Opini oleh Prima Mari Kristanto *)
PWMU.CO – Tahun 2016 sebentar lagi akan kita lewati. Di tahun itu telah tercatat sejarah baru antara Muhammadiyah dengan Bursa Efek Indonesia. Setidaknya, ada dua peristiwa penting pada keduanya yaitu, Knowledge Sharing Pasar Modal Syariah di PP Muhammadiyah Jakarta (22/9) dan Pemecahan Rekor Pembukaan Rekening Efek Terbanyak oleh Perguruan Tinggi di Universitas Muhammadiyah Purwokerto, yaitu sebanyak 2000 rekening (1/10).
Bola kick-off dari PP Muhammadiyah dan otoritas bursa yang langsung disambut dengan permainan yang kompak dan rancak. Permainan ala total football oleh UM Purwokerto yang berasa tim Van Oranje Belanda. Dua buah rangkaian amar makruf yang semoga menghasilkan snow ball effect termasuk di Jawa Timur.
(Baca: Jika 0,2 Perrsen Penduduk Kuasai 66 Persen Aset Lahan Nasional …)
Efek bola salju terbentuknya jamaah investasi di UM Purwokerto yang menggelinding semakin besar secara simultan mewujudkan wasilah investasi berjamaah raksasa di bumi Indonesia oleh warga ormas berjargon Islam Berkemajuan itu. Semangat mencetak banyak pengusaha seiring sejalan dengan semangat mencetak investor lebih banyak. Sebab, proyek mencetak jamaah pengusaha kurang lengkap tanpa membangun jamaah investor sebagai penyedia modal usaha.
Persyarikatan Muhammadiyah dan Bursa Efek Indonesia (BEI) ibarat saudara kembar non-identik yang hadir di Nusantara sejak tahun 1912. Muhammadiyah berkhidmat dalam bidang dakwah, sosial, pendidikan, dan kemanusiaan. Sedangkan BEI bergerak dalam bidang bisnis dan keuangan, khususnya pasar modal.
(Baca juga: Holding Surya Mart Belum Terlambat, Berharap Muhammadiyah Lebih Serius dan Kala Haji Sudjak Dianggap Gila, Apakah RS Muhammadiyah Holding Company Juga Ide Gila?)
Ibarat air dan minyak–keduanya berada dalam satu wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia–tetapi seperti tidak mungkin untuk bersenyawa. Dibandingkan Muhammadiyah yang demikian tangguh mengarungi jaman, sebaliknya BEI sempat beberapa kali koma, bahkan mati suri, dan hidup kembali tahun 1977 hingga kini.
BEI membutuhkan dukungan sang ‘Kakak’ yang tangguh mengarungi rangkaian jaman di NKRI untuk memberi manfaat sebesar-besarnya pada masyarakat. Dalam sebuah kesempatan, Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr Haedar Nasir kepada Suara Muhammadiyah mengungkapkan rencana Persyarikatan menerbitkan sukuk senilai Rp 2 Trilyun. Sukuk dengan skema ijarah tersebut menurut rencana digunakan untuk pengembangan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
(Baca juga: Geliat RS Siloam, Bagaimana RS Muhammadiyah (Incorporated)?)
Mabruk! Persyarikatan yang pada masa awal pengembangan amal usahanya bermodalkan infak, shadakah, dan waqf telah melangkah maju. Sesuai jargon Islam Berkemajuan, pemanfaatan pasar modal dalam pengembangan amal usaha sebagai kemajuan yang luar biasa. Dengan fenomena tersebut sangat mungkin dan sangat diharapkan Persyarikatan membentuk sebuah perusahaan investasi, guna menampung partisipasi warga persyarikatan khususnya dan masyarakat pada umumnya dalam mewujudkan investasi berjamaah.
Sudah sangat banyak data dirilis tentang besarnya aset dan dana amal usaha Persyarikatan dari Aceh sampai Papua. Pertanyaan besarnya adalah dalam kendali siapa aset dan dana sebesar itu? Aset dan dana super jumbo yang barangkali tersimpan berserak di bank secara tunai serta dalam wujud aset–aset yang tergadai sebagai jaminan pinjaman. Bersambung ke halaman 2 …