Himmah: Pilih Dunia atau Akhirat? Kajian oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Himmah: Pilih Dunia atau Akhirat berangkat dari hadits riwayat Ibnu Majah.
عَنْ الْأَسْوَدِ بْنِ يَزِيدَ قَالَ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ سَمِعْتُ نَبِيَّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ جَعَلَ الْهُمُومَ هَمًّا وَاحِدًا هَمَّ الْمَعَادِ كَفَاهُ اللَّهُ هَمَّ دُنْيَاهُ وَمَنْ تَشَعَّبَتْ بِهِ الْهُمُومُ فِي أَحْوَالِ الدُّنْيَا لَمْ يُبَالِ اللَّهُ فِي أَيِّ أَوْدِيَتِهِ هَلَكَ. رواه أبن ماجه
Dari Al Aswad bin Yazid dia berkata: Abdullah berkata, “Saya pernah mendengar Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Barangsiapa menjadikan segala macam keinginannya hanya satu, yaitu keinginan tempat kembali (negeri akhirat), niscaya Allah akan mencukupkan baginya keinginan dunianya. Dan barangsiapa yang keinginannya beraneka ragam pada urusan dunia, maka Allah tidak akan memperdulikan di manapun ia binasa.’” (HR Ibnu Majah)
Himmah dan Iman
Himmah merupakan keinginan yang kuat untuk dilaksanakan. Dalam hal ini sering juga disebut dengan cita-cita. Setiap Mukmin sudah seharusnya memiliki himmahatau cita-cita. Dalam hal ini cita-cita itu ada dua yaitu beroreintasi dunai semata atau berorientasi akhirat.
Hadits di atas menjelaskan jika seorang Mukmin berorientasi akhirat maka dunianya akan dicukupi oleh Allah, dan sebaliknya jika hanya berorientasi dunia saja maka Allah tidak mempedulikannya.
Iman merupakan potensi yang positif, maka setiap manusia yang memiliki iman akan selalu bergerak secara positif untuk kemaslahatan bersama. Dan begitulah orientasi orang yang beriman dengan benar pasti setiap aktivitasnya bersifat konstruktif dan selalu berorientasi akhirat.
Sehingga bagi orang yang beriman mendapat pujian atau celaan dari orang lain itu sangat tidak penting dan bukan merupakan target dalam hidupnya, karena pertimbangan utamanya adalah semata diniatkan karena Allah Subhanahu wa Taala.
Kebahagiaan Itu
Semua manusia ingin bahagia, tetapi tidak sedikit yang mengalami kesulitan untuk mendefinisikan apa itu bahagia. Tentu dalam hal ini berbeda dengan rasa senang, karena senang bersifat sementara sedang bahagia sifatnya lebih permanen dalam hati setiap manusia.
Hal ini juga sangat terkait dengan himmah atau harapan yang dimilikinya, jika tercapai maka ia akan merasa senang sedangkan jika tidak tercapai akan merasa sedih.
Iman dengan keimanan yang benar akan menjadikan pemiliknya akan selalu bahagia, karena berarti ia telah memiliki sandaran dalam hatinya, yaitu keimanannya itu sendiri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sandaran kepada Allah adalah sandaran yang tepat dan benar, sedangkan sandaran kepada selain Allah dapat dipastikan akan mudah goyah dan terombang-ambing.
Setiap hati yang belum memiliki sandaran yang tepat maka ia akan terus berusaha mencari sandarannya, dan sandaran kepada selain Allah akan rapuh. Hati yang demikian tidak lagi terpenjara oleh penjara-penjara dunia, tetapi menjadi hati yang merdeka dengan kalimat tauhid laa ilaaha illallah.
Demikianlah, seorang mukmin itu akan selalu berbahagia dalam kehidupannya. Karena Allah Maha Baik kepada setiap mukmin. Setiap aktifitas seorang mukmin yang diniatkan karena Allah sudah pasti akan membahagiakan dirinya. Dan bahkan ia menjadi bangga karena telah berbuat sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Begitulah, bagi seorang Mukmin, apapun keadaan dan kondisinya akan selalu berbahagia, karena telah memiliki jiwa tawakkal dan positif thingking kepada Allah. Dua hal ini merupakan modal utama bagi setiap mukmin untuk selalu merasa berbahagia karena merasa dibersamai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bagi mereka itu tidak ada rasa kuatir dan resah dan gelisah sedikitpun dalam jiwanya yang telah bersandar secara penuh kepada Allah, karena apapun keadaanya hal itu ia rasakan sebagai kebaikan bagi dirinya dari sisi Allah.
Orientasi Dunia
Bagi mereka yang berorientasi dunia, maka tidak ada yang namanya kepuasan dalam hidupnya. Berapapun benda duniawi yang sudah ia kuasai tentu tidak menjadikan ia melambatkan langkahnya, bahkan jikalau mungkin lagkah itu akan semakin dipacu sekeras-kerasnya sehingga apa yang menjadi impiannya akan tercapai, dan entah sampai kapan?
أَلۡهَىٰكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ حَتَّىٰ زُرۡتُمُ ٱلۡمَقَابِرَ كَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُونَ ثُمَّ كَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُونَ
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. (at-Takatsur 1-4)
Allah memberi peringatan tentang kedua orientasi kehidupan ini bagi umat manusia, berorientasi akhirat ataukah berorientasi dunia.
مَن كَانَ يُرِيدُ حَرۡثَ ٱلۡأٓخِرَةِ نَزِدۡ لَهُۥ فِي حَرۡثِهِۦۖ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرۡثَ ٱلدُّنۡيَا نُؤۡتِهِۦ مِنۡهَا وَمَا لَهُۥ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ
Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat. (asy-Syura; 20)
Dalam banyak ayat-ayat-Nya di dalam al-Quran Allah memberikan jaminan kebahagiaan itu bagi setiap mukmin. Bahkan semua aktifitasnya seorang mukmin dalam rangka menjalankan ketaatan kepada-Nya adalah sumber kebahagiaan itu.
Setiap gerakan di dalam shalat misalnya, ketika seseorang sedang membaca bacaan-bacaan shalat, dengan penghayatan yang benar maka akan ia rasakan kebaagiaan itu, demikian pula setiap gerakan-geraakn di dalam shalat, sesungguhnya semua itu mengandung kebahagiaan.
Begitulah kehidupan seorang Mukmin itu akan selalu merasakan kelezatan spiritual yang merupakan hidangan dari Allah setiap saat. Tinggal bagaimana seorang hamba mampu mengkondisikan hatinya itu untuk senantiasa terpaut kepada Allah, selalu menyandarkan hatinya kepada Allah Subhanahu wa Taala.
Semoga kita selalu mendapat bimbingan Allah, sehingga hati ini akan selalu terpaut dengan-Nya dalam setiap keadaan. Amin (*)
Himmah: {Pilih Dunia atau Akhirat? adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 4 Tahun XXVI, 26 November 2021/22 Rabiul Akhir 1443.
Hanif versi cetak sejak 17 April 2020 tidak terbit karena pandemi Covid-19 masih membahayakan mobilitas fisik.
Discussion about this post