Pelopor Perubahan
Khofifah mengatakan, melalui milad ke-109 ini Muhammadiyah sudah saatnya membuat perubahan yang borderless (tidak ada sekat antarorganisasi atau antarnegara karena kehadiran teknologi digital).
“Kita semua adalah pelopor perubahan, karena ini borderless. Memang betul ini untuk lingkungan Muhammadiyah Jawa Timur, namun resonansinya adalah borderless,” ujarnya.
Mantan Menteri Sosial itu juga mengajak Muhammadiyah melakukan muhasabah. Bahwa renaisans ini bergerak dari Timur Tengah ke Eropa, Amerika, dan pada tahun 2010 ke Asia.
“Dan kita akan menangkap renaisans ke Asia itu dalam bentuk apa. Bayangan saya kalau itu yang bisa menangkap adalah Indonesia. Maka yang bisa kita katakan pada peradaban dunia adalah Islam rahmatan lilalamin, Islam wasathiah,” tuturnya.
Tapi kemudian, kata dia, yang menangkap duluan adalah Korea Selatan. “Dan tiga tahun yang lalu sudah diingatkan, bahwa sangat mungkin Indonesia menjadian bagian yang sangat penting dalam melakukan perubahan,” ujarnya.
Maka, lanjutnya, menjadi penting memahami bagaimana sesungguhnya era disruption (munculnya inovasi yang tidak disadari) masuk ke dalam area yang sangat privasi. Masuk ke dalam kamar-kamar, ke ruang-ruang. Yang sangat memungkinkan membangun koneksi pass borderless.
“Mungkin masih ada yang ingat telepon zaman dulu. Rasanya sudah sangat lama telepon itu tidak berdering. Mungkin kabelnya sudah terputus atau sudah tidak berfungsi,” katanya.
Hal itu menunjukkan betapa koneksitas itu mejadi begitu penting. “Begitu cepat dan begitu mudah diakses melalui handphone yang kita bawa ke mana saja kita pergi. Betapa digitalisasi informasi ini sudah memberikan kemudahan, percepatan, dan memungkinkan kita melakukan lebih banyak lompatan-lompatan,” ujarnya.
Kita Berada di Era Digitalisasi
Khofifah melanjutkan, “Saya ingin menyampaikan kepada kita hari ini berada di era seperti itu. (Tapi) kita tidak bisa menyerahkan diri kepada transformasi digital semata. Karena ada human di dalamnya.”
Dia menegaskan, kalau melakukan pendekatan secara robotik, atau secara digital saja, tidak ada sense di situ. “Tidak ada aspek spiritualitas. Jadi dia hanya moving. Hanya bergerak. Sesuai dengan yang me-remote. Kita tidak pada posisi seperti itu. Kita turun dengan tim yang kita harapkan bisa menjadi pelopor-pelopor perubahan di lingkungan Jawa Timur termasuk Muhammadiyah,” pesannya. (*)
Penulis Estu Rahayu Editor Mohammad Nurfatoni