PWMU.CO – Roots Day SMP Musasi tampilkan sosiodrama serta pameran poster dan masker yang berisi informasi tentang perundungan, Jumat (19/11/21).
Aula SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo (Musasi) tampak lebih ramai dari biasanya. Banyak poster dan masker yang terpasang di sepanjang aula. Poster dan masker tersebut bukanlah poster dan masker biasa, karena berisikan informasi soal perundungan dan seruan untuk menghentikan perundungan.
Ketua Panitia Zulfatul Azizah mengatakan , Roots Day adalah sebuah pameran yang berisikan tentang berbagai macam informasi seputar perundungan. Roots Day ini merupakan salah satu bagian dari program Roots.
“Roots sendiri merupakan program dari UNICEF Indonesia yang bertujuan untuk mencegah adanya perundungan atau kekerasan di lingkungan sekolah. Untuk menyukseskan program ini, SMP Musasi memilih 30 siswa yang akan dijadikan sebagai agen perubahan,” ujarnya.
Sebanyak 30 siswa-siswi yang terpilih tersebut, kata dia, nantinya menjadi agen perubahan. “Fungsinya adalah membantu guru untuk menyelesaikan masalah perundungan atau kekerasan yang terjadi di sekolah,” paparnya.
Pelatihan Sembilan Hari
Selain agen perubahan yang bertugas dalam program Roots ini, lanjut dia, terdapat guru fasilitator yang bertugas sebagai pembina para agen perubahan. “Agar bisa melaksanakan tugasnya dengan baik, para agen perubahan mengikuti pertemuan khusus yang diadakan selama sembilan hari,” terang Bu Zulfa, panggilannya.
Selama sembilan hari para agen perubahan diberikan pelatihan dan pengertian seputar apa itu perundungan oleh guru fasilitator. “Para agen perubahan tidak hanya mendengarkan materi saja, mereka juga diberikan tugas seputar materi yang sudah disampaikan. Tugas itu sendiri juga sebagai salah satu bentuk kampanye dalam menghentikan terjadinya perundungan di sekolah,” ungkap Zulfa.
Puncak program Roots diisi oleh agen perubahan itu sendiri. Seperti pembawa acara, penampilan-penampilan, dan juga penyampaian kesan dan pesan. Sebelum resmi membuka acara, Kepala SMP Musasi Drs Aunur Rofiq MSi memberi sambutan singkat dan juga tanggapan mengenai perundungan.
“Nge-prank teman. Memanggil teman dengan nama orangtuanya. Mengunggah foto tanpa izin. Dan memegang area telarang yang bukan mahram. Itu semua termasuk tindakan bullying. Indonesia sendiri termasuk negara yang paling sering melakukan prank dan bullying,” kata Rofiq soal perundungan.
Rofiq juga berkata bahwa bullying hanyalah kerjaan orang yang nganggur. Karena para pelaku bullying mencari kesibukan mereka dengan cara menjelekkan orang lain. “Bullying adalah kerjaan orang yang nganggur,” kata dia.
Atmosfer Baru
Sedangkan dalam sambutannya, Zulfatul Azizah berharap program Roots ini bisa memberikan atmosfer baru untuk SMP Musasi. “Harapannya, program Roots anti perundungan ini bisa memberikan atmosfer baru untuk SMP Musasi. Dan semoga SMP Musasi bisa segera menjadi sekolah bebas perundungan.” tutur guru BK SMP Musasi ini.
Setelah serangkain sambutan, maka dilakukanlah deklarasi yang ditandatangani oleh Rofiq sebagai kepala sekolah dan seluruh agen perubahan. Deklarasi itu adalah bukti bahwa agen perubahan telah berjanji akan melindungi para korban perundungan.
Setelah seremonial pembukaan dilanjutkan dengan penampilan yang dilakukan oleh para agen perubahan. Salah satu penampilan yang menarik di Roots Day ini adalah sosio drama yang ditampilkan oleh para agen perubahan. “Tampilan drama itu bukan hanya sekedar penampilan saja, tapi memiliki pesan agar siswa siswi SMP Musasi menghentikan terjadinya perundungan di sekolah,” terang Zulfa.
Senang dan Bangga
Salah seorang peserta Miroslav Fathir mengaku senang karena bisa mengikuti kegiatan Roots ini. Adanya kegiatan Roots ini, mereka lebih mengerti tentang perundungan. “Saya senang bisa mengikuti program agen perubahan ini, karena saya menjadi lebih mengerti soal apa itu perundungan,” ujar Fathir.
Sementara itu, salah satu agen perubahan dari kelas VIII Fajar Kurniawan menyatakan senang, karena bisa menjadi salah satu bagian dari agen perubahan. “Senang, karena saya menjadi lebih kenal dengan kakak kelas IPM. Kegiatan yang diadakan juga seru-seru,” ungkap Fajar.
Fajar bercerita, jika awalnya dia tidak terlalu bersemangat dengan adanya kegiatan Roots ini. Namun seiring berjalannya waktu, ia menjadi senang dan bangga menjadi salah satu agen perubahan. “Saya jadi mengenal lebih dalam tentang apa itu bullying serta contoh-contoh perilaku perundungan,”katanya.
Dia juga berharap, adanya kegiatan Roots ini perbuatan bullying bisa berkurang. “Semoga dengan adanya kegiatan Roots anti perundungan ini, bisa membantu mengurangi perbuatan bullying di mana pun. Baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun di sosial media,” pungkasnya. (*)
Penulis Cantika Zasha Kamila. Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.