PWMU.CO– Cerita Agung Danarto disampaikan di resepsi Milad Muhammadiyah ke 109 yang diadakan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Pasuruan, Ahad (5/12/2021).
Sekretaris Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah itu bercerita di pertengahan masa pandemi, MCCC dan MDMC menginginkan sebuah tanah untuk Pusdiklat. Ternyata tanah tersebut tidak terealisasi bisa dibeli.
”Selang satu bulan kemudian ada seorang profesional bukan warga Muhammadiyah datang menghibahkan tanah seluas 3.440 M2 yang letaknya sangat strategis kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah,” kata Agung Danarto yang dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Dari peristiwa ini, Agung Danarto yakin, kalau kita punya keinginan yang kuat, Allah akan menggerakkan orang untuk mencukupi apa yang diperlukan oleh Muhammadiyah. ”Kita yakin, kalau kita menolong agama Allah, Allah akan menolong kita,” paparnya.
Cerita Agung Danarto berlanjut. Ada lagi warga non Muhammadiyah di masa pendemi ini menghibahkan tanah dan bangunan yang nilainya miliaran rupiah kepada Muhammadiyah.
Ketika ditanya kenapa menghibahkan hartanya? Orang itu menjawab,”Mas anak saya sudah mentas semua, harta saya alhamdulilah cukup. Saya tidak tahu kapan Allah akan memanggil saya. Mumpung saya masih hidup, saya ingin punya bekal di akhirat,” tuturnya.
Orang tersebut ditanya lagi, kenapa menghibahkan kepada Muhammadiyah?
Jawabnya sederhana,”Saya percaya kepada Muhammadiyah.”
Bagi Agung, kepercayaan masyarakat adalah modal utama dan semestinya dijaga. Di Muhammadiyah semua aset tanah, baik wakaf atau membeli, dijaga dengan cara sertifikasi atas nama Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Dengan demikian Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, Pimpinan Ranting dan Pimpinan Amal Usaha tidak bisa mengalihnamakan tanah tersebut kecuali seizin Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
”Meskipun begitu, Pimpinan Pusat Muhammadiyah tidak menguasai tanah tersebut. Tanah tersebut tetap dikuasai oleh PWM, PDM, PCM, PRM, dan amal usaha,” terang Agung yang pernah menjadi Ketua PWM Daerah Istimewa Yogyakarta periode 2005-2010.
Agung menerangkan, seluruh amal usaha Muhammadiyah dikelola untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sebagai bentuk dzikir dan ketaatan kepada Allah. Dana infak warga yang dikumpulkan direalisasikan dalam bentuk amal usaha.
Dia menjelaskan, para pimpinan di Muhammadiyah diibaratkan seperti talang yang menampung air hujan yang banyak sekali kemudian menyalurkannya ke tempat penampungan. Tapi talangnya sendiri tidak menyisakan air. ”Talange ora melu teles. Tidak ada yang mampir di talang,” ujarnya.
Di Muhammadiyah itu, sambung dia, sudah talangnya tidak basah, tempat penampungannya di tempat mata air. Sehingga tiap kali sumbangan dari manapun juga hasilnya jadi lebih besar karena ada partisipasi warga yang banyaknya.
”Tidak ada ceritanya, bantuan yang dihibahkan ke Muhammadiyah lantas mangkrak. Yang terjadi adalah bangunannya jadi dan nilainya lebih tinggi dari yang disumbangkan. Karena dalam hal ini, warga Muhammadiyah niatnya adalah berdzikir dan taqarrub kepada Allah. Karena niatnya adalah dzikir dan taqarub kepada Allah, semuanya dilaksanakan dengan serius,” tuturnya.
Acara milad Muhammadiyah ke 109 yang diadakan oleh PDM Kota Pasuruan diselenggarakan di halaman SMK Muhammadiyah Satu Kota Pasuruan.
Hadir juga dalam acara ini Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Ir H. Tamhid Masyhudi, Wakil Wali Kota Pasuruan Adi Wibowo beserta istri, anggota PDM Kota Pasuruan dan seluruh warga persyarikatan. (*)
Penulis Dadang Prabowo Editor Sugeng Purwanto