PWMU.CO– Solusi Rasulullah menghapus pengemis dikisahkan oleh Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah Dr HM Nurul Yamin MSi dalam Kajian Ahad Pagi di Masjid Fahd Turki Al Turki Ponpes Karangasem Paciran Lamongan, Ahad (28/11/2021).
Kajian yang mengambil tema Meneladani Rasulullah dalam pemberdayaan umat tersebut, Ustadz Nurul Yamin menyampaikan kisah seorang sahabat Anshar yang datang meminta-minta.
Melihat kondisi sahabat itu yang terlihat bugar dan kuat, Rasulullah tidak serta merta memberinya harta. Nabi bertanya kepada sahabat tersebut. ”Adakah sesuatu di rumahmu?”
”Ada,” jawabnya. ”Kain yang sesekali dipakai dan sebuah cangkir untuk minum.”
”Bawalah kepadaku,” pinta Nabi Muhammad saw. Sahabat tersebut kemudian mengambil barang-barang miliknya dan memberikannya kepada Rasulullah.
Lantas Nabi saw menawarkan barang-barang tersebut kepada sahabat yang lain untuk dibeli. ”Siapa yang mau membeli barangnya? Adakah yang mau membayar dengan harga yang lebih tinggi?” pancing Rasulullah saw.
”Saya mau membayarnya dua dirham,” jawab seorang sahabat. Rasulullah pun memberikan kain dan cangkir kepada sahabat tersebut serta mengambil uangnya.
Selanjutnya Nabi Muhammad menyerahkan uang dua dirham kepada sahabat Anshar yang meminta tadi seraya berpesan,”Ini uangmu. Satu dirham untuk membeli makanan bagi keluargamu. Sisanya untuk membeli kapak. Carilah kayu bakar kemudian juallah. Aku tidak ingin melihatmu lagi selama 15 hari.”
Sahabat tersebut melaksanakan nasihat Rasulullah. Setelah 15 hari ia kembali lagi menghadap Nabi saw bukan untuk meminta, namun berterima kasih karena telah mampu mengumpulkan 10 dirham dari penjualan kayu bakar.
”Ini lebih baik bagimu daripada kelak di hari kiamat kamu bangkit dengan noda di wajahmu. Sesungguhnya noda ini hanya menempel pada orang-orang fakir yang hina. Mereka termasuk golongan yang merugi. Sungguh seandainya salah seorang di antara kalian mencari kayu bakar dan memikul ikatan kayu itu, maka itu lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik itu diberi atau tidak,” terang Rasulullah.
Hikmah
Hikmah kisah Nabi tersebut, Nurul Yamin menjelaskan, dalam pemberdayaan masyarakat setidaknya ada beberapa hal yang bisa kita lakukan seperti dicontohkan solusi Rasulullah itu. Pertama, pengentasan kemiskinan atau pemberdayaan masyarakat dilakukan secara berjamaah, tidak sendiri-sendiri. Dengan berjamaah kita akan menjadi lebih kuat dan lebih memudahkan.
Kedua, modal uang bukanlah segalanya. Rasulullah menyuruh membeli kapak kepada sahabat Anshar untuk bekerja adalah gambaran untuk memberdayakan dengan penyadaran kepada seseorang untuk mengubah nasibnya dengan kemampuannya. Sebagaimana al-Quran: Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum tersebut mengubahnya sendiri.
Ketiga, mengubah aset modal menjadi aset produksi. ”Sebagaimana kisah sahabat tadi yang memiliki sehelai kain dan cangkir sebagai aset modal yang diubah menjadi aset produksi berupa kapak untuk bekerja,” kata Ustadz Yamin. ”Semiskin-miskinnya kita pasti mempunyai aset modal yang bisa kita gunakan bekerja, baik itu tenaga, ide atau lainnya.”
Hal keempat yang bisa kita pelajari adalah perlunya fasilitator untuk membuka akses pasar sebagaimana Rasulullah menawarkan aset sahabat Anshar tadi kepada sahabat yang lain.
”Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah dalam hal ini mengambil posisi sebagai fasilitator untuk membuka akses pasar sebagaimana hasil pertanian jamaah sekitar Solo Raya yang produknya dibeli oleh Universitas Muhammadiyah Surakarta,” ujarnya.
Manajemen keuangan adalah hal kelima yang bisa kita ambil hikmahnya. ”Rasulullah memeritahkan membagi hasil penjualan aset modal sahabat tadi menjadi dua bagian. Yaitu untuk keperluan pribadi dan keluarga serta untuk keperluan produksi atau bekerja,” tuturnya.
Pelajaran keenam, sambung dia, adalah penanaman ideologi kepada masyarakat. Rasulullah melarang meminta-minta karena itu perbuatan hina. ”Hal ini bisa juga kita lakukan dengan memberikan pendampingan pelatihan kepada masyarakat serta kita tanamkan ideologi Muhammadiyah kepada mereka,” tandas Ustad Nurul Yamin mengakhiri penjelasan solusi Rasulullah mengatasi kemiskinan. (*)
Penulis Eko Hijrahyanto Erkasi Editor Sugeng Purwanto