Bentuk Moderasi Secara Nyata dan Inklusif
Oleh sebab itu, dengan kehadiran MAC, Haedar mengaku Muhammadiyah ingin mengeliminasi atau memoderasi islamphobia itu tidak semata-mata dengan peran literasi, tetapi juga lewat satu institusi yang hadir secara nyata dan bersifat inklusif. Itulah lembaga pendidikan.
“Ini merupakan institusi paling inklusif yang dihadirkan Muhammadiyah. Di negeri kita, di Indonesia timur, tanpa kita berbanyak kata, kita juga mewujudkan pluralitas yang konstruktif lewat pendidikan,” terangnya.
Maka di ranah global, Muhammadiyah juga ingin menghadirkan multikulturalisme, yang hadir dijembatani dan dimoderasi oleh lembaga pendidikan Islam. Konteks ini menjadi wujud dan bentuk baru kehadiran Islam rahmatan lil ‘aalamiin yang tidak hanya isu lisan semata.
“Kita meyakini, seperti juga etos Muhammadiyah bahwa lisaan al-haal afshohu min lisaanil maqol. Bahwa perbuatan itu adalah tindakan yang paling valid dari pada ucapan,” tandansya.
Kehadiran lembaga kita, imbuhnya, untuk menghadirkan Islam secara al-haal dalam tindakan, perbuatan dan institusi konkrit. Hal ini bersifat inklusif untuk mewujudkan persatuan, perdamaian dan peradaban bersama di tingkat global.
“Ini kado Muhammadiyah bukan hanya untuk bangsa kita, tapi juga untuk dunia. Mungkin kelihatannya kecil sekarang, ini tapi insya Allah akan punya daya yang luas pada masa-masa yang akan datang, baik bagi Muhammadiyah maupun organisasi yang lain,” pungkasnya. (*)
Penulis Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni