Budaya Kerja Lazismu oleh Ikhwanushoffa, Direktur Lazismu Jawa Tengah.
PWMU.CO– Lazismu menetapkan visinya menjadi lembaga zakat tepercaya. Sudah menetapkan tiga misi. Pertama, optimalisasi kualitas pengelolaan zakat infak sedekah (ZIS) yang amanah, profesional dan transparan.
Kedua, optimalisasi pendayagunaan ZIS yang kreatif, inovatif dan produktif. Ketiga, optimalisasi pelayanan donatur.
Untuk mewujudkan misi itu perlu membangun budaya kerja yang meliputi amanah, profesional, transparan, melayani, kreatif, sinergi. Namun budaya kerja ini tanpa penjelasan lebih lanjut yang memadai.
Budaya kerja adalah falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan, yang juga pendorong yang dibudayakan dalam suatu kelompok dan tecermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan sera tindakan yang terwujud sebagai kerja. (Supriyadi dan Triguno, 2006:15).
Saya tidak bermaksud menyatakan budaya kerja yang tertuang dalam Panduan Penerapan Identitas Korporat Lazismu tidak bagus. Tapi menurut saya terlalu umum dan kurang penjelasan. Efeknya mudah ditebak, yakni tidak menggerakkan.
Maka saya menawarkan budaya kerja yang relevan dengan kebutuhan Lazismu saat ini. Yakni Melayani, Cepat, Tepat, Transparan (Mantap). Rumusan ini ada dua yang sama dengan panduan yakni Melayani dan Transparan.
Diharapkan nilai-nilai ini mengarah menjadi keys success factor Lazismu. Melayani harus ditaruh paling depan core values kita. Melayani dijadikan ruh bagi nilai-nilai berikutnya.
Nilai Cepat, Tepat dan Transparan akan menjadi hambar bila dasarnya bukan untuk Melayani. Melayani adalah citra diri sebagai hamba Allah. Kita dicipta untuk menjadi abid (Az-Zariyat: 56).
Di sana kita pantas menyandang gelar sebagai abdullah. Ke atas kita melayani, ke bawah juga melayani. Ketidakcocokan dengan yang di atas sampaikan dengan baik dengan tetap menaati perintah-perintahnya.
Kalau yang di bawah ada yang tidak cocok tetap arahkan dengan santun. Jangan ditantang, jangan ungkit kesalahan yang telah ditaubati. Demikianlah melayani.
Nilai berikutnya adalah Cepat. Layanan cepat dan kerja cepat. Speed adalah kunci keberhasilan Lazismu saat ini. Cepat melayani mustahik, cepat melayani muzakki, cepat dalam penyajian data, cepat dalam pembuatan laporan, dan seterusnya.
Jika nilai Cepat ini tidak terinternalisasi, maka Lazismu akan tertinggal jauh melebihi yang bisa dibayangkan. Budaya kerja leha-leha jadi momok buruk yang menggerogoti ruh pelayanan kita.
Berikutnya adalah Tepat. Kepresisian kita dalam membidik muzakki, plus ketepatan kita dalam menentukan program tasaruf adalah sesuatu yang vital.
Seringkali masih salah prospek donatur melulu warga Muhammadiyah yang menutup peluang pasar paling besar non Muhammadiyah.
Di sisi lain, program tasaruf konsumtif harus benar-benar direm. Jangan malu untuk mengerem sesuatu yang awalnya dianggap besar walaupun sebenarnya kurang tepat.
Program karikatif yang minim sekali dampaknya bagi pengentasan kemiskinan tolong jangan pernah dibanggakan. Lama-lama umat yang jadi korban Lazismu bila budaya kerja yang tidak tepat selalu digaungkan.
Terakhir tentang Transparan. Budaya tulis yang telah jadi syariat Qurani wajib diiyakan. Segala barang yang relevan wajib ada. Tanpa harus memperpanjang rantai birokrasi. Panduan-panduan yang telah dibuat Lazismu Pusat memberikan peluang yang besar bagi struktur di bawahnya untuk berkreasi.
Masing-masing wilayah bisa menyusun SOP yang mampu diseragamkan bagi daerah dan Kantor Layanannya. Makin detail data yang mampu kita sajikan, dengan alur yang sesuai pedoman dan panduan, insyaallah transparansi menemukan bentuknya. Transparan adalah kunci trust. Kepercayaan kunci muzakki menitipkan dananya pada kita. (*)
Editor Sugeng Purwanto