PWMU.CO– Kajian Kristologi Smamda (SMA Muhammadiyah 2) Surabaya digelar menutup akhir semester gasal. Hadir sebagai pembicara Ustadz dr H Anwar Luthfi MTh, Rabu (22/12/2012).
Kajian Kristologi bertajuk Membentengi Diri dan Keluarga dari Pendangkalan Akidah di Bulan Desember tersebut dipandu oleh guru Musthofa Agus SKom MM.
Kepala Smamda Surabaya H Astajab MM dalam sambutannya mengatakan, kajian ini adalah bekal bagi siswa dalam menanggapi peringatan Natal dan Tahun Baru (Nataru).
”Semoga kajian ini benar-benar bisa memberi pencerahan agar kita berhati-hati dalam pendangkalan akidah yang terjadi,” jelas Astajab.
Ustadz Anwar Luthfi, ahli kristologi, menjelaskan, istilah Natal dalam keyakinan Nasrani tidak sekadar ucapan hari lahir Isa as.
”Di dalam Injil Lukas, Matius, dan Markus, bahkan dijelaskan bahwa kelahiran Yesus atau Nabi Isa adalah sebagai anak Tuhan,” terang ahli Kristologi asal Sumenep Madura ini.
Mengucapkan selamat Natal, lanjutnya, adalah wujud kita menyetujui keyakinan Nasrani. ”Ikut mengucapkan artinya menyetujui, dan itu bisa meruntuhkan keimanan dan akidah kita,” lanjutnya.
Parahnya, sambung dia, umat Islam yang menolak untuk mengucapkan selamat Natal dicap sebagai radikal dan intoleran. ”Ini adalah cara mereka membuat umat muslim ragu akan keyakinannya bahwa ikut mengucapkan haram hukumnya,” terangnya.
Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Kabupaten Sumenep menambahkan, ujian umat muslim tidak hanya terjadi saat Natal dan Tahun Baru, namun juga terjadi sepanjang tahun.
Menurut Ustadz Anwar Luthfi, toleransi tidak berarti ikut merayakan. ”Toleransi adalah menghormati tanpa mencampuri,” tuturnya.
Lalu bagaimana jika ada teman non-muslim mengundang kita untuk merayakan? Ustadz Anwar Luthfi memberikan jawabannya.
“Kita menolak secara lembut, namun dengan pernyataan yang tegas. Bahwa dalam Islam haram hukumnya untuk merayakan hari umat agama lain, bahkan untuk sekadar mengucapkannya,” jawabnya.
Bahkan Ustadz Anwar Luthfi juga menyampaikan, jika datang momentum berdakwah, maka sampaikanlah kebenaran tentang Nabi Isa as.
“Kalau mereka mengundang kita, artinya mereka telah berani mendakwahi kita. Maka kita pun seharusnya bisa mendakwahi mereka tentang kebenaran ajaran Islam,” tandasnya. (*)
Penulis Muhammad Zarkasi Editor Sugeng Purwanto