto, Sabtu, (24/12). [Berita terkait: Dari FGD Panti Muhammadiyah Se-Surabaya: Strategisnya Peran Pengasuh]
Samudra, pengasuh dari Panti Asuhan Muhammadiyah Karangpilang menjawab bahwa kenakalan itu disebabkan oleh faktor lingkungan. Lain lagi dengan Janarko Samhadi, peserta dari Panti Asuhan Muhammadiyah Pakis. Dengan mantab dia menjawab bahwa faktor nasab adalah penyebabnya. Dia berargumentasi dengan pepatah Jawa bahwa ‘kacang tidak jauh dari lanjarannya’.
Dia juga mengutip hadits Rasulullah SAW yang memberikan kabar bahwa anak itu terlahir fitrah. Orangtua-nyalah yang menjadikan ia Majusi, Yahudi, atau Nasrani. “Ini merupakan sinyal bahwa watak-watuk-wahing seorang anak–dalam hal ini anak asuh tergantung orangtua. Maka posisi pengasuh layaknya orangtua kandung, berkewajiban mendidik dan membimbing agar menjadi pribadi yang militan.
(Baca juga: Alhamdulillah, Anakku Nakal ….)
Menanggapi dua jawaban itu Munahar mengambil air mineral dan mencampurnya sedikit demi sedikit dengan air kopi. “Itulah ilustrasinya. Anak-anak yang selalu dibentuk dengan perkataan dan perangai negatif akan sama halnya seperti air kopi itu,” jelasnya. “Kemudian bagaimana caranya agar air yang sudah keruh itu bisa putih bersih kembali?” tanya Munahar. “Jawabannya adalah doakan terus-menerus dan berikhtiar siang-malam agar mereka menjadi pribadi sukses,” tuturnya.
Kepala SD Muhammadiyah 24 itu mengingatkan bahwa dalam menghadapi anak asuh yang nakal, tidak perlu pesimis. “Jangan takut karena bukan hanya Jenengan yang merasa igit-igiten (geram), ketika melihat perilaku anak asuh yang nakal,” kata dia. Munahar mengajak para pengasuh untuk flashback pada anak-anak yang sudah purna-asuh atau sudah lulus. “Dengan melihat keberhasilan mereka saat ini, insyaallah pikiran igit-igiten itu akan hilang.”
(Baca juga: Keshalehan Anak Itu Cerminan Keshalehan Orangtuanya)
Sementara itu Ketua Majelis Pelayanan Sosial (MPS) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya Fery Yudi As mengajak para pengasuh untuk introspeksi. “Jangan salahkan anak asuh. Kita sebagai pengurus dan pengasuh harus intropeksi diri. Jangan jadikan anak-anak itu seperti yang kita mau. Tapi arahkan potensi, kembangkan kemampuan, dan apresiasi karyanya,” ujarnya. Jika para pengasuh kita berpola pikir ideal dan berkemajuan seperti itu insyaallah mereka akan menjadi generasi militan yang luar biasa.”
Fery berseloroh, jika anak panti asuhan Muhammadiyah dites darahnya,maka bukan golongan A, B, AB, atau 0 yang ditemukan. “Tapi golongan darah mereka adalah MD (Muhammadiyah).” Sebab, kata dia, anak-anak hidup di panti selama 24 jam, 7 hari , 1 bulan, dan bertahun-tahun lamanya. Mereka makan, minum , belajar, dan beraktifitas di panti ini. “Jika mereka tidak menjadi kader militan, mari kita para pengurus dan pengasuh mawas diri.” (MN)