PWMU.CO– Drone Rescue ciptaan siswa SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (Smamda) mendapat juara internasional lewat ajang Asia Pacific ICT Alliance (Apicta) 2021 yang dihelat 10 Desember 2021 di Malaysia.
Tim rekayasa teknologi (Rekto) Smamda Sidoarjo berhasil meraih merit medals. Tim Rekto Smamda terdiri dari Azriel Arizandy kelas XI MIPA 1, Ahmad Zadit Taqwa kelas XI MIPA 5, Hindun Afra Zahidah kelas XI MIPA 7, Muhammad Bimo Anggoro Bramantya kelas XI MIPA 6, dan Muammar Bahalwan kelas XI MIPA 8.
Acara ini diadakan oleh The National Tech Association of Malaysia atau Persatuan Industri Komputer dan Multimedia Malaysia (Pikom).
Muammar Bahalwan, juru bicara tim,menjelaskan, inovasi yang diciptakan berupa drone rescue yang digunakan untuk menyelamatkan orang. Drone tersebut dikendalikan menggunakan remote control dilengkapi dengan walkie talkie dan kamera.
”Ide awal inovasi ini karena seringnya kejadian bencana alam yang selalu memakan banyak korban. Salah satu penyebabnya yaitu akses jalan menuju lokasi kejadian rusak dan terhambat, sehingga proses evakuasi harus memakan waktu lama dan banyak korban yang tidak terselamatkan,” jelasnya.
Menyadari hal itu, sambung dia, tim Rekto Smamda langsung memikirkan solusi dari permasalahan tersebut. Muncul ide untuk membuat alat inovasi berupa drone rescue atau drone penyelamat.
”Drone ini juga dikembangkan dengan menambahkan walkie talkie agar dapat memudahkan komunikasi antara korban dengan petugas bencana alam,” ujar putra pasangan Washil Bahalwan dan Fauziah.
Penyusunan proposal rancangan alat memerlukan waktu dua pekan di laboratorium rekto Smamda. Langkah awal dalam merakit drone adalah memilih ukuran frame (rangka drone) yang akan digunakan.
Tim rekto menggunakan frame drone racing berjenis Cinewhoop yang memiliki diameter 149 mm dan propeller berukuran 3 inchi. Setelah memilih frame kemudian dilanjutkan menghitung berat beban yang akan di angkat oleh drone.
Setelah ditentukan beban yang akan diangkat dilanjutkan memilih spesifikasi motor yang mampu mengangkat beban drone secara keseluruhan. “Selanjutnya pemilihan FC, ESC, dan Baterai yang disesuaikan dengan spesifikasi motor,” papar siswa yang akrab dipanggil Ammar.
Diikuti 16 Negara
Asia Pacific ICT Alliance (Apicta) merupakan lomba karya inovasi yang disampaikan dengan ide-ide baru untuk perkembangan teknologi di segala bidang. Pada tahun ini Apicta diadakan di Malaysia secara daring karena masih suasana pandemi.
Kompetisi ini diikuti oleh 16 negara di Asia Pasifik, mulai dari Australia, Bangladesh, Brunei Darussalam, China, China Taipei, Hongkong, Indonesia, Jepang, Macau, Malaysia, Myanmar, Pakistan, Singapura, Sri Lanka, Thailand, hingga Vietnam.
Tujuan dari lomba ini adalah meningkatkan kesadaran teknologi informasi dan komputer (TIK) dalam masyarakat dan membantu menjembatani kesenjangan digital.
Keunggulan
Inovasi yang dikembangkan tim Rekto Smamda memiliki keunggulan dari segi bentuk yang kecil sehingga dapat masuk ke tempat yang sulit dijangkau. Drone ini juga lincah dalam melakukan penerbangan ke tempat-tempat yang sempit.
“Drone kami bisa menjelajah ke medan yang sulit dijangkau seperti memasuki lorong sempit atau lubang”, tegas Ammar.
Lewat presentasi yang dilakukan secara daring (online) menggunakan Microsoft Teams, Ammar dan tim berhadapan dengan tiga juri. Berhubung ini lomba internasional pertama yang diikuti oleh Ammar dan tim, maka ada sedikit perasaan grogi saat memaparkan konten proyek mereka.
”Alhamdulillah ada bantuan dari tim koordinator Indonesia ketika ada kendala pada saat sesi tanya jawab. Bersyukur rasanya bisa menjadi juara dan membanggakan nama sekolah dan Indonesia di ajang internasional,” kata Ammar. (*)
Penulis Ernam Editor Sugeng Purwanto