Dampak Disrupsi, Perubahan Radikal
Rhenald Kasali menilai perubahan kecepatan dalam kehidupan ini berdampak luas sekali. Akan terjadi hal-hal yang bersifat memudahkan dan memurahkan.
Di sisi lain, mengakibatkan penyakit di suatu tempat yang tadinya terisolasi—karena manusia tidak bepergian jauh—penyakitnya pun akan menyebar ke mana-mana. Begitulah Prof Rhenald menggambarkan yang kita alami dalam pandemi.
“Karena sudah ada tiket hotel murah, pesawat murah, ini semua dampak disrupsi!” tegas penulis berbagai buku best seller itu.
Prof Rhenald menyajikan video berjudul “Disruption and the future of humanity“. Kata dia, masa depan kehidupan manusia—seperti yang disampaikan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa—tidak punya humanity atau soul.
Dalam video itu disebutkan, teknologi selalu mengubah kehidupan dan menciptakan perubahan. “Ada perubahan radikal yang kita sebut sebagai disrupsi. Disebut radikal karena membuat teknologi lama menjadi usang; mengubah cara pandang, cara belajar, ilmu terapan, lapangan pekerjaan, profesi, dan jenis usaha,” ujarnya.
Manusia Dituntut Adaptif
Selanjutnya, ini juga memicu perubahan struktural dan global lainnya. “Seperti lagu Windows of Change dari Scorpions, manusia dituntut adaptif dan reflektif,” ujarnya.
Para pelaku usaha lama yang selalu enggan berubah, terancam perubahan. Sebab ada platform start up dengan inovasi digitalnya. “Mereka menggunakan cara baru yaitu sharing resource. Dari manajemen internal terintegrasi menjadi orkestrasi ekosistem,” terangnya.
Kemudian, muncul future skill, keterampilan baru di masa mendatang. Yaitu coding, cloud tech,cognitive flexibility, quantum computing, creativity, collaboration, connecting the dots, user experience, digital product ownership, artificial intelligence, machine learning, biotechnology, neuroscience, dan cyber psychology.
Kecerdasan baru itu, lanjutnya, membedakan antara intelek (pengetahuan yang dapat dipelajari di sekolah) dengan intelegensi (kecerdasan yang harus diuji dan dilatih dalam kehidupan).
Percepatan Digitalisasi
Dalam video itu, Rhenald Kasali menyatakan, saat dunia berubah besar-besaran, pandemi Covid-19 menghentikannya sekaligus mempercepat disrupsi digital. Salah satu respon manusia, terus memperbaiki teknologi.
“Seperti pandemi, teknologi bak pisau bemata dua. Ada kalanya harus kita tahan agar humanity terus berlanjut atau kita punah!” tegasnya.
Dari video itu, Rhenald menyimpulkan, disrupsi sudah dimulai sejak dulu. “Disrupsi proses panjang dan kait-mengait satu sama lain. Berhubungan antara satu aspek dengan aspek lainnya. Satu berubah, rentetan perubahan di belakangnya besar,” terangnya.
Baca sambungan di halaman 3: Ciptakan Pasar Baru