Sempurnakan Kreasi, Muliakan Sesama
“Sehingga itu ada iqra warabbukal aqram‘, Allah sebagai Rabb diulang lagi, mengingatkan pada kita tidak cukup menjadi kreator tapi juga kemudian dapat menjaga dan dapat menyempurnakan dari kreasi-kreasinya itu,” terang Saad Ibrahim.
Dia juga menegaskan, “Hampir pasti yang awal-awal itu tidak akan bisa sempurna. Tapi kalau yang awal-awal tidak pernah kita mulai, tidak akan bisa pernah menghasilkan karya!”
Seluruh yang kita hasilkan, lanjutnya, cetak-mencetak yang kita lakukan—ketika dihubungkan dengan dimensi teologis—dalam konteks memuliakan itu yang paling tinggi tetap memuliakan Allah.
Dia menegaskan, saling memuliakan dan menghormati itu bagian terpenting bagi kita. “Termasuk juga memuliakan sesama, memuliakan seluruh karya-karya Allah Swt, menghormatinya. Maka ilmu yang akhirnya menjadikan kita arogan, jauh dari Allah Swt, bukan arah seperti yang kita tuju!”
Qalam sebagai media ini diletakkan di belakang. Jangan terlalu mengandalkan pada media. Tapi totalitas dari Njenengan itu harus tampil di depan!”
M Saad Ibrahim
Saad pun mengingatkan, “Islam mengajarkan kepada kita, dekatilah orang dengan senyummu, sedangkan marahmu itu simpan. Gunakan sewaktu-waktu ketika sudah betul-betul diperlukan!”
“Kalau seorang guru yang menjadi bawahan kita—karena kita kita sebagai kepala sekolah—bisa kita tundukkan dengan senyum kita, maka jangan digunakan tangan kita!” tuturnya.
Sesungguhnya, lanjut Saad, kalau bisa menaklukkan dengan senyum, maka energi yang dibutuhkan juga sedikit bahkan menambah kesehatan.
Totalitas Tampil di Depan
Saad Ibrahim menjelaskan, pada ayat selanjutnya, alladhi allamabil qalam (mengajarkan dengan media qalam atau pena) harus dimaknai lebih luas. Dalam kehidupan kita, lanjutnya, qalam bermakna IT.
“Qalam sebagai media ini diletakkan di belakang. Jangan terlalu mengandalkan pada media. Tapi totalitas dari Njenengan itu harus tampil di depan!” tuturnya.
Saad juga berpesan, “Jangan pernah menyimpulkan ini diklat yang panjang, apalagi yang paling panjang, diklat itu terus-menerus harus kita lakukan dengan mendidik dan melatih diri sendiri!” Sebab, dari perjalanan panjang itulah Insyaallah semakin kreatif. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni