Setelah kebangkrutan Bank Persyarikatan tahun 2004, praktis mayoritas aset tunai dan non-tunai dalam kendali bank-bank pemerintah dan swasta non-Muhammadiyah. Kegagalan dalam menyelamatkan bank semoga tidak melahirkan akronim Bank Persyarikatan menjadi BAPER. Terbawa perasaan alias baper berkepanjangan untuk kembali masuk sektor finansial.
(Baca: Siloam Hospital Group Akui Kebesaran Jaringan RS Muhammadiyah Jatim)
Belajar pada almarhum William Soerjadjaja, sosok hebat pendiri PT Astra International,Tbk dan Bank Suma yang juga bisa gagal. Tahun 1992, Om William–begitu biasa dia disapa—gagal mempertahankan PT Astra dan Bank Summa milik keluarganya. Aksi “kebaikan hati” Edward Soeryadjaya yang terlalu over melepas kredit menyebabkan Bank Suma kolaps. Demi menyelamatkan kewajiban kepada Bank Indonesia, Om William dan Edward harus melego seluruh sahamnya di PT Astra International. Hilanglah perusahaan kebanggaan keluarga yang didirikannya tahun 1957 dari kepemilikan keluarganya.
(Baca juga: BPR Syariah, Kado Istimewa Muhammadiyah Ponorogo untuk Persyarikatan)
Tanpa baper berkepanjangan, keluarga Soerjadjaja–Om William bersama Edward dan Edwin sang putra–mampu bangkit. Salah satunya dengan bendera Saratoga Investama pada tahun yang sama dengan hilangnya kepemilikan di PT Astra International (tahun 1992).
Tidak sendirian, keluarga Wiliam mengajak Sandiaga Sholahuddin Uno sebagai CEO–seorang eksekutif Muslim yang bisa diterima masuk inner circle bisnis keluarga nonmuslim dan nonpribumi. PT Saratoga Investama Sedaya, Tbk sebagai salah satu perusahaan investasi yang sukses di Indonesia.
(Baca juga: PWM Tambah Saham di Bank DAM Pasuruan)
Kesuksesan kinerjanya dapat terpantau berkat keberadaannya sebagai perusahaan Tbk yang listing di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan berkode emiten SRTG ini dibesut oleh Sandi dan Edwin dalam kurun waktu yang lama, sebelum Sandi mengundurkan diri iuntuk maju dalam bursa Pilgub DKI 2017.
Mundur sebagai CEO dengan masih memegang kepemilikan saham sebanyak 29,2573 persen. Nilai yang setara dengan kepemilikan Edwin Soeryadjaya pewaris kerajaan bisnis keluarga Soeryadjaya . Dari laman resminya www.saratoga-investama.com dan informasi Bursa Efek Indonesia, saham berkode SRTG diperdagangkan pada kisaran harga Rp 3.460/lembar. Sebuah nilai yang sangat murah untuk perusahaan bernilai Rp 19,022 trilyun per 30-09-2016.
(Baca juga: Ini Alasan Kenapa Ekonomi Islam Sulit Diaplikasikan di Indonesia)
Pada tanggal 22-12-2016 yang lalu, SRTG membagikan dividen interim sebesar Rp 61 per saham. SRTG mengelola 21 portofolio investasi di antaranya PT Adaro Energy bidang tambang batu bara, PT Lintas Marga Sedaya bidang jalan tol, PT Mitra Pinasthika Mustika bidang trading sepeda motor serta pembiayaannya. Dengan nilai saham Rp3.460/lembar masih sangat terjangkau meskipun harus dibeli dalam satuan lot (100-lembar) yaitu Rp346.000/lot. Nilai yang dapat dibeli oleh guru sekolah Muhammadiyah, satpam, driver apalagi dokter dan dosen bahkan siswa-siswi sekolah Muhammadiyah dari menabung uang jajannya selama 2-bulan, misalnya.
Barangkali dengan ijin Allah SWT Muhammadiyah mampu mendirikan perusahaan investasi. Perusahaan akan dengan mudah menjual sahamnya dengan nilai yang terjangkau. Dengan menjual saham melalui Bursa Efek Indonesia sebagaimana SRTG yang demikian besar portofolionya, diharapkan harga dan pemilikannya terjangkau seluruh warga Persyarikatan dari Aceh sampai Papua bahkan yang ada di luar negeri. Bersambung ke halaman 3 ….