Ekonomi Donat
Rhenald Kasali menilai, pandemi membentuk “ekonomi donat”. Seperti donat, tengahnya kosong tapi pinggirannya gemuk. Demikian juga di berbagai kota utama yang kosong karena orang-orang yang berkantor di sana tiba-tiba pergi. Contoh, di sekitar Depok biasanya ada kos dan warung, tapi tiba-tiba jadi kosong.
Dia menilai bentuk ekonomi yang bergeser ke pinggiran itu mengubah peta kehidupan. “Saya waktu di PT Telekomunikasi melihat, pendapatan dari bisnis enterprise (yang membayar jasa adalah perusahaan-perusahaan) itu kosong, bahkan utangnya meningkat,” jelasnya.
Tapi, dia mengamati Indihome justru hidup. “Pendapatannya naik terus karena rumah-rumah memasang sambungan internet,” ungkap Rhenald.
10 Ledakan
Rhenald Kasali memaparkan, telah terjadi sepuluh ledakan yang meliputi lima ledakan ekonomi dan lima ledakan kehidupan.
Pertama, ledakan kreativitas. “Hati-hati Bapak-Ibu sekalian, selama pandemi manusia jadi lebih kreatif. Hidup tertekan biasanya menjadi lebih kreatif,” terangnya.
Dia mencontohkan ketika pengusaha yang punya rumah makan di tengah kota tiba-tiba sepi. “Akhirnya mereka tidak buka cabang, tapi mereka buka dapur. Dapur di buka di pinggiran, barang bisa diantar ke rumah-rumah lewat ojek online,” jelas pria kelahiran Jakarta, 13 Agustus 1960.
Selain itu, ada situs-situs kreatif yang pengunjungnya semakin banyak. Misal Pinterest yang jadi rujukan mendapat gagasan-gagasan. Dia mengaku salah satu pengguna aktifnya.
Kedua, ledakan home sweet home. Tiba-tiba rumah mulai didandani. Penjualan keramik, semen, hiasan rumah, dan tanaman meningkat. “Zaman dulu belinya pohon mangga atau rambutan, zaman sekarang belinya janda bolong, monstera. Karena rumah semakin kecil, penduduknya lebih padat,” jelasnya.
Ketiga, ledakan wisata luar ruang. Di bidang wisata juga diam-diam terjadi pergeseran. Dia memaparkan, masyarakat lebih minat wisata di tengah sawah, bukit, dan air terjun.
Ledakan Kolaborasi dengan Teknologi
Keempat, ledakan pembuat konten. “Kemana pelarian anak muda yang kehilangan pekerjaan? Mereka membuat konten!” ujar Komisaris Utama PT Angkasa Pura 2 periode 2015-2019.
Hasil pengamatannya menunjukkan, hampir semua orang sekarang iseng membuat konten. Sebagiannya, sukses menghasilkan uang. “Tidak hanya artis, non artis juga tiba-tiba menjadi pembuat konten yang pengikutnya belasan ribu,” kata Rhenald.
Kelima, ada ledakan kolaborasi dengan teknologi. Keenam, ledakan kecerdasan. “Sayangnya bukan kecerdasan manusia yang berkembang, melainkan kecerdasan buatan. AI (Artificial Intellegence) bisa bercakap-cakap dengan kita, bisa memprediksi harga saham,” urainya.
Ketujuh, artificial living. Kata Rhenald, semua mulai dibikin buatan. Mulai tanaman, kecerdasan, sampai istri artificial.
Kedelapan, muncul ledakan useless generation. Dia mengungkap, 90 persen aktivitas di kantor cabang bank bisa diganti dengan robot. “Jangan bayangkan robot berbentuk manusia! Ada non humanoid robot, bisa berbentuk kotak atau software,” terangnya.
Misal pada pekerjaan customer service (CS). Rhenald terkejut saat tahu di bank besar yang biasa mempekerjakan lima ribu orang CS di berbagai kota, hari ini jadi nol orang. “Diganti dengan chat bot dengan nama cantik seperti Sabrina, Jema,” ujarnya.
Baca sambungan ke halaman 3: Perlu Kecerdasan Baru