PWMU.CO– Doa Kiai Ahmad Dahlan disampaikan kepada peserta Baitul Arqom Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Lamongan yang berlangsung di Prigen, Selasa (21/12/2021) siang.
Doa Kiai Ahmad Dahlan dikenalkan oleh Ketua Majelis Tabligh PDM Lamongan Masro’in Assafani. Doa yang dibaca Kiai Dahlan itu adalah Ya Allah Tuhan kami, jadikanlah mereka yang memasuki Muhammadiyah, jadikanlah mereka muslim atau muslimah yang berani dan ikhlas mengorbankan harta, tenaga, dan pikirannya untuk tegaknya agama Islam yang berdasar al-Quran dan sunnah.
Berkat doa inilah, kata dia, Allah meridhoi dan kader-kadernya sepanjang zaman membesarkan persyarikatan ini dengan ikhlas. Muhammadiyah dan KH Ahmad Dahlan berjasa besar terhadap perkembangan negeri ini. Karena itulah pemerintah menetapkan sebagai pahlawan nasional.
Menurut Masroin, dasar pertimbangan penetapan sebagai pahlawan nasional adalah pertama KH Ahmad Dahlan telah memelopori kebangkitan umat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar berbuat.
”Kedua, dengan organisasi yang didirikannya, ia telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat dengan dasar iman dan Islam,” katanya.
Ketiga, dengan organisasinya, Muhammadiyah telah memelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam.
Keempat, dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita, Aisyiyah, telah memelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria.
Masro’in yang membahas lantas bertanya kepada peserta. Apa arti Muhammadiyah dan maksud dan tujuan pendiriannya.
”Muhammadiyah secara etimologis berarti pengikut Nabi Muhammad, karena berasal dari kata Muhammad, kemudian mendapatkan ya nisbiyah,” ujarnya.
Sedangkan secara terminologi berarti gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi mungkar dan tajdid, bersumber pada al-Quran dan as-sunnah.
Menurut dia, latar belakang berdirinya Muhammadiyah adalah pertama, faktor subjektif hasil pendalaman KH Ahmad Dahlan terhadap al-Quran dalam menelaah, membahas dan mengkaji kandungan isinya.
”Kedua, faktor objektif dapat dilihat secara internal dan eksternal. Secara internal ketidakmurnian amalan Islam akibat tidak dijadikannya al-Quran dan as-sunnah sebagai satu-satunya rujukan oleh sebagian besar umat Islam Indonesia,” tuturnya.
Maksud dan tujuan Muhammadiyah, tambah dia, menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. ”Maka dari itu kita harus ingat jas merah. Artinya jangan sekali-sekali melupakan sejarah,” selorohnya.
Dia lantas memberi semangat peserta Baitul Arqom PCM Lamongan dan memeriahkan suasana dengan meneriakkan yel-yel organisasi.
Kalau disebut ’Muhammadiyah’ sambil mengepalkan tangan kanan ke atas, peserta harus serempak menjawab ’Gerakanku’ dengan mengepalkan tangan ke atas.
Kemudian disambung lagi kata ’Nabiku’, peserta menjawab ’Muhammad”. Ketika disebut Islam maka peserta menjawab peserta, ”Agamaku.” Saat diteriakkan ’Profil Islam’ maka peserta menjawab ’Masjid.’
Masro’in juga memaparkan profil Ketua PP Muhammadiyah dari awal sampai sekarang secara berurutan. Yaitu KH Ahmad Dahlan, KH Ibrahim, KH Hisyam, KH Mas Mansur, Ki Bagoes Hadikoesoemo, Buya AR Sutan Mansur, M. Yunus Anis, Ahmad Badawi, Faqih Usman, AR Fachruddin, Ahmad Azhar Basyir, M. Amien Rais, Ahmad Syafii Maarif, Din Syamsuddin, dan Haedar Nashir. (*)
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Sugeng Purwanto