PWMU.CO – Kebijakan tidak harus saklek untuk menjaga kenyamanam di lingkungan kerja disampaikam Fony Libriastuti MSi, Jumat (31/12/21).
Dalam Sharing Session Pendidikan di acara Mugeb Care oleh angkatan muda Muhammadiyah (AMM) Cabang GKB Gresik dia mengatakan ada beberapa poin penting dalam mengelola sebuah organisasi atau sekolah.
“Perbedaan jam kerja karena tugas tertentu bisa diberikan oleh kepala sekolah pada guru tertentu. Namun mereka wajib menunjukkan dan mampu menjaga fleksibilitas yang diberikan,” ujar Kepala SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik ini.
Dia memaparkan selain itu harus terus ada motivasi agar selalu terjaga kenyamanan di tempat kerja, sehingga sebuah kebijakan tidak harus saklek jam kerjanya.
“Contohnya seorang guru diberikan waktu kedatangan pukul 08.00 WIB dan kepulangan mundur dari teman yang lainnya karena memang di hari sebelumnya guru tersebut menyelesaikan tugas khusus untuk pengembangan sekolah.”
Misi Sosial
Fony mengatakan sekolah juga harus melibatkan diri dalam misi sosial. Contohnya adanya bencana alam baru-baru ini yang terjadi di Jawa Timur.
“Maka sekolah segeralah mengambil partisipasi seperti penggalangan dana atau apapun di luar rutinitas kita sehingga membuat kita menjadi dekat dengan Allah SWT,” tuturnya.
Misalkan lagi, lanjutnya, ada kegiatan vaksin, maka ambillah peran apapun itu. Seperti input data yang nantinya menjadi nilai plus untuk yang bersangkutan. Walaupun tidak ada orang lain yang mengetahui.
“Orang yang luar biasa itu sederhana dalam ucapan, namun hebat dalam tindakan. Maksudnya ngomongnya lebih sedikit tapi action-nya yang banyak,” paparnya.
Budaya Organisasi
Fony mengungkapkan sekolah harus dibangun dengan budaya organisasi. Budaya ini harus dibangun melalui sekecil apapun organisasi itu walaupun itu AMM agar bisa tercapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan visi misi dari sekolah.
“Budaya organisasi dibangun harus sesuai dengan visi misi di sekolahnya. Di Golokan ini visi misinya bagaimana sehingga nanti budaya organsisasinya disesuaikan,” katanya.
Kedua budaya organisasi itu juga sebagai identitas organisasi. Kalau di GKB itu punya motto Berbagi dan Bersinergi. Jika diucapkan motto, orang-orang sudah tahu bahwa itu GKB. Kalau di Golokan seperti apa?.
Ketiga untuk menciptakan kebersamaan. Jika dalam sebuah organisasi ada seorang yang melenceng, yang nantinya akan memunculkan hal-hal negatif untuk organisasi kita, maka orang itu tidak cocok bekerja di sini dan bisa mencari tempat kerja lain yang sesuai dengan yang diinginkan.
Cara Pembentukan Organisasi
Fony mengatakan cara pembentukan organisasi yaitu bisa melalui top-down. Artinya kebijkan yang dibuat oleh Majelis Dikdasmen atau kepala sekolah dan kemudian disosialisasikan kepada guru sampai ke bagian paling bawah. Atau bottom-up, yaitu ada usulan dari guru dan karyawan kepada sekolah.
“Jika kebijakan itu top-down, maka itu sifatnya adalah instruksi yang harus dijalankan,” tegasnya.
Selain itu, sambungnya, adalah sistem management yang telah diatur dan harus ditaati. Jika ada guru atau karyawan yang melenceng dari sistem, maka akan mendapatkan teguran dan tidak boleh mengulangi lagi. Sekolah memiliki aturan yang berupa sanksi, pinishment, dan reward.
“Menjadi pemimpin jangan pelit-peliy memberi reward, walaupun berupa hal yang sederhana.”
Membuat aturan itu, tuturnya, harus dijalankan, jangan sampai aturan tersebut dilanggar. Semisal aturan penggajian, pensiun, itupun harus dibuat aturannya agar ketika kita harus membuat keputusan itu sudah sesuai dengan aturan dan sistem.
Komitmen Guru
Fony menjelaskan setiap guru harus membuat komitmen dan begitu juga kepala sekolah. Komitmen kepala sekolah juga harus berbeda dengan komitmen guru.
“Misalkan saya sebagai kepala sekolah, saya punya komitmen untuk sukses PPDB, sukses di keuangan sekolah yang sehat. Komitmen-komitmen yang dibangun itu yang nantinya akan membentuk budaya sekolah,” sambungnya.
Eliminate Toxicity
Sebuah organisasi, papar Fony, juga harus berani mengeliminate toxicity. Eliminate itu artinya menghilangkan, menghapus toxic people yang ada di tempat kerja kita. Karena toxic people ini berbahaya untuk organisasi.
“Ciri-ciri toxic people di antaranya mementingkan dirinya sendiri, bukan untuk kebersamaan. Padahal untuk menciptakan budaya organisasi itu harus ada kebersamaan,” katanya.
Kedua, melakukan kekerasan secara emosional. Kekerasan yang dimaksud tidak melulu tentang kekerasan fisik, tapi juga kekerasan emosional. Misalkan meremehkan, suka mengkritik dan selalu mencari kesalahan orang lain.
Ketiga mengontrol. Toxic people selalu menuntut dan mengontrol seseorang harus begini begitu sesuai dengan maunya sendiri di luar budaya yang terbentuk dan mudah menyalahkan.
Keempat, tidak jujur dan suka memanipulasi serta cenderung tidak menunjukkan empati.
Integritas
Fony mengungkapkan dalam sebuah organisasi, orang yang memiliki integritas tinggi harus digandoli. Integritas yang dimaksud yaitu menjalankan apa yang dikatakan, tidak membantah atasannya dan menjalankan apa yang ditugaskan.
“Melakukan hal dengan benar meskipun tidak ada yang melihatnya dan hanya mencari simpati orang.”
Selanjutnya, sambungnya, seorang yang memiliki integritas adalah orang yang selalu mengatakan kebenaran.
Orang yang seperti ini akan merasa tidak pas saat ada orang yang melakukan hal yang tidak benar dan tidak pas bahkan bisa menceraiberaikan organisasi, bukan malah melakukan pembiaran.
“Jika sekolah memiliki orang-orang yang punya integritas tinggi, maka sekolah itu akan mudah karena mereka yang akan mengembangkan budaya-budaya organosasi di sekolah kita,” tegasnya.
Time Management
Fony memaparkan budaya organisasi yang positif harus memiliki good time management. Ada empat time management, pertama important and urgent, kedua important and not urgent, ketiga not important and urgent, dan keempat not important and not urgent.
Untuk itu, pesanya, teman-teman di Golokan bahwa bekerja itu tidak hanya tentang uang, tetapi lebih kepada mencari ridaAllah SWT. (*)
Penulis Irma Sonya Suryana. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post