PWMU.CO– Penyuluhan Bahasa Indonesia online diadakan oleh Balai Bahasa Jawa Timur bekerja sama dengan MGMP Bahasa Indonesia mulai Selasa (23/11/2021).
Pesertanya guru Bahasa Indonesia SMA/SMK/MA se Kabupaten Sidoarjo sebanyak 80 orang. Acara akan berlangsung selama delapan kali pertemuan hingga 1 Desember 2021.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Dr Asrif MHum membuka acara Penyuluhan Bahasa Indonesia menyampaikan materi Kebijakan Bahasa. ”Banyak program yang direncanakan, salah satunya 1000 kosakata baru diajukan Balai Bahasa untuk kosa kata Bahasa Indonesia,” katanya.
Juga ada penerbitan 20 buku berbahasa Jawa, Madura, dan Osing diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Rencana berikutnya, sambung dia, memperjuangkan M. Tabrani Soerjowitjitro dari Pamekasan Madura sebagai Pahlawan Nasional.
Menurut Asrif, Tabrani berjasa mengajukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan di Kongres Pemuda I tahun 1926 yang kemudian disetujui dalam Kongres Pemuda II tahun 1928.
Setelah acara pembukaan, dilanjutkan Tes Awal yang diikuti 73 guru Bahasa Indonesia SMA/SMK/MA negeri maupun swasta. Peserta wajib mengikuti seluruh rangkaian kegiatan tersebut secara tertib dan melaksanakan tugas.
Penyuluhan Bahasa Indonesia mempelajari Bentukan Kata, Ejaan Bahasa Indonesia, Pilihan Kata, Kalimat dan Paragraf, Kata Serapan, Menulis Kreatif, dan Penulisan KTI Jurnal. Ruang Zoom dibuka mulai pukul 12.30-16.00 setiap pelaksanaan.
Pemandu acara Dian Roesmiati MHum, Koordinator Kelompok Kepakaran Layanan Profesional Pembinaan Bahasa dan Sastra Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur.
Dia menjelaskan, kegiatan ini bertujuan menyegarkan semangat guru Bahasa Indonesia dalam menulis dan membuat karya tulis ilmiah dan tulisan kreatif dengan mengutamakan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Di hari kedua, Rabu, 24 November 2021, Arif Izzak SS dari Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur menjelaskan perbedaan kata dasar dan kata bentukan. Peserta mendiskusikan kata perhitungan dan penghitungan, pemukiman dan permukiman, pengembangan dan perkembangan, pengajaran dan pembelajaran.
”Keduanya sama benar hanya melalui proses morfologi yang berbeda dan memiliki perbedaan makna,” jelas Arif. Pemukiman kata bentukan yang bermakna memukimkan masyarakat yang terdampak bencana. Sedangkan permukiman kata bentukan dari tempat bermukim.
Pembicara lain Profesor Suyatno dari Unesa berharap semua peserta dapat membuat karya tulis dan dipublikasikan di Jurnal Nasional.
Penulis Dian Rahayu Agustina Editor Sugeng Purwanto