Tips dan Praktik Menulis Antiruwet di Mugeb Care; laporan Fatma Hajar Islamiyah, kontributor PWMU.CO dari Berlian School Gresik.
PWMU.CO – Angkatan muda Muhammadiyah (AMM) Gresik Kota Baru menyelenggarakan Mugeb Care 2021 di Desa Golokan, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik, Kamis-Ahad (30/12/21-1/1/22).
Satu di antara materi yang disampaikan dalam kegiatan bertema “Bersinergi Membangun Amal Usaha Muhammadiyah Berkemajuan” itu ialah literasi media.
Materi disampaikan oleh Sayyidah Nuriyah SPsi kepada apara aktivis IPM dan Nasyiatul Aisyiyah (NA) Golokan. Membawakan materi secara sersan, serius tapi santai, tidak, Ria, sapaannya, membuat peserta antusias menyimaknya.
Guru SD Muhammadiyah 2 GKB (BerlianSchool) itu mengawali materi dengan menceritakan pengalamannya dalam dua tahun terakhir dalam literasi media. Menurutnya, pengalamannya menulis itu seharusnya bisa dimulai lebih dini.
“Dalam dua tahun terakhir saya mulai menulis dan ternyata menulis itu menyenangkan. Jika adik-adik IPM memulainya sejak sekarang, boleh jadi malah akan dapat menghasilkan banyak karya yang lebih bagus,” ujar kontributor PWMU.CO yagn produktif itu.
Ia menceritakan bagaimana kisahnya saat pertama menulis, sebagai pengisi waktu luang, eksplorasi diri saat pandemi, dan sampai sekarang menjadi kesenangan. Selain tentang menulis, dia tak lupa mengajak membaca agar tulisan yang dihasilkan lebih baik.
Mengapa Harus Menulis?
“Jika kamu bukan anak raja, bukan pula anak ulama besar, maka menulislah.” Kalimat Al-Ghazali itu disampaikan kepada peserta sebagai motivasi pentingnya menulis.
“Lantas apakah menulis hanya untuk yang bukan putra raja dan ulama saja?” tanyanya retoris.
“Tentu tak demikian,” dia menjawab sendiri pertanyaannya. Selanjutnya Ria menjelaskan, menulis adalah aktivitas berbagi dan menjaga eksistensi diri.
Dia mengungkapkan, cara berbagi tentu beragam. Dan dapat pula berupa tulisan. Menulis berita misalnya, dapat menjadi upaya berbagi dalam bentuk informasi dan pengetahuan.
“Tidak dapat dipungkiri, banyak aktivitas atau tantangan tertentu dalam menulis yang tidak mudah. Seperti tugas, pekerjaan, dan lain-lain. Tapi disitulah letak kelebihannya. Dicantara kesibukan, tetap mampu berbagi dan berkarya,” tutur dia.
Membaca Modal Menulis
Di sela materi, Ria memberikan kesempatan untuk bertanya bagi para peserta. Nur Afidatin mengajukan sebuah pertanyaan. Yaitu bagaimana cara membuat anaknya yang berusia sembilan tahun agar suka menulis.
Ria pun menimpali, “Apakah ananda sudah suka membaca?”
Yunda Datin—panggilan akrab sang penanya—menjawab, “Belum.”
Maka, Ria menyarankan agar Datin perlu membuat anaknya suka membaca dulu untuk memperkaya kosa-kata dan pemahaman bacaannya.
Agar anak senang membaca, dia menyarankan Datin meluangkan waktu untuk membacakan buku bergambar bersama sang anak. Jika tidak ada buku di rumah, anak bisa meminjam di perpustakaan sekolah. Jika tidak memungkinkan, bisa memanfaatkan media di ponselnya.
“Sekarang di YouTube banyak konten membaca nyaring,” ujarnya. Kemudian, dia membagikan laman web yang menyajikan buku bacaan bergambar gratis.
“Selain membuat anak suka membaca, itu juga bisa meningkatkan ikatan emosi ibu dan anak,” tambahnya.
Mahasiswa Pascasarjana Psikologi Universitas Surabaya itu juga menyarankan agar Datin meluangkan waktu khusus untuk bercerita bersama anaknya. Misal, mengulas kebaikan apa saja yang telah dilakukan hari itu.
Kemudian, sang ibu diminta mendampingi anak mengubah cerita itu menjadi berwujud tulisan. “Belajar nulis diary,” ucapnya.
Ria mengatakan, inspirasi menulis bisa didapat dari berbagai cara dan sumber. Bisa melalui membaca, melihat, mendengar, atau meraskan bahkan dari hal-hal yang dijumpai di sekitar. Beberapa tips disampaikan Ria dalam kesempatan tersebut.
Baca sambungan di halaman 2: Tips Menulis Antiruwet