Bersilaturahmi, Metode Asyik Belajar Puisi Rakyat di Spemdalas, liputan Kontributor PWMU.CO Ichwan Arif guru SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik
PWMU.CO – Belajar puisi rakyat, materi bahasa Indonesia kelas VII tidak harus monoton dengan cara satu arah dengan model ceramah semata. Metode bersilaturahmi bisa menjadi salah satu alternatif yang mengasyik, yang bisa dipraktikkan guru di kelas.
Belajar pantun, gurindam, dan syair bisa juga dilakukan oleh siswa dengan membuat ‘rumah’ dalam bentuk majalah dinding (mading) yang berisi mulai dari pengertian, asal, manfaat, ciri, jenis, dan contoh-contohnya.
Tugas yang dilakukan secara kelompok ini bisa dilakukan secara inkuiri. Dengan metode ini rangkaian kegatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis.
Tujuannya adalah siswa dapat merumuskan sendiri penemuan-penemuannya dengan penuh percaya diri. Mereka bisa berselancar mencari referensi melalui internet atau media bacaan yang memiliki keterkaitan dengan materi.
Rumah Puisi Rakyat
Dalam pembelajaran, siswa dibagi menjadi enam kelompok yang tiap kelompok terdiri 4-5 siswa. Maka, ada kelompok putra dan putri. Tiga kelompok putra harus membuat mading dengan tema pantun, syair, dan gurindam. Begitupun juga untuk kelompok putri.
Masing-masing kelompok akan beradu kreatif dalam membuat isi mading dengan lengkap dengan data masing-masing puisi rakyat. Di sini, mereka akan berkompetisi membuat mading yang terbaik.
Ketika rumah puisi rakyat dalam bentuk mading sudah jadi, tiba waktunya bagaimana mempresentasikan isi mading di hadapan temannya. Maka, teknisnya adalah 2 perwakilan tiap kelompok yang akan menjaga rumah, sisanya akan bersilaturrahim ke rumah lain.
Metode Silaturahmi
Teknis metode silaturahmi ini adalah dua siswa penjaga rumah bertugas menjelaskan isi rumahnya, baik itu kelompok yang mengangkat tema pantun, syair, dan gurindam. Semisal, tuan rumah pantun wajib menjelaskan isi rumahnya ke tamu yang bersitarrahim ke rumahnya. Begitupun yang lain.
Searah jarum jam, tamu akan bergerak ke rumah puisi rakyat dengan durasi waktu 3 menit ketika berkunjung. Ketika mendengarkan kode atau isyarat, tamu akan bergerak, bersilaturrahim. Secara keseluruhan, dengan 6 kelompok, maka siswa akan menjalani silaturrahim ke 5 kelima kelompok.
“Metode ini mengasyikkan karena kita hanya mendengarkan penjelasana dari guru, tetapi juga harus mampu menjelaskan isi puisi rakyat ke teman kita. Dengan begitu, konsep materi kita semakin kuat, semakin paham dan mengerti,” ujar Andi Bintang Fausta Ghaly Kurniady, siswa kelas VII, Rabu (12/1/22).
Andi, sapaan akrabnya, mengaku dengan metode membuat mading yang isinya puisi rakyat dan mempresentasikan ini bukan hanya memudahkan memahami materi, tetapi kita bisa belajar secara mandiri. Baik itu mencari referensi tentang konsep materi, ciri, jenis, manfaat, dan memberikan contoh-contohnya.
“Saya akui, dengan metode ‘keliling’ dengan mendengarkan presentasi materi, belajar puisi rakyat semakin fun dan enjoy. Yang pasti, metode ini menjadikan pembelajaran di kelas tidak monoton. Kita bisa bergerak, bersosial, dan bisa belajar presentasi ke teman,” katanya.
Baca sambungan di halaman 2: Tamu Disuguhi Permen