Berbagai Capaian Cemerlang
Siti Aisyah telah mencatatkan prestasi yang cukup banyak. Misalnya, dia adalah redaktur pertama majalah Suara Aisyiyah.
Hal lain, saat memimpin Aisyiyah, pada 1931 Siswa Praja Wanita diganti menjadi Nasyiatul Aisyiyah. Maka, terkait kaderisasi di Aisyiyah, optimisme mencuat lewat semboyan: “Yang patah tumbuh, yang hilang berganti”. Dirasakan, bahwa dengan berdirinya Nasyiatul Aisyiyah maka pengkaderan bisa lebih tertata.
Pada 1937, Siti Aisyah mempelopori Lomba Bayi Sehat. Itu terjadi pada Muktamar Muhammadiyah ke-26 di Yogyakarta. Acara tersebut diniati Aisyiyah untuk memantik kepedulian terhadap kesehatan anak. Acara itu juga menjadi bagian dari dedikasi lembaga Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal.
Hal lain, di antara yang dipikir Siti Aisyah adalah bagaimana menghidupkan salah satu pesan sang ayah, bahwa: “Hidup-hidupilah Muhamadiyah, jangan mencari hidup di Muhamadiyah”. Maka, terkait ini, dari Siti Aisyah terbit pernyataan yang menggugah: “Bukan Muhammadiyah yang menghajatkan kepada kita, tetapi kitalah yang menghajatkan akan hidup suburnya Muhammadiyah”.
Di periode kepemimpinannya, Aisyiyah menjadi organisasi yang dikenal luas. Lalu, agar Aisyiyah langgeng, di zaman penjajahan Jepang dia berpikir keras agar tak ditumpas oleh si penguasa.
Strategi Aisyiyah kala itu, bergabung dengan Fujinkai (perkumpulan perempuan bentukan Jepang). Lalu, oleh karena madrasah tidak boleh buka, maka diganti dengan Pengajian Menengah Aisyiyah. Juga, Aisyiyah menggelar dapur umum dan aktif dalam Palang Merah Indonesia.
Saat Indonesia merdeka, aktivitas Aisyiyah makin kencang dan lebih meneguhkan gerakannya di bidang perempuan dan pendidikan serta sosial. Aisyiyah antara lain mendirikan Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA), Rumah Bersalin, Asrama Putri, Panti Asuhan, serta Penitipan Bayi dan Anak. Juga, membuat program santunan bencana alam.
Secara umum, di masa kepemimpinannya, Siti Aisyah telah membawa Aisyiyah menjadi lebih maju. Dia punya prestasi yang baik dan layak diteladani.
Buah Baik
Siti Aisyah wafat pada tanggal 10 Agustus 1968 di Yogyakarta. Almarhumah, adalah salah satu aktivis Muhammadiyah yang punya catatan sangat elok dalam berbagai usahanya membesarkan organisasi sekaligus menjayakan agama.
Almarhumah memiliki capaian dakwah yang membanggakan. Itu semua, bagian dari buah usaha menyiapkan kader yang dilakukan secara sungguh-sungguh oleh kedua orangtuanya, KH Ahmad Dahlan dan Siti Walidah. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni