PWMU.CO – Forum Kajian Dosen (FKD) ‘Padhang Wetan’ Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya memasuki putaran ke-15. Kali ini, Selasa (27/12) kajian rutin dosen-dosen FAI UMSurabaya ini mengangkat tema ”Strategi Muhammadiyah Menghadapi MEA”.
Hadir sebagai narasumber salah seorang pengamat ekonomi Islam UMSurabaya Ruhul Amin MEI.Dalam kesempatan itu Ruhul menjelaskan, hadirnya masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) merupakan kesepakatan semua negara ASEAN. Khususnya dalam hal pengembangan dan kerjasama di beberapa sektor perdagangan yang telah disepakati. Seperti sektor produk UKM, jasa dan lainnya.
(Baca: FKD FAI: Penulisan Sejarah Islam Harus Objektif dan Mengkaji Alasan Agama tentang Boleh-Tidaknya Aksi 212)
Prinsip MEA ini sendiri, lanjut Ruhul adalah liberalisasi di bidang ekonomi. Artinya, proteksi atau peran negara dalam beberapa sektor perdagangan sudah mulai dikurangi. Bahkan cenderung ditiadakan. ”Prinsip ini lah yang nanti membuat produk-produk UKM akan sulit bersaing. Karena dinilai kurang berkualitas dan berbiaya mahal,” terangnya.
Ruhul pun mengungkapkan saat ini masih banyak terdapat UKM yang dinilai kurang bisa bersaing di Indonesia. Sehingga memunculkan kekhwatiran bahwa Indonesia hanya akan dijadikan pangsa pasar di era MEA. ”Saya khawatir Indonesia hanya akan jadi masyarakat konsumtif. Karena saat ini kita belum siap unutk menjadi masyarakat produktif,” ungkap Ruhul.
Sementara Sholihul Huda MFil.I mengatakan, MEA adalah sebuah keniscayaan di bidang politik ekonomi yang sulit dibendung kehadirannya. Karenanya, umat Islam pada umumnya, dan terutama warga Muhammadiyah harus menyiapkan diri untuk mengahadapi dan memenangkan persaingan MEA. ”Mau tidak mau, siap atau tidak siap, kita harus menghadapi MEA. Kita tidak mungkin bisa lagi menghindarinya,” tegasnya.
(Baca juga: Perguruan Tinggi Muhammadiyah, Tonggak Kultur Keilmuan Persyarikatan)
Pengasuh FKD ‘Padhang Wetan’ ini lantas mengungkapkan beberapa hal yang bisa dilakukan oleh Muhammadiyah agar dapat memenangkan MEA. Dengan jelas, Sholik menyebut ada 6 strategi yang sudah dibuat dan dirumuskan pada saat Muktamar Muhammadiyah di Makasar.
Pertama, pentingnya konsolidasi kelembagaan. Baik itu pimpinan Persyarikatan maupun pimpinan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Kemudian kedua, pentingnya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di internal Muhammadiyah. Baik dari segi keilmuan ataupun segi hard skill pekerjaan.
(Baca ini juga: Perguruan Tinggi Muhammadiyah Siapkan Diri Jadi Research University)
Sementara yang ketiga adalah Muhammadiyah sudah seharusnya bisa membuat lembaga keuangan sendiri. Semisal Bank Muhammadiyah. Di samping itu, keempat perlunya memperbanyak wirausahawan muda Muhammadiyah.
”Strategi selanjutnya, kelima dan keenam adalah memperkuat jaringan ekonomi keluarga Muhammadiyah dan mengoptimalkan peran fakultas-fakultas ekonomi di semua Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM),” pungkasnya. (lik/aan)